Usianya 103 Tahun, TK Tertua di Indonesia Ada di Jogja, Kini Punya 20 Ribu Jaringan

TK ABA Kauman, TK tertua di Indonesia. (Ega Fansuri)

Mojok berkunjung ke Taman Kanak-kanak (TK) tertua di Indonesia yang berada di Kauman, Gondomanan, Yogyakarta. Usianya, bulan Agustus ini tepat 103 tahun. Dari tempat ini, cikal bakal TK ABA yang punya ribuan jejaring bermula.

***

Saya memasuki gerbang sisi utara Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta. Menelusuri gang menuju sebuah Taman Kanak-kanak (TK) yang letaknya kurang lebih seratus meter di sisi barat pintu masuk tadi. Jumat (29/7/2022) pagi, kawasan ini lumayan ramai karena sedang ada renovasi di sejumlah titik Masjid Gedhe. Pekerja lalu lalang mengangkat material. Suara hantaman palu ke beton nyaring bunyinya.

Di depan TK Aisyiah Bustanul Athfal (ABA) Kauman, beberapa orang sedang menunggu anak-anaknya. Ada seorang lelaki tua dengan pakaian cukup kasual, ia memakai kaos dengan celana jins yang menarik perhatian saya. Pria bernama Ahmad Sanusi (65) itu ternyata sedang menunggu dua cucunya.

“Dua cucu saya di sini,” katanya ringan.

Bagi warga Suronatan yang letaknya tak terlalu jauh dari sini, TK ABA Kauman memang bukan sesuatu yang asing. Bukan saja karena letaknya yang dekat, akan tetapi dahulu ia juga memasukkan dua anaknya yang kini sudah jadi orang tua di institusi pendidikan ini.

“Dulu dua anak saya yang sekarang sudah jadi dosen UAD dan UII juga di TK ini,” kenangnya.

Tak lepas dari kiprah Aisiyah dan Muhammadiyah

Suara riang anak-anak berusia 4-6 tahun yang sedang bermain seolah memanggil saya untuk masuk. Saya melangkah ke dalam dan menyapa wajah-wajah penuh keceriaan yang sedang berlarian. Ada yang sedang saling berkejaran, bermain ayunan, dan menaiki bermacam wahana permainan sederhana lain yang ada di sana.

TK ABA Kauman berusia 103 tahun.
Anak-anak siswa TK ABA Kauman sedang asyik bermain di halaman (Hammam Izzuddin)

Di pinggir halaman, Kepala TK Emi Widayati sedang mengawasi anak-anak. Emi sudah sejak 2014 mendapat amanah memimpin instansi pendidikan TK tertua di Indonesia yang berada di bawah naungan Pimpinan Ranting Aisyiah Kauman ini.

Ia mengajak saya singgah ke ruang guru lalu menceritakan bagaimana TK yang kini punya 63 peserta didik ini bermula. Perjalanan melintas zaman yang telah berjalan sejak lebih dari seabad lalu.

“TK ABA Kauman ini jadi TK pertama di Indonesia dan sudah mulai berkegiatan sejak 1919, meski dahulu bukan di gedung ini,” kata Emi.

Kemunculan TK ini tak bisa lepas dari kiprah Aisyiah dalam ranah pendidikan anak dan perempuan.  Aisyiah berdiri pada 19 Mei 1917. Yang memprakarsai adalah pengurus Muhammadiyah dan Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah bersama lima tokoh perempuan Kauman lain yakni Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadungah, dan Siti Badilah.

Kiprah  Aisyiah saat masa awal, memunculkan  Siswa Praja Wanita (SPW) yang digerakkan oleh perempuan muda. Salah satu sosok yang berperan penting dalam tercetusnya TK ABA ini adalah Siti Umniyah. Ia merupakan gadis Kauman kelahiran 29 Agustus 1905 yang menjadi murid langsung dari Ahmad Dahlan dan Siti Walidah.

Awalnya bernama Frobel

Emi menceritakan, awal mulanya, kegiatan TK  bukanlah di tempat yang saat ini saya kunjungi, melainkan di Dalem Pengulon Keraton Yogyakarta yang menjadi tempat tinggal Siti Umniyah. Lokasi bangunan itu berada persis di sisi utara Masjid Gedhe Kauman.

Dalem Pengulon cikap bakal tempat TK ABA Kauman, di utara Masjid Gedhe. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Selain tempat, dulu namanya juga berbeda. TK ABA lahir dengan nama Frobel. Nama itu berasal dari sosok Friedrick Wilhelm August Frobel  yang merupakan pencetus pendididikan anak usia dini dari Jerman. Frobel lewat nilai-nilainya telah menginspirasi Aisyiah yang kemudian mengadaptasinya, di sebuah kampung padat tengah di Kota Jogja.

Dalam perjalanannya, penamaan Frobel kemudian berubah menjadi Taman Kanak-kanak Aisyiyah dan pada workshop ke-10 Wilayah pada tahun 1973, TK milik ‘Aisyiyah diseragamkan sebutannya menjadi TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA). Sejak itulah, orang-orang mengenalnya dengan sebutan TK ABA Kauman.

