Mbah Muji, Juru Parkir yang Berguru pada Elvis Presley Sejak 1956

Mbah Muji Juru Parkir yang Belajar dari Elvis Presley

Juru parkir berusia 85 tahun ini fasih sekali menyanyikan lagu-lagun Elvis Presley. Bahkan ia mengaku, penyanyi berjuluk King of Rock and Roll” itu adalah guru bahasa Inggrisnya sejak 1956.

***

Terakhir saya ngobrol panjang dengan Mbah Muji Mudjiono Siswosugiarjono (85) juru parkir di selatan Tugu Jogja sekitar tahun 2017. Saat itu, dari balik sebuah kedai kopi yang kini sudah tutup, saya melihat seorang juru parkir tua, tengah berbincang dengan bule. 

Keduanya membuka mulut lebar-lebar, lantas keduanya tertawa terbahak-bahak. Rupanya mereka sedang pamer gigi mereka yang sama-sama ompong. Kemudian baru saya ketahui kalau bule itu bernama Dave (74), teman Mbah Muji sejak lama yang baru saja membeli tembakau di toko tak jauh dari Tugu. 

“Sekarang sudah jarang ketemu sama Dave,” kata Mbah Muji ketika saya temui tengah duduk santai di selasar sebuah toko, Rabu (5/10/2022). Muji mengenal Dave sebagai orang baik. Orang Inggris yang lama tinggal di Indonesia. Setiap bulan sekali, biasanya Dave membeli tembakau di Toko Tembakau & Cerutu Wiwoho. 

Setiap ketemu Dave, Mbah Muji akan ngomong dalam bahasa Inggris. Bahasa yang ia pelajari dari Elvis Presley. 

Pagi itu, sebenarnya saya tidak bermaksud untuk wawancara dirinya. Hanya saja saat melintas di Tugu Jogja, saya melihat ia tengah berbaring tidur di depan sebuah toko. 

Mbah Muji tidur santai di sebuah toko yang tutup. Setiap hari ia jaga parkir dari pukul 09.00 - 17.00 WIB.
Mbah Muji tidur santai di sebuah toko yang tutup. Setiap hari ia jaga parkir dari pukul 09.00 – 17.00 WIB. (Agung P)

Saya menunggunya bangun di warung soto tak jauh dari Tuju Jogja. Sekitar satu jam kemudian, ia belum membuka matanya. Namun, tangannya bergerak-gerak seperti tengah mengikuti irama musik. Saya memanggilnya pelan. Lantas ia membuka matanya dan duduk santai.

Usai menyapa, saya mengajaknya sarapan sambil ngobrol. Pendengarannya sudah jauh berkurang dari terakhir saya bertemu dengannya lima tahun silam. Tapi ketika disinggung soal Elvis Presley, matanya berbinar. Ia langsung menyanyikan lagu kesukaannya, Young Dreams.

Young dreams (young dreams, young dreams)
My heart is filled with young dreams (dreams)
And I’m longing to
Share them all with you
In my eyes (my eyes, my eyes)

…..

Mbah Muji menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan. Selain Young Dreams, saya minta ia menyebutkan lagu favorit lainnya. Ia bukan hanya sekadar menyebutkan judul lagunya, ia kembali menyanyikan lagu tersebut. 

“Wah banyak, tahun 1956 saya kan sudah nonton dia,” katanya ketika ditanya seberapa hapal ia pada lagu-lagu Elvis Presley. 

Elvis Presley lah yang mengajari Mbah Muji lancar bahasa Inggris. Mbah Muji selalu menyebut, guru bahasa Inggrisnya adalah Elvis Presley. Tahun 1956, ia sudah bekerja di bioskop Rahayu Yogyakarta. Saat itu film-film Elvis Presley sedang laris diputar di bioskop. Setiap hari, Muji minimal menonton film Elvis Presley tiga kali. 

Muji dengan sendirinya akhirnya jadi tahu dan memahami apa yang yang diucapkan oleh Elvis Presley. 

“I can speak English because I am learn from Elvis Presley. Elvis Presley say to everybody everything is learn. Don forget everything is learn!” katanya mengingat pesan Elvis Presley dalam satu filmnya.

Pesan itu juga yang membuatnya belajar apa saja selagi bisa. Dari apa yang ia pelajari, Mbah Muji kemudian mencoba berbagai pekerjaan. 

“Guide, security, drive motor car, wagon, Fiat. Fiat made in Italia, i can drive. I can drive train,” katanya mantap.

Mbah Muji menyanyikan lagu milik Elvis Presley. (Agung P)

Frasa terakhir membuat saya penasaran, karena ia menyebut bisa mengemudikan kereta api. Menurutnya, ia memang pernah bekerja di PT KAI. Jadi pegawai rendahan, paling rendah menurutnya. Tapi dia paling dicari. 

“Kalau ada bule di stasiun, saya yang paling dicari oleh pimpinan. Dipanggil lewat corong (pengeras suara) agar datang,” kata simbah yang mengaku punya 10 anak, 12 cucu dan 3 cicit. Soal bisa menyetir lokomotif, ia belajar dari pegawai-pegawai lain. Tapi ia sendiri bukan masinis. 

Di usianya yang ke 85 tahun, Mbah Muji masih aktif menjadi tukang parkir. Ia mulai menjadi tukang parkir di tahun 1956. “Dulu jalannya masih batu, pohon asemnya masih banyak,” katanya menunjuk Jalan Margo Utomo di depannya. Kendaraan bermotor juga masih sedikit. 

Usai makan, Mbah Muji kembali berbaring dan tidur di depan toko. Menurutnya, yang parkir kian sedikit. Namun, saya melihat sendiri, saat Mbah Muji tertidur, sebenarnya banyak orang yang parkir. Ia akan jaga parkir dari pukul 09.00 sampai pukul 17.00, dilanjutkan oleh salah satu anaknya.

 

Sumiyem (64) yang saya temui tengah jualan nasi kucing tak jauh dari lokasi Mbah Muji parkir tahu betul sosok Mbah Muji. Ia mengenalnya sejak tahun 1973 sebagai tukang parkir di dekat Tugu Jogja. “Ya kenal banget, Mas. Suami saya itu dulu teman dekatnya,” kata Sumiyem. 

Ia mengatakan, dulu Mbah Muji memang punya banyak pekerjaan. Bahkan pernah merantau di Surabaya selama 4 tahun. Setahunya Mbah Muji tinggal dengan dua orang anaknya. 

“Mba Muji itu sudah seperti orang tua saya. Sekarang ya banyak tidurnya kalau jaga parkir, mungkin sudah capai,” kata Sumiyem. Ia mengakui, Mbah Muji orangnya nggak mau diam, sehingga masih saja bekerja. 

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA: Blusukan ala Gang-Gangan dan Celana Kolor Motif Korpri di Jemuran

Exit mobile version