MOJOK.CO – Pondok pesantren yang tersohor itu dilingkupi kisah mistis. Semuanya berawal dari hilangnya daging mentah dan pembalut berlumuran darah.
Setiap tempat punya sisi tergelap. Saya percaya itu. Tak terkecuali tempat, yang katanya, bebas makhluk astral. Salah satunya sebuah pondok pesantren di Jawa, di mana “mitos” pengisap darah pembalut dan pemakan daging mentah pernah muncul. Tahukah kamu, hingga kini, kisah itu masih dituturkan….
Sebenarnya saya ingin menceritakan kisah ini setelah tulisan “Delapan Tahun Tinggal di Rumah Hantu” tayang. Namun, saat itu, saya belum mendapat restu dari yang punya cerita. Setelah membujuknya beberapa kali, saya baru dapat izin.
Jadi begini mitos pengisap darah pembalut dan pemakan daging mentah itu berawal….
Ada seorang perempuan yang “dititipkan” di sebuah pondok pesantren selama tiga tahun. Orang tua si perempuan punya cita-cita melihat anaknya menjadi pengajar agama suatu saat nanti. Namun, cita-cita itu sirna setelah kejadian tak terduga terjadi di pondok pesantren tersebut.
Di pondok pesantren itu, dia begitu pendiam. Karena sikapnya ini, dia lebih suka menyendiri di sebuah tangga. Satu-satunya tangga di pondok pesantren terkenal itu. Menjauhi kerumunan.
Teman-temannya memang suka usil. Suatu kali, mereka bertanya mengapa dia suka menyendiri. Dia tak menjawab. Entah, mungkin dia bukannya tak mau, melainkan cuma bingung saja menyusun kalimat.
Suatu ketika, hobi usil teman-teman pondok lagi kumat. Mereka hendak “nggojegi”, mengerjai si perempuan ini dengan ngagetin.
Mengendap-endap, mereka ngagetin si perempuan.
“Bhaaa!”
Kaget, santri perempuan ini jatuh terguling dari tangga. Teman-temannya kaget. Sayang, karena respons yang sangat telat, nyawanya tidak tertolong. Dia meninggal saat itu juga.
Pondok pesantren geger. Anak-anak kaget campur bingung. Orang tua santri perempuan tersebut sangat terkejut. Mereka tidak menyangka cita-cita yang diharapkan ternyata kandas.
Orang tuanya memang sangat sayang kepada anaknya. Saking sayangnya, tersiar kabar burung kalau kedua orang tua santri perempuan itu berniat “menghidupkan kembali” anaknya. Banyak yang menganggap niat kedua orang tua itu sebagai wujud kesedihan saja.
Namun, tidak tahu bagaimana ceritanya, anak itu memang “hidup” lagi. Entah kekuatan apa yang digunakan oleh orang tuanya. Namun, pengertian “hidup” di sini adalah reinkarnasi.
Ya, beberapa tahun setelah kejadian nahas itu, ada seorang santri perempuan yang kebetulan mirip sekali dengan almarhum. Bahkan namanya pun sama. Namanya Haruna. Tentu saja nama disamarkan.
Banyak orang yang bilang kemiripannya kebangetan banget. Mulai dari fisik sampai sifat-sifatnya. Dia pendiam, suka menyendiri. Bahkan tempat favoritnya juga sama, yaitu satu-satunya tangga di pondok pesantren, di sebuah gedung yang bernama Govan. Nama gedung juga saya samarkan.
Haruna yang “baru” memang mirip dengan almarhum. Namun, kali ini, sifatnya tambah aneh saja. Ketika waktu sembahyang tiba, Haruna malah menghilang. Begitu juga ketika jam makan. Haruna tiba-tiba menghilang.
Suatu ketika, juru masak pondok pesantren sambat kepada pengasuh. Selama satu minggu, bahan makanan selalu hilang. Pengasuh pondok menanggapinya dengan santai. Mungkin cuma ulah usil anak-anak pondok, begitu kira si pengasuh.
“Tapi, yang selalu hilang itu daging mentah, lho,” kata si juru masak. Pengasuh pondok terkesiap ketika mendengar kalimat itu. Buat apa anak-anak mencuri daging mentah. Tidak masuk akal. Anak-anak di pondok pesantren tidak diperbolehkan untuk memasak.