Dalam Surat Keterangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIY Tahun 1985, tertera bahwa TK ABA Kauman berdiri sejak 21 Agustus 1919. Disebutkan pula bahwa telah tercatat di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIY sejak 22 September 1970.

Sejarah panjang yang TK ABA, membuat banyak kalangan tertarik berkunjung ke sini. Emi kerap menjumpai wisatawan, peneliti, hingga jurnalis yang ingin tahu sejarah TK ABA Kauman. Saat saya buka buku tamu, memang terisi banyak daftar kunjungan dari beragam latar belakang dan kepentingan.

Selepas menceritakan sejarah panjang, Emi mengajak saya berkeliling bangunan sekolah. Di ruang aula yang menurutnya merupakan bangunan cagar budaya, terpajang foto-foto hitam putih penuh sejarah. Tampak peserta didik Frobel dengan seragam putih berbalut kain jarik bermotif batik di bagian bawahnya.

TK ABA Kauman terkini

Tak ada keterangan waktu dalam foto-foto yang terpampang di dinding itu. Namun, tampak sudah lama sekali. Bukti kalau institusi pendidikan ini telah melalui dekade demi dekade.

“Entah mereka masih ada yang hidup atau tidak ya, sepertinya sudah pada meninggal,” celetuk Emi sambil menyaksikan foto itu lamat-lamat.

Potret lawas kegiatan TK ABA Kauman (Hammam Izzuddin)

Pada sudut aula, terdapat sebuah ruang kecil yang ia sebut museum mini. Isinya terdapat foto-foto bersejarah yang terpajang. Sebagian foto itu menunjukkan kegiatan-kegiatan Aisyiah pada masa lampau.

Puluhan album foto lama berisi dokumentasi kegiatan TK ABA Kauman berada di rak. Selain itu ada beberapa meja dan kursi kecil. Emi menjelaskan bahwa itu merupakan meja dan kursi lama yang dulu digunakan untuk proses pembelajaran.

Dalam perjalanannya, TK ABA Kauman telah melahirkan banyak alumni. Tak ada pihak yang mengetahui secara detail berapa jumlah lulusan TK ini. Emi juga berujar bahwa setiap tahun, siswa yang lulus jumlahnya tak pasti.

“Ya terakhir kemarin kita meluluskan sekitar 30-an anak. Kadang juga bisa 40 sampai lima puluh anak pertahun,” ujarnya.

Di antara banyaknya alumni yang telah diluluskan TK ABA Kauman, sebagian barangkali merupakan nama yang tak asing buat banyak orang.  Mantan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto pernah merasakan belajar di tempat ini.

Selain itu, Siti Baroroh Baried, profesor perempuan pertama Indonesia sekaligus mantan Ketua Umum Nasyiatul Aisyiah dan Prof Dr dr Siti Dawiesah Ismadi MSc menjadi guru besar Fakultas Kedokteran Pertama Universitas Gadjah Mada juga berasal dari TK ini. Tentu, masih sosok lain yang fase awal pendidikannya ditempuh di sini, Emi juga mengaku tidak hafal betul nama-namanya.

Mempertahankan keunggulan TK sejak pertama berdiri

Menurut Emi, keunggulan yang coba terus dipertahankan TK ABA Kauman terdapat pada pendidikan karakter dan keagamaan. Dalam satu gedung ini, terdapat tiga kegiatan pembelajaran yakni TK, Kelompok Bermain (KB), dan Taman Pendidikan Al-quran (TPA).

Kegiatan belajar mengajar di TK ABA Kauman. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Kini ada 63 peserta didik jenjang TK yang terbagi dalam empat kelas. Kelompok TK A satu kelas dan kelompok TK B tiga kelas. Satu guru mengampu setidaknya lima belas anak. Peserta didik juga tak hanya dari kawasan sekitar Kauman. Emi menurutkan bahwa sebagian berasal dari Godean dan beberapa daerah lain di Sleman serta Bantul.

Bagi Emi dan jajaran guru dan karyawan di TK ABA Kauman, riwayat historis panjang yang ada di tempat ini mendorong mereka terus bersemangat memberikan yang terbaik bagi para peserta didik. Tempat ini tonggak awal dari jaringan TK milik Aisyiah yang kini tersebar di seluruh Indonesia.

“Kami terus mencoba mempertahankan semangat yang dulu ditanamkan para penggagas Aisyiah,” ucapnya.

Melansir dari Suara Aisyiah, setidaknya kini ada lebih dari 20 ribu TK ABA yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Bahkan ada satu yang berdiri di Mesir. Sambil melihat sudut-sudut area, saya menyadari bahwa dari kawasan ini ribuan jaringan itu bermula.

Saat tenggelam dengan pemikiran itu, tiba-tiba bel berbunyi. Waktu menunjukkan jelang pukul sepuluh. Tanda anak-anak perlu masuk kelas dan bersiap menyudahi kegiatan hari ini. Para guru membimbing anak-anak yang masih asyik berlarian.

Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Cerita dari Alumnus Sekolah Copet di Jogja dan Mitos Air Keran Polresta

Exit mobile version