Ketabahan Pedagang di Jalan Malioboro, Jadi Konten Kreator TikTok Demi Tambah Pendapatan Malah Panen Hujatan

Ilustrasi pedagang Jalan Malioboro (Mojok.co)

Mencoba bertahan hidup dengan berjualan wingko babat di Jalan Malioboro Jogja sekaligus promosi di TikTok, Kiki justru dapat berbagai cemoohan. Dianggap cari perhatian hingga berharap belas kasihan dari kekurangan fisiknya.

***

Awal 2019, Wahyu Sofkhiana Lestari (32) yang akrab disapa Kiki memutuskan untuk berdagang wingko babat di sepanjang Jalan Malioboro bersama sang Suami Rohmad Setiawan (33). Ibu Kiki merupakan seorang penyandang disabilitas yakni lemahnya saraf motorik yang berakibat pada kesulitan dalam berjalan secara normal.

Kondisi itu membuatnya harus menggunakan kursi roda dan tidak bisa ditinggal sendiri ketika berdagang. Beruntung,  suaminya senantiasa setia menemaninya berdagang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anak anak nya.

“Dulu saya ga kerja, cuman ngurusin anak, suami saya saja yang bekerja,” ucap Kiki siang itu saat diwawancara di Jalan Malioboro pada (24/7/2024)

“Suami saya diputusin kontrak kerjanya. Pada akhirnya kami memutar otak dan memutuskan untuk dagang saja berdua,” sambungnya lirih.

Sebelum berjualan di Malioboro, Kiki sempat berjualan kue basah di Pasar Ngasem Jogja. Namun, seringkali dagangannya tak habis. Ia pun kerap merugi karena kue basah hanya tahan sehari.

Namun, tidak kehabisan akal dan pantang menyerah, ia memikirkan solusi yang tepat untuk menanggung lagi permasalahan tersebut, hingga muncullah ide untuk menjual wingko babat yang di mana jajanan ini tergolong lebih awet. Ia juga mendapatkan Wingko Babat itu dari produksi milik tetangganya.

Selain itu, iaa memutuskan untuk tidak berdagang lagi di pasar dan pindah ke Jalan Malioboro yang ramai pengunjung bervariasi setiap harinya.

“Alhamdulillah cara ini berhasil, dagangan saya banyak diminati dan dibeli oleh wisatawan di sini. Hampir setiap hari habis,” ujarnya bungah.

Pandemi Covid-19 melanda dan porak-porandakan usaha di Jalan Malioboro Jogja

Awal Maret 2020, kemunculan pandemi Covid-19 mendatangkan musibah bagi semua orang, termasuk bagi Ibu Kiki sendiri. Malioboro Jogja yang sepi pengunjung sejak pandemi, mempengaruhi penjualannya. Hal ini membuatnya sedikit berhenti ditengah usahanya dalam mencari nafkah itu.

“Beneran sepi banget mbak, saya juga mulai kesulitan di masa itu,” kenangnya

sosok pedagang di jalan malioboro jogja.MOJOK.CO
Sosok Kiki yang berjualan di atas kursi roda (Adelia/Mojok.co)

Lagi dan lagi, Ibu Kiki ini adalah pribadi dengan inovasi dan kreativitas yang tinggi. Ia berinisiatif untuk membuat konten sederhana yang disebarkan ke media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, serta YouTube yang berisi kesehariannya.

Konten yang ia buat sebenarnya ditujukan sebagai video motivasi agar orang di luar sana selalu bersyukur, dengan membuktikan bahwa meskipun dengan kekurangan fisik yang khusus, tidak dijadikan sebagai halangan dalam berjuang mencukupi kebutuhan hidup.

“Awalnya saya cuman iseng bikin konten, nggak punya pengetahuan dan pengalaman apa pun juga dalam hal record dan editing,” ucapnya.

Di balik semua hal yang ia lakukan, Kiki sama sekali tidak mengharapkan empati dari orang lain, termasuk karena keadaan fisiknya. Meskipun ia berdagang sembari menjadi konten kreator dengan menggunakan kursi roda, ia tetap tidak ingin pembeli atau orang yang melihatnya baik secara langsung maupun dari konten kontennya membeli dagangannya karena rasa empati atau kasihan semata.

