MOJOK.CO – Setelah beberapa kali menjadwalkan pertemuan dan gagal, saya akhirnya dapat menjumpai Bobby, vokalis sekaligus orang di balik nama besar Kufaku.
Dari banyak hal yang terkenal dari Batam, saya rasa tak ada yang bisa menandingi popularitas Kufaku di jagat maya. Band legendaris ini, sampai hari ini masih ditonton dan tentu saja dihujat dikomentari warganet Indonesia.
Jika kamu memiliki waktu luang atau butuh sesuatu yang menghibur, tengoklah lagu mereka dengan judul “Cuma Kamu”. Jika tidak terhibur, kamu paling tidak akan bersyukur tak pernah membentuk grup band.
Khusus lagu ini, perolehan like bertahan di angka 34 ribu, dislike bertengger di angka 150 ribu (dan kemungkinan akan bertambah) serta view mencapai lima juta kali.
Saya mengunjungi Bobby di markas Budak Dunia Manajemen, label rekaman yang menaungi Kufaku di kawasan Sungai Panas, Batam.
Bobby adalah tokoh sentral dalam Kufaku dan Budak Dunia Manajemen seperti halnya Ahmad Dhani Prasetyo di Dewa 19 dan Republik Cinta Management. Tujuan kunjungan ini tak lain tak bukan adalah untuk mengorek sisi lain yang tak banyak diketahui oleh publik, sekaligus biar tulisan saya bisa nongol di Mojok.
***
Redaktur Mojok (Agus Mulyadi) pernah datang ke Batam, pada 2018. Menurut pengakuannya, yang dia tahu soal Batam itu cuma dua: black market dan Kufaku.
Yoiii! Mak keras betul, e. Jadi Abang ni dari Mojok?
Bukan, saya dari sini (Batam) juga.
***
Saya lantas berbasa-basi tentang lagu yang bisa dibilang melambungkan nama Kufaku. Apalagi kalau bukan “Cuma Kamu”.
Lagu ini sebenarnya menarik. Muatan liriknya easy listening walaupun kedalaman maknanya tak perlu diragukan. Personel Kufaku dalam lagu ini juga bisa dibilang colorfull dan tentu saja stylish.
Lokasi pengambilan gambar? Tak main-main, Bung. Sebuah resort mewah yang menghadap Singapura.
Artis video klip pun bukan sembarang. Seorang perempuan bule, dalam lagu ini mendapat kehormatan untuk digendong beberapa saat oleh Bobby.
Lalu apa yang membuat lagu ini dan kemudian Kufaku dihujat? Alasannya cuma satu: Kufaku dan “Cuma Kamu” muncul terlalu cepat di Indonesia atau dengan kata lain masyarakat Indonesia belum siap dengan mahakarya ini.
***
Kenapa namanya Kufaku?
Biar orang yakin, kalau suatu saat apapun yang mereka lakukan dengan sungguh-sungguh pasti berhasil.
Nah, Kufaku ini dikenal orang tak bisa nyanyi, tak ngerti alat musik, tak jelaslah pokoknya. Tapi begitu dia ngeband, dia terkenal. Itulah filosofinya. Karena itu hak dan kuasa Allah, kalau Dia berkata jadi, maka jadilah.
Tapi kalau ada yang menyebut “Kupaku” juga banyak. Jadi tiap ada yang dengar lagu kami, mereka akan terpaku. Sesuailah dengan namanya: “Kupaku”.
Walaupun di banyak video Abang tampak urakan, ternyata cukup religius juga ya ternyata?
Yoi, tiga tahun aku di pondok (pesantren). Jadi kalau soal agama, tak usah ditanya lagi lah.
Orang kan kenal Abang karena Kufaku. Mungkin orang perlu tahu sisi lain seorang Bobby. Saya dengar background pendidikan Abang itu S2 ya?
Kalau musik, istilahnya hobi. Yang utama (maunya) usaha.
S2 di mana, Bang?
S2 Uniba (Universitas Batam), S1 Uniba, D3 Bandung, di STBA YAPARI – ABA Bandung. Bahasa Inggris.
Tahun berapa di Bandung?
Tahun 2000.
***
Sekembalinya dari menempuh pendidikan di Bandung, Bobby pulang ke Batam dan bekerja di salah satu jawatan di Batam. Pada 2015, setelah menghabiskan 10 tahun pengabdian pada negara, Bobby keluar dari jawatan tersebut karena keributan kecil: dia membongkar nepotisme di instansi tersebut.
Kenapa memutuskan keluar dari sana, Bang?
Kalau tetap di sana, kapan aku mau kaya?
Tapi bagaimana tanggapan keluarga? Bukankah jadi PNS itu kebanggaan keluarga?
Sebenarnya yang mau saya jadi PNS itu Mamak. Orang tua bilang, “kerja lah ko Bob.”
Kerja menurut keluarga adalah jadi PNS?
