Tips Buka Usaha dari Orang yang Membangun 3 Bisnis Baru di Saat Pandemi

Tim Arah Consultant

Banyak usaha yang terpaksa ditutup saat pandemi Covid-19 datang. Namun, ada juga yang justru melihat peluang untuk buka usaha baru, sekaligus mengembangkannya. 

****

Beberapa orang cukup berani untuk memulai bisnis pada masa pandemi. Bahkan tidak hanya satu. Saya berbincang dengan sosok anak muda, Al Harris Wibowo (25) yang sempat terpuruk di awal pandemi, bangkit lagi dengan membangun  3 unit usaha baru.

Pria kelahiran Pontianak ini bukan orang baru di Yogya. “Aku di Jogja dari SMP bro. Tapi SMA aku balik dulu ke Pontianak. Lalu aku kuliah di Jogja, dan stay di sini sampai sekarang,” ujar pria berperawakan tinggi ini. Tampilannya model mas-mas zaman sekarang. Siapa sangka, pria yang lebih muda dari saya ini adalah bos dari banyak bisnis.

Tahun 2020, Harris mengikuti Diplomat Success XI (DSC XI), sebuah kompetisi kewirausahaan. Ia berhasil menjadi finalis. Bisnis yang ia ajukan dalam kompetisi itu adalah usaha kecilnya, Bear Wang Apparel (BWA). BWA adalah brand busana lokal yang berlanggam urban atau streetwear. Usaha ini sudah dijalankan oleh Haarris sebelum pandemi.

“Awalnya aku manfaatin kamar kos buat mulai BWA,” kata Harris.  

“Lalu aku punya Sego Sambel Surabaya Iwak Pe dan Sei Sapi Kana. Tapi tahun 2019 akhir aku keluar dari keduanya bro,” imbuh Harris. Saya kurang familiar dengan Sego Sambel Surabaya Iwak Pe. Tapi kalau Sei Sapi Kana, mungkin anda yang tinggal di Jogja kenal itu.

Setelah melepas dua usahanya itu, Harris fokus mengembangkan BWA dan menjadi konsultan bisnis secara mandiri, belum membentuk tim. 

Saat pandemi, bisnis BWA yang ia bangun ikut terpuruk. Omsetnya turun 80-90 persen. “Dulu per bulan bisa puluhan juta, kena pandemi drop sampai 3 juta per bulan. Pernah juga nol, ga ada penjualan bro,” ungkap Harris.

Di sisi lain, justru jasa konsultasi bisnis yang ia kerjakan sendiri justru naik. Banyak orang yang ingin memperbaiki bisnis di masa pandemi. Ironis, karena bisnisnya yang BWA justru terpukul karena pandemi. “Banyak orang pengen memperbaiki bisnis. Alasannya ya biar survive ketika pandemi gini bro. Tapi aku masih sendiri,” jawab Harris.

Harris kemudian buka usaha jasa konsultasi bisnis  secara resmi dalam bentuk perusahaan. Usaha itu ia namakan Arah Consultant yang fokus pada pendampingan dan konsultasi bisnis. Banyaknya usaha yang terdampak pandemi membuat klien-klien Harris bertambah. Bahkan sempat waiting list dan menolak klien. 

Lihat peluang usaha, eksekusi

Harris ini termasuk sosok yang berani mengambil risiko. Setelah membuat perusahaan konsultan bisnis ia mencari-cari lagi ide bisnis untuk buka usaha baru lagi.

“Masa pandemi gini bikin orang takut buka usaha. Padahal, orang tetap butuh makan. Ditambah lagi harga sewa lahan juga lagi murah. Aku pelajari fenomena serta kebiasaan orang di masa pandemi. Orang enggan buat keluar rumah, dan lebih suka takeaway buat makan. Nah aku lihat peluang ini bro,” imbuh Mas Harris.

Bukan hanya membuka usaha baru, Harris juga membuka cabangnya. Foto Dok.Harris.

Harris lantas membuka usaha Gepreki, sebuah usaha kuliner yang menjual ayam geprek. “Fokus kami adalah menyediakan makanan berkualitas dengan harga yang bersahabat. Apalagi di masa pandemi ini kita butuh banyak protein untuk jaga imunitas tubuh. Gepreki hadir di situ dengan daging ayam boneless dan bagian dada yang kaya protein. Jadi yang makan bisa dapat asupan protein maksimal,” terang Mas Harris. Penjelasan ini meyakinkan bahwa blio piawai dalam urusan soft selling.

Awal buka usaha, pengunjung langsung ramai dikunjungi orang-orang. Namun, karena aturan PPKM, ia mendapat teguran. “Demi memuaskan konsumen, kami buka tempat dine-in kecil. Tapi fokus kami tetap di takeaway. Ga bisa dipungkiri, kultur kuliner sekarang sudah berubah jadi takeaway,” jawab Harris.

Usaha baru setelah melihat banyak orang dipecat

Tidak puas membangun usaha kuliner, Harris kembali melihat peluang usaha baru. Ia kembali ke satu mindset yang jadi pegangannya. Situasi ekonomi di pandemi ini tidak benar-benar berhenti. Perputaran uang selalu ada. Namun, perputaran uangnya itu bergeser selama fase pandemi ke industri lain. 

