Walau belum genap setahun merintis usaha mie ayam, Pak Sarmintul berani mundur dari pekerjaannya sebagai HRD senior tingkat wilayah di sebuah perusahaan BUMN. Bisnis mie ayamnya bermula dari perencanaan yang sederhana namun kemajuannya membuat ia rela meninggalkan gaji mapan di perusahaan plat merah sektor keuangan.
***
Kamis (6/1/22) sore saya melaju ke selatan menuju warung Mie Ayam Pak Sarmintul yang terletak di seberang Stadion Sultan Agung (SSA), Bantul. Selain penasaran dengan sajian mie ayam yang banyak dibilang enak oleh warganet, saya juga tertarik untuk berbincang dengan sang pemilik.
Belakangan ia memang menarik perhatian banyak orang karena ulahnya memasang baliho bergambar sang istri tercinta dengan tulisan “Selamat Ulang Tahun Bu Sarmintul”.
Sambil menunggu kedatangan sang pemilik, saya memesan seporsi mie ayam bakso dengan tambahan dua ceker. Menu ini direkomendasikan oleh seorang pelanggan setia bernama Albyan Widya Pratama (26).
Katanya, itu menu andalan setiap berkunjung ke Pak Sarmintul. Sejak pertama berkunjung ke sini sekitar enam bulan lalu, Albyan menjadikan Mie Ayam Pak Sarmintul sebagai destinasi favorit kala ‘ngidam’ mie ayam.
“Tingkat kematangan mienya pas, teksturnya kenyal, ayamnya tanpa tulang, plus tempatnya bersih dan penyajiannya menarik,” ujar pria asal Berbah, Sleman ini saat saya hubungi via Twitter.
Testimoni dari Albyan ternyata terasa sama di lidah saya. Mie dengan ukuran agak tebal ini terasa pas dan kenyal. Ayamnya pun terpilah hanya menyisakan potongan daging tanpa tulang sedikit pun.
Soal harga, mie ayam di Pak Sarmintul berkisar antara Rp.8.000 hingga Rp.12.000. Ada mie ayam biasa, mie ayam bakso, mie ayam telur, hingga mie ayam jumbo. Tersedia pula toping ceker, sawi, pangsit, hingga balungan.
Setelah satu porsi mie ayam tandas saya habiskan, sang pemilik datang tepat waktu. Langsung saja saya todong pertanyaan soal dengan topik baliho yang viral beberapa waktu lalu. Ia memasang baliho di tiga titik selatan Yogya dengan durasi satu minggu.
“Setiap baliho biayanya ya kisaran satu jutaan,” ujarnya.
Menurutnya, baliho ini cukup mendatangkan banyak pengunjung ke warungnya medio Desember 2021. Namun ia sama sekali tak menduga bahwa media nasional seperti Jakarta Post sampai menulisnya.
“Niat saya ya biar dapat perhatian di sekitar warung aja, sekitar Bantul sini,” ujarnya.
Sebelum saya sempat merespons ucapannya, ia lantas menambahkan penjelasan: “Tapi tujuan utamanya tentu bukan itu, paling utama untuk ngasih kejutan buat istri saya yang berulang tahun pas 26 November,” sambungnya dengan gelak tawa.
— jowoshitpost (@jowoshitpost) December 26, 2021
Usahan mie ayam yang tak direncanakan
Pria yang kerap menyebut istrinya selama perbincangan ini ternyata bukan bernama Sarmintul seperti yang terpampang di baliho dan jadi brand warungnya. Nama aslinya Veta Mandra Perdana Putra (39), ia berasal dari Bantul, Yogyakarya. Veta juga merupakan aktor di balik akun Twitter @infomieayamyk yang kerap membagikan informasi seputar mie ayam di Yogya.
Meski sudah lama gemar menjelajahi berbagai warung mie ayam, Veta mengaku tak memiliki rencana untuk memiliki warung sendiri. Ide untuk melahirkan Pak Sarmintul berangkat dari situasi yang tak diduga.
Sebelumya, awal 2020 Veta sempat merintis usaha ayam geprek di Jepara, namun belum genap sebulan ia menjalankan bisnisnya pandemi melanda. Usaha ayam gepreknya pun terpaksa gulung tikar. Berbagai peralatan yang sudah dibeli terbengkalai begitu saja.
Beberapa bulan setelahnya, Veta dan istri berniat untuk menghidupkan kembali usaha ayam geprek dengan memindahkannya ke Jogja. Mereka berdua mencari ruko yang strategis namun harga sewanya masih bisa dijangkau. Hingga ditemukanlah sebuah ruko di seberang Stadion Sultan Agung Bantul.
