Cherrypop Festival dan Misi Menghidupkan ‘Band Mitos’

cherrypop festival mojok.co

Cherrypop X Mojok.co

Acara-acara festival musik tak terbendung lagi. Gempuran ini tak terhindarkan lagi setelah pandemi selesai. Semua berlomba menyuguhkan konsep yang berbeda. Salah satu yang menarik perhatian adalah Cherrypop Festival. Apa yang membuat festival ini spesial?

***

Ahmad Sobirin (46) mulai membakar rokoknya. Sejenak bertanya kabar lalu mulai bercerita tentang Cherrypop Festival. Acara ini sudah ia gagas sejak tahun lalu. Idenya sederhana: ingin membuat muara aktivasi untuk kompetisi band baru di iKonser.

iKonser sendiri adalah platform channel televisi musik berbayar yang ada di  Indihome TV yang menyediakan konser musik secara virtual. Mereka mempunyai program kolaborasi dengan Prambanan Jazz dan Jogjarockarta untuk menampilkan band baru yang menjanjikan. Namun, mereka memutuskan untuk membuat aktivasi yang berdiri sendiri setelah melalui berbagai pertimbangan.

“Pada tahun pertama penyelenggaraan [Cherrypop] skalanya nggak terlalu besar karena masih pandemi dan juga hanya untuk muara aktivasi. Tapi, saat itu kita melihat responsnya kok menarik,” ujar Ahmad Sobirin yang akrab dengan sapaan Asob.

Ahmad Sobirin (IG @asob_ahmed)

Cherrypop Fun. Itulah tajuk acara yang mereka pilih. Tak ada makna tertentu dari nama tersebut. Cherrypop terpilih karena nama ini mudah untuk diucapkan dan gampang diingat.

Saat itu, mereka mencoba menjadikan Yogyakarta sebagai melting pot. Tak main-main, line up yang dihadirkan istimewa. The Dare (Lombok), Silampukau (Surabaya), Teenage Death Star (Bandung), Sangkakala (Jogja), dan Melancholic Bitch (Jogja). Hasilnya sesuai prediksi. 1.500 tiket ludes terjual.

“Tiga band yang kita datangin waktu itu jarang sekali main seperti Melbi (Melancholic Bitch-Red), Teenage Death Star, dan Silampukau. Itu yang akhirnya jadi embrio Cherrypop di tahun kedua ini,” ucap Asob.

“Ternyata dengan konsep band-band yang dalam tanda kutip nggak familiar atau nggak terlalu banyak dimainkan di festival lain itu justru diminati,” tambahnya.

Konsep festival dan kolaborasi

Sukses dengan Cherrypop Fun membuat iKonser berencana untuk melebarkan sayapnya. Mereka mencoba untuk meluaskan pasar. Caranya dengan menambah durasi dan artis yang tampil. Jadilah kemudian Cherrypop Fun bertransformasi menjadi Cherrypop Festival.

“Saya kira konsepnya sendiri sih masih sama dengan tahun kemarin. Kita mengundang band yang jarang sekali main di festival lain. Bahkan sudah lama sekali nggak manggung.”

“Terlepas dari ada artis-artis populer yang masuk tahun ini, saya kira mau nggak mau kita harus tetap kompromi. Karena ini scope-nya lebih besar dan kemudian tentu saja cost-nya lebih besar. Kita ingin menarik banyak genre lain untuk memperbesar jangkauan penonton,” terang Asob.

Teenage Death Star usai tampil di Cherrypop 2022 (Dok. Cherrypop)

Perbedaan lainnya dengan tahun lalu adalah hadirnya Mojok sebagai mitra kolaborasi. Kerjasama khusus antara festival dan media agaknya jarang dilakukan. Namun, tentunya ada perhitungan-perhitungan lain soal ini.  Asob mengatakan bahwa pihaknya melihat ada irisan antara segmentasi penonton Cherrypop dengan pembaca Mojok: Sama-sama “Cah enom sik ngulik.”

“Cherrypop ini kan baru dua kali. Di tengah banyaknya festival ini maka mau nggak mau kita harus menguatkan brand,” katanya.

Senada dengan Asob, Agung Purwandono sebagai Pimred Mojok juga mengatakan bahwa kerjasama semacam ini membuka peluang Mojok untuk masuk ke lintas segmen. Selama ini pihaknya belum pernah melakukan kerjasama strategis yang semacam ini.

“Cherrypop dan Mojok ini punya semangat yang sama. Berhubungan dengan anak muda dan pop culture yang kental di Mojok. Misalnya tahun lalu saat kita membuat Festival Mojok ternyata responnya juga sangat positif,” ungkap Agung.

Menghidupkan ‘band mitos’ sebagai signature festival

Asob mengakui, branding Cherrypop Festival memang dipikirkan secara serius. Oleh karena banyak festival musik yang ada, mau nggak mau festival ini harus punya karakter dan positioning.

Untungnya, orang-orang yang menggawangi Cherrypop Festival bukan pemain baru di dunia pertunjukkan musik. Ada Prambanan Jazz dan Jogjrockarta yang juga mereka terlibat di dalamnya. Sebelum mengembangkan konsep festival, pihaknya pun sudah memetakan beberapa festival musik serupa yang dekat dengan pasar Cherrypop.

“Kalau Synchronize Festival ini kan movement. Sedangkan Pestapora ya berpesta, event yang orang-orang betul-betul have fun di situ,” ucapnya.

