Tips dan Trik agar Toko Kelontong Bisa Makin Cuan dari Pelaku Toko Kelontong di Sleman: Kalau Mau Berhasil, Tiru Indomaret!

Tips dan Trik agar Toko Kelontong Bisa Makin Cuan dari Pelaku Toko Kelontong di Sleman: Kalau Mau Berhasil, Tiru Indomaret!

Tips dan Trik agar Toko Kelontong Bisa Makin Cuan dari Pelaku Toko Kelontong di Sleman: Kalau Mau Berhasil, Tiru Indomaret! (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bisnis toko kelontong menjamur bak spanduk di masa kampanye. Tapi, tanpa strategi yang tepat, bisnis ini bisa bikin modal dan keuangan hancur total. Ardi, pelaku toko kelontong di Sleman berbagi tips dan trik mengelola toko kelontong agar tetap bertahan dan makin cuan.

***

Warung madura ada dan berlipat ganda, itulah fenomena yang kita lihat selama beberapa tahun terakhir. Menjamurnya toko-serba-ada-meski-tidak-luas ini benar-benar punya kontribusi positif bagi banyak manusia. Larisnya warung madura pun menginspirasi manusia-manusia lain untuk membuka usaha sejenis.

Warung madura ini sebenarnya hampir tak ada beda dengan toko kelontong pada umumnya. Pembedanya mungkin buka 24 jam, penjaganya orang Madura, dan stoknya banyak. Jadi, siapa pun bisa buka toko kelontong dan bisa sama-sama meraih cuan.

Pertanyaannya adalah, bagaimana sih cara buka toko kelontong dan gimana tips dan trik agar tokonya tidak bangkrut?

Ardi (27), pemilik toko kelontong di daerah Pakem, Sleman berbagi tips dan trik bagaimana mengembangkan toko kelontong (04/05/2024). Dia adalah pengelola warung milik keluarganya, yang sudah berjalan beberapa tahun dan terbilang sukses.

Toko kelontong milik Ardi tetap sukses meski dikepung banyak toko lain dan Indomaret. Hal tersebut tak bikin tokonya menurun, bahkan sebaliknya, pemasukannya stabil dan cenderung naik.

Tips yang dibagikan pertama oleh Ardi adalah tata letak tempat. Dia menekankan bahwa toko kelontong yang tak tertata tak akan didatangi pembeli. Pembeli yang datang pun akan kapok karena nggak nyaman. Pokoknya, bikin toko senyaman dan sebersih mungkin. Ardi menekankan begitu pentingnya rak display dalam hal ini. Memang, modalnya lumayan besar untuk ini.

“Tergantung ukuran ruangan, Mas. Kalau punyaku, (rak ukuran) 4×13 itu habis lima puluh juta rupiah, itu harga second.”

Jualan yang memang dicari pelanggan

Ardi mengaku memang modal itu penting, dan butuh modal yang besar jika pengin toko kelontong terlihat proper. Tapi pada saat yang sama, dia mengingatkan kalau memang mau mulai dulu, tak butuh modal besar. Tak sampai 5 juta pun bisa buat toko kelontong.

“Yang penting, Mas, tahu betul apa yang dibutuhkan warga sekitar. Beli yang esensial macam beras, minyak, rokok, gula, ya gitu-gitulah. Beli nggak banyak dulu, yang penting laku cepet dan duit diputar langsung. Jangan mikir untung dulu, puter dulu uangnya.”

Bagi Ardi, toko kelontong nggak harus jualan yang lengkap banget. yang penting sesuai dengan target pembelinya. Memang wajib lengkap banget kalau target pelanggan makin luas. Tapi kalau tidak, ya cukup beli yang esensial saja.

Mi, sampo, beras, sabun, rokok, minyak, adalah contoh barang yang wajib ada. Selama barang itu ada, lengkap, dan variannya lumayan, biasanya mudah terjual. Tinggal tambahi apa yang sekiranya dibutuhkan oleh warga sekitar. Kalau mau nambah ya tinggal stok galon, atau minuman saset macam kopi yang jelas lakunya kencang. Bumbu masakan juga wajib ada.

“Kalau berani, Mas, sedia token listrik. Itu biasanya cepet laku, karena orang jarang kepikiran menyediakan, terlebih jika hidupnya di kabupaten kayak Mas.”

Tapi Ardi mengingatkan, makin banyak jualan, harus makin teliti dalam pembukuan. Penyakit pemilik toko yang bikin toko kelontong bangkrut adalah tidak teliti dalam pencatatan. Selain pembukuan, juga kadang mereka tidak menghitung risiko dalam menambah barang.

Contoh, menambah kulkas untuk minuman dingin, tapi tidak menghitung risiko pengeluaran listrik. Bisa jadi minumannya sulit laku, padahal listriknya nggak peduli minumannya laku atau tidak.

Baca halaman selanjutnya

Harus mengikuti zaman

Toko kelontong harus mengikuti perkembangan zaman

Pelayanan toko kelontong yang baik dan mengikuti perkembangan zaman adalah hal yang bikin toko Ardi meningkat pesat. Dia mengakui bahwa dia belajar hal ini saat akhirnya dipasrahi toko kelontong milik keluarga. Dia belajar lewat kegagalan toko-toko yang pernah dia temui.

Banyak toko yang masih tidak mengikuti zaman, tata barangnya masih begitu jadul, kurang ramah, dan tidak update adalah resep kegagalan yang dia temui selama riset. berangkat dari hal itu, dia meningkatkan aspek-aspek yang ada dalam toko.

Dia mengingatkan bahwa kalau memang mau sukses, toko kelontong ya harus mau ribet dan mulai meniru Indomaret atau Alfamart.

Salah satunya adalah mulai menggunakan QRIS sebagai alat pembayaran. Cuma, Ardi tetap mengingatkan, harus teliti dengan QRIS sebab sudah banyak kasus orang menipu dengan QRIS. Harus jadi pemilik toko yang cerewet lah intinya.

Jika sudah terpenuhi semua, omzet besar akan datang sendirinya. Ardi bilang, jika toko yang penataannya mirip market biasanya punya omzet sekitar 3-4 juta per hari. Tapi lagi-lagi, tergantung modal dan stok barang.

Snack artis nggak laku

Saya iseng bertanya, adakah barang yang orang anggap punya potensi laku keras di toko kelontong, tapi ternyata sama sekali nggak dilirik. Ardi menjawab ada, jawabnya adalah snack.

“Tahu snack (menyebutkan nama artis)? Dulu ngiranya bakal laku, ternyata nggak, Mas. Sampe berdebu. Padahal artisnya juga terkenal.”

Ardi mengingatkan bahwa memang beberapa barang punya potensi jeblok dan di sinilah pemilik toko kelontong diuji. Kalau sering melakukan kesalahan seperti ini, ya bisa ambyar tokonya.

Tapi ya memang itu bagian dari lika-liku jualan. Ardi mengaku jam operasional warung yang hanya buka dari sore sampai malam itu juga bisa dibilang gambling, toh berhasil.

“Yang penting harus riset pasar dan teliti pembukuan. Ribet memang, tapi namanya kerja, mana ada yang nggak ribet?”

Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin

BACA JUGA Cerita Mantan Mahasiswa PBI UNY yang Memilih Cabut Kuliah karena Tak Kerasan, Kini Bahagia Memegang Bisnis Keluarga

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version