“Dalam fase sekarang, banyak orang kena pecat. Bahkan ada 80 ribu orang dipecat dari mal selama pandemi yang kita baca dari berita. pemecatan ini bagian dampak dari pergeseran perputaran uang, banyak talent ‘bintang’ yang butuh kerja. Di satu sisi, banyak perusahaan yang terus growth dan butuh mereka,” imbuh Harris.

Ia melihat ada peluang, buka usaha di bidang yang menyediakan informasi lowongan kerja sekaligus edukasi. “Edukasi untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan kerja. Dengan persaingan kerja yang makin keras, hanya orang dengan kualitas terbaik yang bisa mendapat pekerjaan,” jawab Harris.

“Di era pandemi banyak pekerjaan baru yang butuh skill baru. Apalagi dengan sistem WFH, produktivitas menurun karena ga ngantor. Makanya perlu skill baru yang menyesuaikan masa sekarang. Aku lihat peluang untuk membantu mereka, dari situ portal arahkerja.com lahir,” imbuh Mas Harris.

Ia ingin memberi pembeda dengan tidak lepas tangan setelah memberi info lowongan kerja. “Kami siapkan juga pelatihan untuk meningkatkan skill. Kami bantu juga tuh mempersiapkan skill praktis, misal ada yang pengalaman di FnB Finance pengen kerja di dunia kesehatan. Basicnya sudah ada finance tapi tetap pasti butuh penyesuaian di industri kesehatan, nah kami bantu biar skill itu relevan di dunia kerja barunya,” jawab Harris.

Dikritik karena membangun bisnis saat pandemi

Harris mengatakan, tidak sedikit yang mengingatkannya untuk tidak menghabiskan tabungan dengan buka usaha. “Aku memandang, justru usaha ini adalah bentuk saving yang kita tuai di masa mendatang. Kalau tidak kita mulai, bagaimana mau punya saving kan,” ujar Harris.

Soal kegagalan, bagi Harris itu adalah bagian pembelajaran. “Bicara kegagalan, banyak yang takut gagal. Mau pandemi atau tidak. Gagal itu pembelajaran kok. Selain BWA, Gepreki pun pernah minus. Tapi dengan belajar dan action, Gepreki bisa bangkit dan profit lagi. Bahkan membuka cabang,” jawab Harris. 

Harris percaya akan prinsip,  apa persepsi seseorang pada Tuhan, akan Tuhan aminkan. “Dan semua masalah yang kita hadapi pasti sesuai kemampuan kita. Jadi yang penting adalah mindset kita, dan bagaimana persepsi kita kepada Tuhan,” ujar Harris.

Harris mengingatkan ketika membangun bisnis, jangan mudah terpengaruh dan terbawa arus. “Kalau pada takut buat bangun bisnis, jangan terseret arus itu. Tapi bikin arus kita sendiri. Kalau ada suara positif, akan aku dengarkan. Kalau suara negatif yang menjatuhkan bukan membangun, akan aku tinggalkan,” jawab Harris.

Al Harris. Foto dok. Harris

Menurutnya, orang berhak ngomong apa saja tentangnya. “Tapi saya juga berhak mau dengar yang mana saja yang saya mau, kita ga bisa kontrol apa yang keluar dari orang lain, tapi yang bisa kita kontrol adalah cara kita merespon hal tersebut,” imbuh Harris.

Di masa krisis seperti sekarang ini, Harris percaya akan new generation.  “Kalau mau bicara era, selalu ada generasi baru yang menguasai perekonomian setiap terjadinya krisis. Aku menemukan momen ini beberapa kali. Contohnya, pada masa Soeharto, sesudah gejolak muncul banyak pengusaha baru yang menguasai ekonomi,” kata Harris. 

Menurutnya, pada situasi krisis ini, semua seperti di-restart. Banyak yang tumbang, dan banyak yang buka usaha, ini jadi masalah besar buat semua orang, tapi juga jadi peluang besar untuk banyak orang yang bisa melihatnya.

“Siapa yang memulai, dia akan menuai pada akhirnya. Ketika momen seperti pandemi, kita harus berani untuk melangkah dan lari ketika yang lain tumbang. Nanti after pandemi, kita sudah jauh di depan orang yang baru berani mulai,” imbuh Mas Harris.

Harris menegaskan, pada situasi sekarang ini, semua orang ditampol masalah yang sama, pandemi. Di luar sana ada yang makin miskin, tapi banyak juga yang makin kaya. “Yang membedakan cuma satu, mindset! Buat yang tambah kaya, mereka memakai waktu dan potensi mereka sebaik mungkin,” jawab Harris.

Menurut Harris, jangan sampai seseorang terjebak oleh zona nyaman. Ada yang merasa ketika pandemi bisa lebih santai, kerja dan tetap bisa makan, dan lain-lain.  Tapi ada juga yang buat ini sebagai penundaan untuk mengambil langkah baru karena merasa nggak aman. “Yang perlu diingat zona nyaman bisa membunuh, tidak ada yang abadi selain perubahan. Kita harus selalu update dan upgrade diri agar lebih jauh lagi,” imbuhnya.

BACA JUGA Anak Muda yang Berani Berhenti Kerja untuk Buka Usaha dan liputan menarik lainnya di rubrik SUSUL.

Exit mobile version