Sejak kecil di Temanggung suka bermain bola. Sampai ada kalimat “Perempuan kok main bola sama laki-laki.” Sampai akhirnya menorah beragam prestasi bersama tim futsal putri Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Yang terbaru adalah menjadi jurara di ajang Campus League 2025 Futsal Regional Jogja by Polytron.
***
Dipasang di posisi pivot, Rinjani Uli Br Manurung (20) memang tidak banyak mencetak gol jika dibanding rekan setimnya, Dwi Annisa Divaningrum.
Sepanjang event Campus League 2025 Futsal Regional Jogja, Divaningrum membukukan tujuh gol dan dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak (top skor) di grup futsal putri. Sementara Rinjani mencatatkan empat gol.
Namun, tugas utama pivot bukan semata mencetak gol. Tapi juga harus efektif menciptakan peluang dan menahan bola. Itu lah yang Rinjani tunjukkan setiap turun di lapangan.
Ia tampak cukup tangguh dalam menahan bola, sebelum mengalirkannya ke rekan yang membuka ruang. Serangan yang ia bangun dari bawah pun kerap menjanjikan. Pelan, pelan, lalu menembus celah lawan.
“Sebagai kapten, saya coba pegang prinsip bahwa kita bermain bukan untuk diri sendiri. Jangan egois. Tapi harus peduli satu sama lain, harus solid. Itu kunci kemenangan tim,” ujarnya saat saya temui di sela euforia juara tim futsal putri UNY pada Rabu (13/11/2025) malam di GOR Ki Bagoes Hadikoesoemo Universitas Islam Indonesia (UII).

“Perempuan kok main bola!”, suara yang mengiringi langkah masa kecil
Orang tua Rinjani sebenarnya berdarah Batak. Namun, mereka memutuskan pindah ke Temanggung, Jawa Tengah, sebelum Rinjani lahir. Rinjani akhirnya lahir dan tumbuh di Temanggung.
Dulu, orang tua Rinjani mengira kalau ia akan lahir sebagai anak laki-laki. Menurut kepercayaan tradisional setempat, konon kalau bayi susah keluar waktu lahiran, itu tandanya laki-laki.
“Ternyata lahir saya perempuan. Tapi sejak kecil saya memang dianggap tomboy,” ujar Rinjani.
Sejak kecil Rinjani memang lebih banyak akrab dengan anak laki-laki. Ia tidak akan terlihat di permainan-permainan yang umumnya dilakukan anak-anak perempuan. Tapi kalau ke lapangan desa, sudah hampir pasti menemukan Rinjani di sana: Ikut bermain kulit bundar bersama anak-anak laki-laki Temanggung.
“Jadi mesti ada yang bilang, ‘Kamu perempuan kok mainnya sama laki-laki terus’,” tutur Rinjani.
Sepatu dan bola dari orang tua
Ucapan-ucapan itu sama sekali tak mengganggu Rinjani. Sebab, orang tuanya saja tak mempermasalahkan. Justru mendukung penuh hobi Rinjani.
“Dulu kan aku juga sering ikut kompetisi-kompetisi di kampung. Nah, itu orang tua belikan aku sepatu dna bola buat penunjang,” kata Rinjani.
Karena merasa didukung, dan minat Rinjani pada futsal juga semakin kuat, semasa SMP ia akhirnya ikut ekstrakulikuler futsal. Beragam kompetisi futsal antar-pelajar ia ikuti.
Minatnya pada futsal kemudian ia lanjutkan hingga SMA dan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Spesifik ia memilih kuliah di Fakultas Olahraga demi mendalami dunia keolahragaan.
“Di UNY saya lihat tim futsal-nya juga bagus kan. Jadi saya tekuni saja minat futsal saya,” ucap Rinjani.
Ban kapten tim futsal putri UNY dan mimpi setinggi Rinjani
Karena integritas dan kecakapannya di lapangan, pelatih mendapuk Rinjani sebagai kapten untuk tim futsal putri Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Awalnya Rinjani merasa kaget. Karena di antara sekian pemain yang mencolok, ternyata ia lah yang dianggap layak mengenakan ban kapten.
Ban kapten itu tidak sekadar memberi beban tanggung jawab atau bahkan label prestisius belaka pada Rinjani. Tapi ia melihatnya sebagai titik untuk melangkah lebih jauh: Semakin menempa diri.
“Apalagi saya juga nggak mau berhenti hanya di sini (level kampus). Saya punya mimpi kelak bisa naik ke liga, terus syukur bisa ke Timnas,” sambung kapten tim futsal putri UNY asal Temanggung itu.
Rinjani bercerita, bukan tanpa alasan kenapa orang tuanya memberi nama “Rinjani” yang merupakan nama salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Harapannya memang agar Rinjani tumbuh sebagai anak dengan mimpi-mimpi tinggi, setinggi Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tim futsal UNY cetak sejarah di Campus League 2025
Rinjani dkk memang tampil impresif sepanjang gelaran “Musim Nol”/event perdana Campus League 2025 Futsal Regional Jogja by Polytron.
Di fase grup, tim futsal UNY mencatat satu hasil imbang dan tiga kali menang dalam empat pertandingan. Di semi final, UNY membatas habis Universitas Tida (Untidar) Magelang dengan skor 9-0. Rinjani menyumbang satu gol di laga tersebut.
Sementara di partai final, tim futsal UNY berhasil mengatasi perlawanan Universitas Negeri Malang (UNM) dengan skor 3-0. Rinjani juga mencatatkan namanya di papan skor denga satu golnya.
“Ini kemenangan penting dan bisa menjadi sejarah sih. Karena ini kan event pertama. Dan kami jadi juara pertama,” tutupnya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Liga Futsal Kampus Jadi Pintu Pembuka Rio Pangestu untuk Membentangkan Kariernya hingga Kancah Nasional atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan