Saya kira cuma acara Katakan Putus, Rumah Uya, atau sinetron India saja yang layak dijadikan tayangan panutan. Ternyata saya salah besar. Ada tontonan yang lebih pragmatis di atas itu semua: siaran langsung sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin atas terdakwa Jessica Kumala Wongso (kalimat terakhir ini nampaknya sudah Anda hafal di luar dan di dalam kepala).
Tentu bukan tanpa alasan mengapa saya mengatakan ini, karena setidaknya, ada 4 alasan yang menurut saya layak dijadikan pijakan kenapa tayangan ini justru patut Anda tonton. Nah, berbekal kekuatan cahaya bulan yang dipinjamkan Sailormoon, izinkan saya mengemukakannya kepada Anda sekalian. Dan ya, jika Anda merasa begitu selo dan kurang kerjaan, Anda juga boleh menambahkannya.
Pertama, dapat dijadikan sarana untuk melatih kesabaran
Sarana berlatih kesabaran tidak hanya didapat saat diserang pertanyaan ‘kapan nikah’, ‘kapan punya anak’, ‘kapan bayar hutang’, ‘kapan mau berjilbab’, dan kapan-kapan lainnya. Tidak, ukhti, tidak. Sarana berlatih kesabaran pun dapat kita temukan dalam tayangan persidangan ini.
Coba kita telaah jalannya persidangan: pertanyaan dibuat panjang dan berputar-putar padahal intinya cuma se-upil tumila, ketidaknyambungan antara pertanyaan dan jawaban, hingga hakim yang tak kunjung menangkap omongan saksi ahli atau sebaliknya. Semua itu dapat melatih kesabaran–paling tidak, melatih kesabaran Anda untuk tidak terus-terusan tepuk jidat atau geleng-geleng kepala.
Banyaknya episode persidangan pun niscaya dapat mempertebal kesabaran anda. Saat ini, tayangan persidangan sudah sampai pada episode ke-24. Angka ini diperkirakan akan terus naik seiring dengan kabar burung yang menyatakan bahwa sidang ini baru memasuki sidang season 1. Mungkin nanti akan ada sidang Jessica season 2, 3, 4, dan seterusnya. Di mana masing-masing season terdiri dari 25 episode. Hih!
Mutlak, hanya penonton dengan kesabaran bersertifikat saja yang sanggup mengikutinya sampai akhir.
Kedua, dapat menginspirasi Anda untuk menciptakan berbagai peluang usaha
Saya tidak bermaksud mengajak Anda untuk mengambil keuntungan dari musibah yang menimpa orang lain. Tidak, Malih, tidak. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa, dilihat dari segi tontonan, persidangan ‘kopi maut’ ini layak dikategorikan tayangan yang inspiratif.
Betapa tidak, banyak pihak yang mengaku mendapat inspirasi peluang usaha setelah menyimak kasus ini dengan seksama. Misalnya, ada yang sempat terinspirasi menciptakan hingga memasarkan kopi siap seduh bermerek dagang ‘Jessica Coffee Mix’ atau ada juga yang terilhami untuk membuat menu Kopi Sianida di warung kopinya.
Saking inspiratifnya, tayangan ini bahkan memotivasi seorang penyanyi untuk menciptakan lagu dangdut yang tentu saja diberi judul serupa: Kopi Sianida. Ah, sakapeung mah sok teu ngarti da!
Bagi para penulis, saya kira kasus dalam persidangan ini juga bisa dijadikan inspirasi pembuatan novel bergenre thriller atau crime fiction. Nantinya Anda bisa menjadi Agatha Christie versi Indonesia. Jika hal itu bisa terwujud, mari kita sama-sama berdoa agar sineas muda tanah air melirik tulisan Anda dan mengangkatnya ke layar kaca (peluang usaha lho, ini).
