Tips dari umi untuk yang mau jadi content creator
Sembari menikmati suguhan es lilin, saya mendengarkan strategi yang dilakukan oleh Umi dalam mengelola akun CapCut-nya. Satu hal yang penting menurutnya adalah fokus video. Konten yang dibuat Umi seputar hal galau, bucin, baper, dan kegabutan karena sasarannya adalah anak muda.
“Harus ada tema di akunnya. Semisal aku bikin video jedag-jedug, ya harus gitu terus. Kalau aku bikin yang lain pasti sepi gak ada peminat,” jelas perempuan ini di tengah aroma TPST Piyungan yang sesekali terasa begitu menyengat.
TikTok baginya adalah sumber inspirasi. Karena itu, scroll TikTok adalah kewajiban demi bisa menghasilkan konten yang FYP. TikTok ia pilih karena berandanya menawarkan konten yang lebih beragam. Berbeda dengan Instagram yang mengacu pada followers atau following.
Templat yang dibuat seringkali turut ia promosikan di TikTok. Dengan begitu, mereka yang ingin menggunakan templatnya cukup menekan logo CapCut di atas nama pengguna. “TikTok sama CapCut bisa dikolaborasi,” kata Umi.
Mengenai harapannya ke depan, ia mengaku sedang mengejar semacam Play Button. Semacam plakat yang diberikan kepada YouTuber, tetapi ini berlogo CapCut. Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang berada di level 6. Umi sendiri sudah berada di level 5, tapi untuk mencapai itu ia harus mengumpulkan 20 ribu poin. Ia masih perlu 7.600 poin lagi.
“Tapi ini yang ngasih leader. Bukan dari aplikasi CapCut langsung,” kata Umi.
Perjalanan menjadi konten kreator mengajarkan Umi untuk tidak menunjukkan proses dan usaha kerja kepada orang-orang. Baginya, membiarkan orang lain mengetahui kerja keras yang dilalui hanya akan menghasilkan bantahan.
“Aku nggak ada cerita ke siapa-siapa, tapi orang rumah tahu. Jadi kesebar kemana-mana. Orang-orang kan cuma mau tahu ketika kita sudah berhasil,” pungkasnya di hari yang sudah gelap itu.
Reporter: Delima Purnamasari
Editor: Agung Purwandono