Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Empat Alasan Kenapa Anda Harus Menonton Siaran Langsung Sidang Jessica

Nurjanah oleh Nurjanah
24 September 2016
A A
Empat Alasan Kenapa Anda Harus Menonton Siaran Langsung Sidang Jessica

Empat Alasan Kenapa Anda Harus Menonton Siaran Langsung Sidang Jessica

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya kira cuma acara Katakan Putus, Rumah Uya, atau sinetron India saja yang layak dijadikan tayangan panutan. Ternyata saya salah besar. Ada tontonan yang lebih pragmatis di atas itu semua: siaran langsung sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin atas terdakwa Jessica Kumala Wongso (kalimat terakhir ini nampaknya sudah Anda hafal di luar dan di dalam kepala).

Tentu bukan tanpa alasan mengapa saya mengatakan ini, karena setidaknya, ada 4 alasan yang menurut saya layak dijadikan pijakan kenapa tayangan ini justru patut Anda tonton. Nah, berbekal kekuatan cahaya bulan yang dipinjamkan Sailormoon, izinkan saya mengemukakannya kepada Anda sekalian. Dan ya, jika Anda merasa begitu selo dan kurang kerjaan, Anda juga boleh menambahkannya.

Pertama, dapat dijadikan sarana untuk melatih kesabaran

Sarana berlatih kesabaran tidak hanya didapat saat diserang pertanyaan ‘kapan nikah’, ‘kapan punya anak’, ‘kapan bayar hutang’, ‘kapan mau berjilbab’, dan kapan-kapan lainnya. Tidak, ukhti, tidak. Sarana berlatih kesabaran pun dapat kita temukan dalam tayangan persidangan ini.

Coba kita telaah jalannya persidangan: pertanyaan dibuat panjang dan berputar-putar padahal intinya cuma se-upil tumila, ketidaknyambungan antara pertanyaan dan jawaban, hingga hakim yang tak kunjung menangkap omongan saksi ahli atau sebaliknya. Semua itu dapat melatih kesabaran–paling tidak, melatih kesabaran Anda untuk tidak terus-terusan tepuk jidat atau geleng-geleng kepala.

Banyaknya episode persidangan pun niscaya dapat mempertebal kesabaran anda. Saat ini, tayangan persidangan sudah sampai pada episode ke-24. Angka ini diperkirakan akan terus naik seiring dengan kabar burung yang menyatakan bahwa sidang ini baru memasuki sidang season 1. Mungkin nanti akan ada sidang Jessica season 2, 3, 4, dan seterusnya. Di mana masing-masing season terdiri dari 25 episode. Hih!

Mutlak, hanya penonton dengan kesabaran bersertifikat saja yang sanggup mengikutinya sampai akhir.

Kedua, dapat menginspirasi Anda untuk menciptakan berbagai peluang usaha

Saya tidak bermaksud mengajak Anda untuk mengambil keuntungan dari musibah yang menimpa orang lain. Tidak, Malih, tidak. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa, dilihat dari segi tontonan, persidangan ‘kopi maut’ ini layak dikategorikan tayangan yang inspiratif.

Betapa tidak, banyak pihak yang mengaku mendapat inspirasi peluang usaha setelah menyimak kasus ini dengan seksama. Misalnya, ada yang sempat terinspirasi menciptakan hingga memasarkan kopi siap seduh bermerek dagang ‘Jessica Coffee Mix’ atau ada juga yang terilhami untuk membuat menu Kopi Sianida di warung kopinya.

Saking inspiratifnya, tayangan ini bahkan memotivasi seorang penyanyi untuk menciptakan lagu dangdut yang tentu saja diberi judul serupa: Kopi Sianida. Ah, sakapeung mah sok teu ngarti da!

Bagi para penulis, saya kira kasus dalam persidangan ini juga bisa dijadikan inspirasi pembuatan novel bergenre thriller atau crime fiction. Nantinya Anda bisa menjadi Agatha Christie versi Indonesia. Jika hal itu bisa terwujud, mari kita sama-sama berdoa agar sineas muda tanah air melirik tulisan Anda dan mengangkatnya ke layar kaca (peluang usaha lho, ini).

Ketiga, dapat dijadikan ajang untuk mengenal berbagai istilah keilmuan dari berbagai bidang

Demi menuntaskan kasus ini, banyak saksi ahli dari berbagai bidang keilmuan dihadirkan ke persidangan. Sayangnya ahli nujum tidak datang. Padahal, saya optimis kasusnya akan cepat selesai bila menggunakan jasa ahli ini.