Hewan buas? Hewan buas macam apa yang bisa menggondol daging segar berukuran besar? Kembali, tidak masuk akal.
Pertanyaan itu berkecamuk di kepala juru masak dan beberapa senior pondok. Alhasil, sebuah tim dibentuk untuk menyelidiki. Siapa tahu mereka bisa menemukan tersangka.
Sayangnya, selama berbulan-bulan penyelidikan, tim ini tak kunjung menemukan pelaku yang mencuri daging mentah. Setiap kali dapur diawasi, pencurian tidak pernah terjadi. Tim kecil jadi kesulitan menemukan bukti.
Kita geser sebentar ke cerita lain….
Di pondok pesantren itu, ada seorang bapak yang berprofesi mengambili sampah. Dia bercerita, sudah lebih dari seminggu, dia tidak menemukan sampah pembalut. Dia sangat heran.
Masak ratusan santri perempuan di pondok punya siklus haid yang sama. Ini tidak mungkin terjadi. Tingkat keanehan ini dianggap sama misteri hilangnya daging mentah. Oleh sebab itu, tim yang pernah bertugas untuk mencari sosok pencuri daging mentah diterjunkan kembali.
Akan tetapi, hasilnya sama saja. Nihil. Pencarian tak kunjung membuahkan hasil. Aneh sekali. Makhluk macam apa yang memakan daging mentah dan juga mengisap darah pembalut?
Vampir? Kalau iya, hebat sekali bisa menembus barikade anak-anak, belum lagi senior dan pengajar, yang fasih membaca kitab suci dan mengusir makhluk astral.
Karena berbagai usaha tidak berhasil, jawaban-jawaban liar muncul. Kecurigaan dialamatkan ke sosok yang dianggap paling “beda” di pondok, yaitu Haruna. Kebiasaannya menyendiri dan menghilang di momen-momen tertentu menjadi pembenaran.
Ketika diajak ngobrol soal masalah ini, Haruna diam saja. Diam yang justru membuat kecurigaan makin berkembang. Namun, pengasuh pondok juga sadar kalau mereka bukan polisi. Mereka hanya diberi wewenang untuk bertanya, bukan menyudutkan, apalagi menghakimi.
Dua kasus itu pun “ditutup” tanpa kejelasan….
Nama Haruna menjadi legenda di pondok itu. Bahkan, dia sempat diberi julukan pengisap darah. Julukan yang saya pikir berlebihan. Tapi apa boleh bikin. Memang demikian mitos yang dikisahkan.
Kisah hilangnya daging mentah dan pembalut dari sampah ini diceritakan dari generasi ke generasi. Cerita ini selalu diceritakan kembali oleh senior ketika menyampaikan peraturan-peraturan yang tidak boleh dilakukan anak baru.
Salah satunya, ketika ingin membuang pembalut, pastikan tidak ada satu tetes pun darah yang tersisa di pembalut. Pastikan bersih. Kita tahu arah anjuran ini.
Ada yang menganggap senior itu sedang membicarakan slogan yang selalu terpampang di kamar mandi. “Kebersihan sebagian dari iman.”
Akan tetapi, siapa yang tahu bahwa karena hanya sebagian, berarti sebagian yang lain berarti kekotoran. Dan bisa jadi itu adalah milik pengisap darah. Seperti peran yang dimainkan oleh Christine Hakim di bagian akhir film besutan Joko Anwar berjudul Perempuan Jahanam.
Pertanyaannya, apakah benar Haruna yang memakan daging mentah dan mengisap darah di pembalut? Sekali lagi, tidak ada yang tahu pasti. Mungkin butuh penjelasan Om Hao atau Sara Wijayanto.
Namanya juga cerita misteri. Mengutip dari pembukaan YouTube Diary Misteri Sara: “Kami tidak memaksa kalian untuk percaya dengan apa yang kami percaya.”
Jika ingin membuktikan, kalian bisa pergi ke hehehe. Cukup segini saja spoilernya.
BACA JUGA HP Santri Dihancurin Pakai Palu oleh Pengurus Pesantren Aja Kok Protes atau tulisan misteri lainnya di rubrik MALAM JUMAT.