“Tapi setelah dibayar, kita mikir ulang kayanya nggak cocok buat jualan ayam geprek. Kebetulan itu ruko bekas jualan mie ayam, ada gerobaknya, spontan kita kepikiran jualan mie ayam saja,” ujar pria lulusan psikologi UGM ini.
Berhubung ruko sudah dibayar, mereka tak punya waktu lama untuk persiapan. “Ibarat kalau naik taksi ini argonya sudah jalan, sayang kalau nggak segera dimanfaatkan,” tambah Veta.
Dalam waktu sepekan, Veta dan sang istri meramu racikan terbaik berdasarkan referensi dari YouTube dan memori tentang deretan mie ayam yang pernah dicoba. Ide awalnya, Veta ingin membuat mie ayam yang segar dan berkuah tak terlalu kental. “Pengennya kaya Wonogirinan yang kuahnya agak bening,” ujarnya.
Namun setelah beberapa kali percobaan, munculah ramuan bumbu terbaik yang agak kental dengan kuah kari. Bekal itu sudah cukup membuat Veta dan istrinya yakin untuk mulai membuka warungnya pada November 2020. Mengenalkan Pak Sarmintul ke dunia permieayaman.
Mengenai nama, Pak Sarmintul sudah ada di benak Veta sejak lama. Saat menjadi admin Twitter @infomieayamyk sejak 2015 silam, Veta sering menjumpai akun-akun yang membagikan foto mie ayam namun tidak menyertakan nama maupun lokasi warungnya.
“Saya sering nyeletuk ‘Mie Ayam Pak Sarmintul’ di Twitter kalau ada yang share mie ayam tanpa nama. Eh akhirnya malah jadi nama warung saya,” kenangnya.
Pak Sarmintul mengusung slogan “Membuat Kamu Terkintul-kintul”. Menurut Veta terkintul-kintul diambil dari terkintil-kintil yang bisa diartikan sebagai perasaan untuk ingin terus mengikuti.
Frasa terkintil-kintil ini cukup populer karena menjadi salah satu lagu yang dibawakan oleh almarhum Didi Kempot. Terkintil-kintil, cintaku terkintil-kintil, begitulah potongan lirik lagunya. Namun terlepas dari urusan tafsir menafsir, bagi Veta yang terpenting adalah rimanya yang enak didengar. Juga keselarasan dengan penyebutan “Pak Sarmintul”.
Menyandang beban sebagai pemilik akun @infomieayamyk
Saat awal-awal Pak Sarmintul dibuka, Veta tak percaya diri untuk mempromosikan warungnya. Apalagi menggunakan akun @infomieayamyk dengan lebih dari dua puluh ribu pengikut yang dimilikinya. “Lha gimana, nanti kalau ternyata menurut pasar kurang enak kan wagu. Masa mie ayam punya @infomieayamyk nggak enak,” keluhnya.
Ia akhirnya membuat akun khusus untuk promosi warungnya. Namun tidak pernah mengaitkan dengan akun @infomieayamyk. Berjalan begitu selama beberapa bulan hingga akhirnya respons positif mulai datang dari pelanggan.
“Karena kebetulan kenal, saya pernah ngajak Dadad ‘Javafoodie’ untuk makan Pak Sarmintul, dia sih bilangnya enak, saya jadi agak lega,” ungkapnya.
Setelah itu ulasan di Google mulai bertambah. Banyak yang positif dan menyukai Mie Ayam Pak Sarmintul. Percakapan di Twitter tentang Pak Sarmintul pun mulai meningkat. Barulah Veta memperkenalkan kepada khalayak ramai bahwa usaha tersebut miliknya.
Tak hanya itu, di akhir 2021 lalu banyak warganet yang menempatkan Pak Sarmintul sebagai urutan atas rekomendasi mie ayam terbaik di Yogya. Menanggapi hal itu, Veta merespons sederhana. “Ya syukur, memang kalau urusan lidah kan kita nggak bisa atur. Kita bisanya usaha menjaga kualitas dan pelayanan.”
Perang bintang permieayaman part 1.