Iya. Kata mereka, “Buat apa aku sekolahkan kau jauh-jauh sampai Bandung, S1, S2.”
Akhirnya?
Jalan lah. Aku dah nyenangkan mereka 10 tahun. Sudah cukup lah.
Soal lagu “Berak Tak Cebok”, ini kan bentuk kritik sosial ni, ceritanya macam mana?
Jadi ceritanya, kalau mau dirunut, ya kita dulu kan sering tak ada air. Sering mati air. Karena air mati, tak ada air, ya kita berak sembarangan, lah. Itu realitas, nggak dikarang-karang. Kalau berak sembarangan tu ape yang ade lah. Ada daun pakai daun.
Nah, ini lagu “Taik Anyot” (tahi hanyut-red), apa lagi ini Bang?
Kalau taik anyot ni soal kebiasaan anak pulau. Kita kan sering nengok taik, tenggelam timbul, tenggelam timbul. Sampah di mana-mana. Duduk sini nampak taik, duduk sana nampak taik. Kanan, kiri semua taik. Kotor lah istilahnya. Alam kita kotor.
Hm. Ada juga lagu “Beruk Bakau”. Ini apa?
Beruk Bakau? Ko orang tanya beruk bakau ya macam beruk-beruk bakau ni lah. Manusia-manusia yang suka makan duit rakyat.
Wow. Ternyata soal itu. Awalnya saya mengartikan secara harfiah. Saya kira lagu ini soal kerusakan lingkungan juga.
Orang Batam, terutama orang pulau kenal kiasan beruk bakau. Beruk bakau tu, kalau dia ramai, dia rusuh. Kalau dah rusuh, dia makan, berebut, berkelahi. Merusaklah. Habis kita punya pohon-pohon. Nah, itulah beruk bakau. Itulah preman-preman, orang tak betul di Pemko tu Beruk Bakau.
Apakah ada hubungan lagu “Beruk Bakau” ini dengan ribut-ribut di dinas dulu? Lagu ini, muncul sebelum atau sesudah ribut-ribut di jawatan itu?
Ribut-ribut dulu baru keluar.
Berarti ini semacam respons terhadap kejadian itu ya?
Yoi.
Balik lagi ke Kufaku. Band ini kan terkenal salah satunya karena lagu “Cuma Kamu”, tanggapannya gimana, Bang?
Lagu itu sebenarnya kalau dihayati, liriknya bercerita tentang orang terkasih yang sudah meninggal. Proses pembuatan liriknya pun mengikuti lagu pop yang sedang hits pada masa itu. Untuk pembuatan video klip pun aku yang mengatur semuanya.
Termasuk pemilihan model video klip itu?
Yoi. Namanya Chaty Shelter dari Australia.
Kok bisa dapat model bule, Bang?
Nah, ini sebenarnya terjadi secara kebetulan. Jadi aku punya rekan kerja di Dinas dulu yang punya anak dan menikah dengan orang Australia. Terus lahirlah si Chaty itu. Datuk dia itulah yang menawarkan cucunya jadi model di video klip “Cuma Kamu”. Yang menarik juga, aku tak keluar duit sepeser pun menggunakan jasa dia sebagai model. Hehe.
Sedikit cerita, jauh sebelum lagu itu diunggah di Youtube, semua kru yang terlibat di dalam pembuatan video itu aku tanyai semua pendapatnya. Karena aku yakin, lagu itu pasti meledak. Terlepas baik ataupun buruk. Nah dari sekian banyak yang saya tanyai, cuma drummer aja yang nggak setuju, mungkin dia tahu kali ya bakal banyak dihujat. Haha.
Bagaimana Abang menyikapi kolom komentar di kanal Youtube Kufaku?
Prinsip aku, selama komentar buruk masih mencakup Kufaku sih, bebas. Tapi kalau masuk ke ranah pribadi, kau kusapu lah. Makannya kalau ada yang komen aneh-aneh di akun pribadi, aku blok semua.
***
Disinggung mengenai warna Melayu yang kental dalam lirik lagu mereka, Bobby angkat suara mengenai motivasinya. Menurutnya, ini adalah strategi menggunakan diksi yang cendrung aneh dan tidak diketahui orang banyak.
Dengan ini, orang akan penasaran dan mau mendengarkan. Mengutip Bobby, “kalau pakai istilah nepotisme, korupsi, orang tak tertarik. Kalau kita kiaskan ‘Beruk Bakau’, orang tertarik.”
Benar memang kata pepatah zaman dulu, dalam berkarya tak boleh setengah-setengah. Hasil tak akan pernah menipu proses. Kalaupun tak bisa jadi yang paling bagus, paling tidak jadilah yang paling….
…
… unik.
Hehe.
BACA JUGA Iya, Kufaku Band Masih Merilis Lagu, dan Lagu Terbarunya Berjudul ‘Berak di Bakau’ atau tulisan LIPUTAN lainnya.