Ahli yang hadir di antaranya adalah ahli kriminologi, psikologi, patologi forensik, digital forensik, hingga toksikologi. Atau, kalau mengikuti ejaan pak Otto Hasibuan, bidang keilmuan itu akan dibaca begini: kriminolohi, psikolohi, patolohi forensik, dihital forensik, dan toksikolohi (pak Otto hemesin deh! Pasti musisi favoritnya Ahnes Monica, ya? atau Hlenn Fredly? *tolong bagian ini jangan dihilangin ya mas Ahus Mulyadi!)

Dengan banyaknya saksi ahli tersebut, maka berbagai kosakata mewah yang baru saya dengar pun mencuat di persidangan. Sebut saja, amorous narcissistic, lethal dose, born criminal, atau frustration aggression.

Coba Anda catat kemudian cari tahu makna atau pengertian dari istilah-istilah tersebut. Saya yakin hal itu akan sangat berguna. Paling tidak, kata-kata ini nantinya bisa Anda gunakan saat ngobrol dengan teman, biar terdengar lebih pintar-pintar gimana gitu.

Iklan

Terakhir, dapat dijadikan media pembelajaran bahasa Inggris

Jika Anda tonton tayangan ini, saya pastikan Anda akan mendengar bahasa English-Indonesian oplosan berserakan di persidangan. Lumayan, lho, bisa bantu Anda nambah-nambah vocabulary.

Contohnya dalam sidang episode ke-21. Saat itu, saksi ahli patologi forensik getol sekali menggonta-ganti bahasa antara Indonesia dan Inggris. Bahkan, saking seringnya ahli itu menyelipkan kata berbahasa Inggris seperti kata reliable, sampai-sampai pak Otto Hasibuan memberanikan diri bertanya, “Apa itu reliable?”

Dalam episode-episode sebelumnya, pembelajaran bahasa Inggris juga banyak ditemukan. Salah satunya dalam episode yang menayangkan percakapan Jessica dan kawan-kawannya di grup WhatsApp.

“Girls gw di forbidd dateng. Gw udah gemeteran sendiri, nih. Please keep me updated,” kata Vera. Jessica juga bilang, “Gw ga bisa relax. Masih trauma. Once you heard anything, let me know ya”

Sungguh, ya, beberapa hari pasca nonton episode itu, saya pun langsung cas-cis-cus praktik berbahasa Inggris, seperti ini:

Teman saya : “Makan apa ya kita hari ini?”
Saya : “Gehu jeung bala-bala, I think. Yang harganya 2 thousand/3 biji itu, lho. How?”
Teman saya : “Ah, ga enak. Gimana kalo karedok pertigaan?”
Saya : “Hell, no. Udah mah mahal, rasanya awful pula. Cari yang cheaper lah.”
Teman saya : “Cuanki atuh?”
Saya : “Well, aku agree deh sama kamu.”

Nah sodara-sodaraku jamaah Mojokiyah yang dirahmati Tuhan. Dengan ditemukannya 4 alasan ini, semoga dapat membantu Anda untuk tidak melulu suudzon sama media. Yakinlah, media televisi tanah air beta hanya sedang memberi asupan nutrisi pada otak masyarakatnya. Biar kita lebih pintar. Kalau sudah pintar, kita bisa lebih banyak membantu sesama. Membantu sesama besar pahalanya. Kalau pahalanya sudah besar, kita bisa masuk surga. Di surga enak, lho. Kalau ga percaya, tanye aje ame pak Haji.

Last but not least, jika anda tidak dapat menemukan alasan yang tepat untuk terus menonton tayangan sidang Jessica, that’s fine. Cuma saya suggest, ketika tayangan itu muncul kembali, sudah, matikan saja television-nya. Matikan!

Terakhir diperbarui pada 15 Juni 2017 oleh

Tags: featuredjessicamirnasidang
Nurjanah

Nurjanah

Artikel Terkait

Moknyus

Usai Disebut Bisa Keluarin Soto, Dimas Kanjeng Tak Jadi Sakti Saat Akui Sakit di Pengadilan

12 September 2018
Pojokan

Pentingnya Tidak Menjadi Mahasiswa Baru yang Polos

8 September 2018
Moknyus

Kejanggalan Kasus Meiliana, Ketiadaan Bukti sampai Vonis yang Cuma Berdasar dari “Katanya”

25 Agustus 2018
penyekapan karena kritik seragam mojok.co
Prejengan

Hari-Hari Seragam PNS Kementerian Keuangan

16 Mei 2017
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.