Ia berjualan bersama dengan sang suami murni hanya untuk kelangsungan hidup dan keluarganya. Ia juga ingin memberikan kesan yang tidak akan dilupakan oleh wisatawan Jalan Malioboro yang membeli dagangannya.

“Saya pengen, ketika orang ke Malioboro lagi, mereka ingat saya dan dagangan yang saya jual,” terangnya.

“Saya juga pengen dari konten yang saya bikin, membuat orang tau kalo saya berdagang di Malioboro dan mereka berkeinginan untuk membeli,” imbuhya.

Tantangan menjadi seorang konten kreator

Sejak 2023, pengikut yang dimiliki Kiki di media sosialnya semakin meningkat. Namun, risiko tinggi lagi lagi harus ia tanggung lantaran banyaknya orang yang tidak suka dengan tindakan yang dilakukan oleh content creator ini.

“Banyak banget mbak, yang berkomentar buruk di setiap video saya,” curhatnya.

Banyak warganet yang menyebut Kiki membuat konten demi mencari perhatian. Sengaja memperlihatkan keterbatasan agar orang kasihan, hingga ia pernah hampir menjadi korban penipuan dari orang yang iseng ingin membeli dagangannya dengan jumlah banyak, namun tidak ada kepastian dan menghilang.

“Saya juga sering dapat spam telfon dari orang iseng, gak tau tujuannya apa, padahal saya mencantumkan nomor saya di sosmed untuk yang mau order dagangan saya secara online,” terangnya.

Kiki awalnya merasa sedih karena ketikan jahat yang ia jumpai di setiap videonya. Oknum tidak bertanggung jawab yang asal melontarkan ujaran kebencian tanpa tahu apa yang dilakukan oleh Ibu Kiki untuk bertahan hidup,

Namun, Kiki berupaya tabah. Komentar jahat tersebut ia jadikan alasan agar lebih semangat dalam berdagang melalui video konten yang ia punya.

“kita kan emang gak bisa mengontrol ucapan orang lain, yang bisa kita lakukan ya udah sabar dan tetap konsisten dengan konten yang kita bikin,” kata dia.

“Lagian, masih banyak sekali orang orang baik yang berkomentar positif di video saya, jadi ga usah dipikirin orang yang gasuka sama konten saya,” sambungnya.

Kebahagiaan menjadi konten kreator sekaligus pedagang di Jalan Malioboro

Di balik respons negatif warganet, ada hikmah yang bisa Kiki petik. Kini semakin banyak orang yang mengetahui dagangannya. Pembeli itu sendiri tidak hanya terdiri dari pembeli lokal di Jogja, namun juga dipesan hingga luar negeri.

“Wingko saya penjualannya udah sampe keluar negeri, Mbak. Saya sudah pernah kirim ke pembeli dari Malaysia, Hongkong, dan Taiwan. Itu semua karena mereka tau dagangan saya dari konten saya yang FYP,” ujarnya semangat.

Menurutnya, tantangan terbesar bukanlah persoalan kekurangan fisik yang ia miliki, maupun komentar negatif yang ia jumpai di setiap kontennya. Namun, bagaimana ia mampu membangun kepercayaan pembeli pada barang dagangannya agar pembeli merasa puas dan ingin membeli lagi.

Saat ini, Tiktok Kini sudah punya sekitar 30.000 pengikut. Selain itu, ada 50.000 subscriber di kanal YouTube miliknya. Di balik itu semua, Kiki juga berharap bahwa semoga tidak ada lagi komentar negatif yang dilontarkan padanya entah lewat apapun itu, hal itu dikarenakan tujuan ia berdagang hanya karena ingin menghidupi keluarga yang ia miliki.

Penulis: Adelia Melati Putri

Editor: Hammam Izzuddin

Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PKKM-MBKM) Unair Surabaya di Mojok periode Juli-September 2024.

BACA JUGA Tangis PKL Malioboro, Sekarang Laku Satu Satu Barang Sehari Saja Kadang Sulit, Apalagi Jika Tak Ada Rombongan Study Tour

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version