Ini yang ditunggu-tunggu. Saking akehe mie ayam di Jogja. Zuzurly, angel iki karena kabeh enak. Hahaha :D. Kuah kari di sini maksudnya kuah kentel yang herbsnya nampol. @InfoMieAyamYK @bagaswarass__ @dheni_wahyu_s pic.twitter.com/pQx5Y3iN0Z— IG: @jogjamakanterus (@jogjamakanterus) December 30, 2021
Namun hal itu tak serta merta membuat ayah tiga anak ini sering mengunggah dagangannya di akun @infomieayamyk. Ia tetap menjaga agar akun itu agar bisa menjadi wahana berbagi ragam informasi mengenai mie ayam. “Aku merasa nggak adil kalau terlalu sering promo Pak Sarmintul meskipun itu akunku. Kalau ada yang nge-tag aja paling baru aku retweet,” ungkapnya.
Pengalaman mengelola akun media sosial rujukan untuk informasi mie ayam membuat Veta mencatat beberapa poin penting agar usahanya disukai pelanggan. Misalnya agar mengedepankan keramahan dalam pelayanan. “Aku punya banyak pengalaman diketusin bakul mie ayam, nggak enak, jadi karyawanku harus ramah,” tegasnya.
Kebersihan juga jadi aspek penting yang ia tekankan. Beberapa testimoni tentang Pak Sarmintul di media sosial memang mengapresiasi tempat ini. Saat pertama kali sampai di sini, meja yang saya singgahi nampak kinclong. Kecap, sambal, timun, loncang, hingga tisu yang ada tertata rapi. Selain itu Pak Sarmintul juga selalu terbuka dengan masukan.
Dalam setahun perkembangan Pak Sarmintul terbilang cukup pesat. Warung ini belakangan buka enam hari dalam sepekan dari jam 10.00 hingga 20.00 WIB. Meski kadang jam buka berubah. Setiap harinya rata-rata terjual 150 hingga 200 mangkuk mie ayam. Saat ramai bahkan bisa mencapai 300 mangkuk sehari.
Buka cabang dan mundur dari pekerjaan
Perkembangan usaha yang cukup baik menjadi salah satu modal utama Veta untuk memberanikan diri membuka cabang baru Mie Ayam Pak Sarmintul. Selain itu, ada alasan lain yang membuatnya tergerak untuk membuka cabang. “Aku mau resign dari pekerjaanku, syarat dari istriku biar dikasih restu harus sudah buka cabang baru Pak Sarmintul,” jelasnya.
Hal itulah yang akhirnya mendorong dibukanya Pak Sarmintul cabang baru di Jalan Kemasan, Banguntapan, Bantul pada Juli 2021 lalu. Namun sebenarnya, keinginan Veta untuk mundur dari pekerjaannya sudah muncul sejak beberapa waktu sebelumnya.
Dirinya sudah merasa jenuh dengan pekerjaan yang ia jalani sejak 2012. Padahal posisinya sudah terbilang tinggi. Ia menjabat sebagai koordinator SDM wilayah yang membawahi beberapa cabang BUMN sektor keuangan tempatnya bekerja.
“Pertama ya itu karena jenuh dan butuh tantangan baru. Kedua, karena dimutasi ke Solo, jadi agak berat,” ujarnya.
Meski tak menyebut nominal tepatnya, Veta mengaku gajinya saat bekerja masih jauh di atas penghasilan perbulan dari Mie Ayam Pak Sarmintul yang ia tekuni saat ini. Sebab ada 13 karyawan yang bekerja di dua cabang Pak Sarmintul dan juga sewa ruko yang harus dibayarkan. Pengeluaran-pengeluaran itu menyedot sebagian besar hasil penjualan setiap mangkuk mie ayam.
Namun, keputusannya sudah bulat dan ia tak merasa menyesal. Menurutnya pekerjaan harus dijalani dengan bahagia dan sekarang ia merasakan hal itu saat menjalankan bisnis mie ayam. Makanan yang ia gemari sejak umur belia hingga kini menjelang empat puluhan.
Bisnis ini ia anggap sebagai marathon yang panjang. Perlu konsistensi dan nafas yang kuat. “Kalau buat viral-viralan gampang, itu kaya lari sprint. Belum tentu bertahan lama. Paling penting itu konsistensi dan menjaga kualitas,” papar Veta.
Veta belum memikirkan di mana akan membuka cabang baru lagi nantinya. Atau membuka diri pada tawaran waralaba. Ia hanya berharap bisa mempertahankan dan terus memperbaiki kualitas Mie Ayam Pak Sarmintul yang ada sekarang.
“Semoga tahan lama dan suatu saat bisa jadi mie ayam legenda,” tutupnya.
Reporter : Hammam Izzudin
Editor : Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Warung Pecak Ikan Pari Mbak Yanti Pekalongan, Bikin Mandi Keringat dan liputan menarik lainnya di Susul.