Dari perbandingan-perbandingan beberapa festival tersebut, iKonser mencoba meng-create sendiri apa yang harus jadi signature Cherrypop Festival. Sejauh ini mereka bersepakat bahwa festival ini akan selalu memainkan band mitos.

Ugoran Prasad, vokalis Melbi, band yang dijuluki band mitos dari Jogja, saat tampil di Cherrypop 2022 (Dok. Cherrypop)

“Itu [band mitos] yang harus ada setiap tahun. Kemudian untuk line up musisi lainnya itu mungkin semua festival akan memakai para artis ini. Cherrypop hanya mengkurasi yang sesuai dengan konsep,” papar Asob.

“Dulu pernah ada kayak Lockstock Festival di Jogja. Jadi memang kayaknya kita mengarah ke arah sana untuk pilihan line up-nya. Lockstock itu sempat besar dulu. Festival jogja yang punya trademark,” kata Asob.

“Saya pikir karena Jogja udah ngga ada yang begitu ya kita mencoba ke sana,” imbuhnya.

Salah satu misi dari Cherrypop selain menghidupkan kembali band mitos adalah mewadahi band Jogja untuk punya “panggung besar” sendiri. Itu lah kenapa kemudian Cherrypop Fun pada tahun 2022 menampilkan Melancholic Bitch sebagai headliner, bukan Teenage Death Star atau yang lainnya. Tahun ini juga sama, banyak band-band yang populer dari berbagai daerah, namun di hari pertama sebagai headliner adalah Seek Six Sick dan Majelis Lidah Berduri akan jadi headliner di hari kedua.

Tak hanya musik

Menariknya, Cherrypop Festival tak hanya menampilkan pertunjukkan musik. Festival rencananya akan menghadirkan sejumlah event seperti workshop, pameran seni, pop up store, lokakarya jurnalisme musik, hingga pemutaran film dokumenter musik.

Khusus untuk dua yang terakhir, iKonser menamai programnya dengan Pena Skena dan Rekam Skena. Dua program tersebut secara khusus akan di-highlight. Baik Pena Skena dan Rekam Skena sudah dipersiapkan secara matang dan akan jadi supporting program festival.

Aktivasi pameran seni di Cherrypop 2022 (Dok. Cherrypop)

“Ini (Pena Skena dan Rekam Skena-red) ada irisannya dengan positioning dan branding. Person-person yang meng-create Cherrypop memang ada yang jurnalis dan pembuat film. Kita pengin bikin festival yang sedikit berbeda dengan festival lain,” kata Asob.

Saat ini baik Pena Skena maupun Rekam Skena masih jadi kesatuan di sebuah festival. Namun, Asob tak memungkiri bahwa ke depan mungkin saja bisa berdiri sendiri. Rekam Skena menurutnya bisa jadi “sesuatu” tersendiri.

Ia membayangkan nantinya akan ada festival yang core-nya itu Rekam Skena. Pun demikian dengan Pena Skena. Ada festival yang core-nya itu tentang jurnalisme dan lokakarya, panggung musik hanya jadi konten tambahan.

“Mungkin ke depan bisa jadi sesuatu yang berdiri sendiri. Jadi ekosistemnya ini bisa jalan sendiri-sendiri,” pungkas Asob.

Swasembada

Sementara itu, Cherrypop Festival tahun ini rencananya akan menggaungkan tema besar “Swasembada Musik”. Acaranya bakal berlangsung dua hari berturut-turut pada 19-20 Agustus 2023 di Asram Edupark, Yogyakarta.

Mengapa swasembada? Arsita Pinandita, Creative Director Cherrypop Festival tahun ini menjelaskan bahwa kata “swasembada” erat kaitannya dengan kemandirian. Tema ini rasanya cocok untuk mengambarkan gaya hidup anak muda masa kini yang cenderung santai untuk lebih giat lagi menjalani hidup.

Oleh karena penyelenggaraan tahun ini berkolaborasi dengan Mojok, maka nantinya akan ada aktivasi tambahan. Beberapa program nantinya akan hadir di Mojok Stage. Seperti Kelas Menyambal & Bedah Buku, PutCast Live, Kelas Bungkus Daun, Stand Up Comedy, Jasa Sketsa Wajah, serta beragam kegiatan lainnya. Dan yang menarik akan ada penampilan perdana Agus Mulyadi Electonan.

Sementara untuk panggung musik secara keseluruhan—baik di Cherrypop Stage maupun Mojok Stage—line up-nya dari lintas genre dan generasi. Mulai dari yang eksis di tahun 90-an, hingga yang baru “nyebur” ke dunia musik beberapa tahun terakhir.

Beberapa nama yang dipastikan tampil antara lain Seek Six Sick, DOM 65, Jenny, Lomba Sihir, Bangkutaman, Nonaria, Rumahsakit, Monkey To Millionare, Southern Beach Terror, hingga Krowbar.

Selain itu, penampil lain seperti Perunggu, The Adams, The Jansen, Gabber Modus Operandi, Jumat Gombrong, Agus Magelangan Electonan, Agatha Pricilla & Rayhan Noor, The Kick, The Bunbury, Untitled Joy, The Blend-id Jono Terbakar, juga siap meramaikan.

“Bukan sebagai ajang reuni atau memorabilia, namun para penampil yang sudah eksis sejak era 90-an ini menjadi penanda bahwa ada sisi lain dari musik Indonesia yang perlu dipelajari sebagai sebuah pengetahuan,” kata Arsita.

Penulis: Purnawan Setyo Adi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Cherrypop 2023 ‘Swasembada Musik’ Siap Lepas Landas!

Exit mobile version