Ketiga, dapat dijadikan ajang untuk mengenal berbagai istilah keilmuan dari berbagai bidang
Demi menuntaskan kasus ini, banyak saksi ahli dari berbagai bidang keilmuan dihadirkan ke persidangan. Sayangnya ahli nujum tidak datang. Padahal, saya optimis kasusnya akan cepat selesai bila menggunakan jasa ahli ini.
Ahli yang hadir di antaranya adalah ahli kriminologi, psikologi, patologi forensik, digital forensik, hingga toksikologi. Atau, kalau mengikuti ejaan pak Otto Hasibuan, bidang keilmuan itu akan dibaca begini: kriminolohi, psikolohi, patolohi forensik, dihital forensik, dan toksikolohi (pak Otto hemesin deh! Pasti musisi favoritnya Ahnes Monica, ya? atau Hlenn Fredly? *tolong bagian ini jangan dihilangin ya mas Ahus Mulyadi!)
Dengan banyaknya saksi ahli tersebut, maka berbagai kosakata mewah yang baru saya dengar pun mencuat di persidangan. Sebut saja, amorous narcissistic, lethal dose, born criminal, atau frustration aggression.
Coba Anda catat kemudian cari tahu makna atau pengertian dari istilah-istilah tersebut. Saya yakin hal itu akan sangat berguna. Paling tidak, kata-kata ini nantinya bisa Anda gunakan saat ngobrol dengan teman, biar terdengar lebih pintar-pintar gimana gitu.
Terakhir, dapat dijadikan media pembelajaran bahasa Inggris
Jika Anda tonton tayangan ini, saya pastikan Anda akan mendengar bahasa English-Indonesian oplosan berserakan di persidangan. Lumayan, lho, bisa bantu Anda nambah-nambah vocabulary.
Contohnya dalam sidang episode ke-21. Saat itu, saksi ahli patologi forensik getol sekali menggonta-ganti bahasa antara Indonesia dan Inggris. Bahkan, saking seringnya ahli itu menyelipkan kata berbahasa Inggris seperti kata reliable, sampai-sampai pak Otto Hasibuan memberanikan diri bertanya, “Apa itu reliable?”
Dalam episode-episode sebelumnya, pembelajaran bahasa Inggris juga banyak ditemukan. Salah satunya dalam episode yang menayangkan percakapan Jessica dan kawan-kawannya di grup WhatsApp.
“Girls gw di forbidd dateng. Gw udah gemeteran sendiri, nih. Please keep me updated,” kata Vera. Jessica juga bilang, “Gw ga bisa relax. Masih trauma. Once you heard anything, let me know ya”
Sungguh, ya, beberapa hari pasca nonton episode itu, saya pun langsung cas-cis-cus praktik berbahasa Inggris, seperti ini:
Teman saya : “Makan apa ya kita hari ini?”
Saya : “Gehu jeung bala-bala, I think. Yang harganya 2 thousand/3 biji itu, lho. How?”
Teman saya : “Ah, ga enak. Gimana kalo karedok pertigaan?”
Saya : “Hell, no. Udah mah mahal, rasanya awful pula. Cari yang cheaper lah.”
Teman saya : “Cuanki atuh?”
Saya : “Well, aku agree deh sama kamu.”
Nah sodara-sodaraku jamaah Mojokiyah yang dirahmati Tuhan. Dengan ditemukannya 4 alasan ini, semoga dapat membantu Anda untuk tidak melulu suudzon sama media. Yakinlah, media televisi tanah air beta hanya sedang memberi asupan nutrisi pada otak masyarakatnya. Biar kita lebih pintar. Kalau sudah pintar, kita bisa lebih banyak membantu sesama. Membantu sesama besar pahalanya. Kalau pahalanya sudah besar, kita bisa masuk surga. Di surga enak, lho. Kalau ga percaya, tanye aje ame pak Haji.
Last but not least, jika anda tidak dapat menemukan alasan yang tepat untuk terus menonton tayangan sidang Jessica, that’s fine. Cuma saya suggest, ketika tayangan itu muncul kembali, sudah, matikan saja television-nya. Matikan!