Ratih Widyarni, Vespa Warisan Bapak, dan Perpustakaan Keliling

Ratih Widyarni membuat perpustakaan keliling di Batang. Bermodalkan Vespa tua warisan bapaknya ia menempuh ratusan kilometer menyusuri perkampungan mengenalkan budaya membaca buku pada anak-anak.

***

Suatu ketika Ratih kebingungan. Vespa tuanya mogok di tengah hutan sengon. Keringatnya bercucuran. Jalanan rusak parah. Untungnya ia tahu sedikit soal mesin Vespa. Scooter-nya ia perbaiki seadanya. Ia coba starter berkali-kali. Tak disangka Vespa tuanya menyala. Ia pun langsung tancap gas menuju desa tujuan dengan membawa buku-buku.

Ratih Widyarni perempuan kelahiran Kabupaten Batang, Jawa Tengah, 37 tahun silam, sangat akrab dengan Vespa Excel keluaran Italia era 90-an. Vespa berkelir biru tua dengan corak merah tersebut menjadi teman setianya dalam berkegiatan.

Dengan scooter kesayangannya itu, Ratih menyusuri sudut kampung di pelosok Kabupaten Batang. Bukan hanya berkeliling tanpa tujuan, setiap kali Ratih berkeliling dan singgah ke sudut perkampungan ia menularkan minat baca untuk anak-anak melalui perpustakaan keliling.

Untuk menularkan hal positif tersebut, ia memodifikasi Vespa keluaran Italia kesayangan agar bisa membawa puluhan buku. Buritan belakang Vespa tersebut dibenamkan sebuah rak dari rotan untuk menempatkan buku berbagai genre saat ia berkeliling.

vespa pustaka indonesia mojok.co
Vespa Pustaka Indonesia rutin menyambangi perkampungan di Batang. (Dok. pribadi Ratih Widyarni)

Vespa Pustaka Indonesia jadi nama perpustakaan keliling yang ia jalankan. Ratih tak pernah memilih tempat untuk membuka perpustakaan. Di mana ada anak-anak atau masyarakat yang ada di pelosok, ia selalu mampir untuk menularkan minat baca. Tak jarang Vespa Pustaka Indonesia singgah ke areal persawahan, ladang, pinggir pantai, sudut desa, bahkan hingga wilayah yang sama sekali tak pernah ada perpustakaan.

Vespa Pustaka yang ia cetuskan sejak 2016, tanpa ada embel-embel sponsor dari pemerintah maupun perusahaan swasta. Meski demikian ia dibantu orang-orang yang peduli akan gerakan literasi. Keprihatinan akan minimnya minat baca anak-anak dan orang dewasa di wilayah Kabupaten Batang, jadi dasar kegiatan yang dicetuskan perempuan yang berprofesi sebagai pengajar tersebut.

Kepada Mojok, Ratih menceritakan awal Vespa Pustaka Indonesia dijalankan. Ia mengatakan pulang ke tanah kelahiran, Batang, pada 2016, dan sempat mengajar di Kalimantan pada 2008 silam bersama sang suami. Meski demikian, saat ia Kembali, Ratih justru merasa sedih lantaran melihat kondisi anak-anak dan orang dewasa yang disibukkan dengan gadget.

“Sebelumnya saya mengajar di Kalimantan bersama suami, dan kembali ke Kabupaten Batang pada 2016. Saat kembali ke tanah kelahiran saya justru merasa sedih melihat anak-anak hingga orang dewasa kehilangan minat membaca di tengah maraknya permainan daring pada gawai,” ucapnya, Sabtu (12/03/22).

Vespa Pustaka Indonesia saat mengenalkan budaya membaca buku pada anak. (Dok. pribadi Ratih Widyarni)

Dari keresahannya itu, Ratih mencoba bergerak dan memanfaatkan Vespa kesayangannya sebagai sarana transportasi sekaligus perpustakaan berjalan. “Selain membaca, kebetulan saya punya hobi berkendara menggunakan Vespa. Bahkan sejak belia sudah diajak berkendara dengan ayah saya menggunakan Vespa. Dua hobi itu coba saya gabungkan dalam Vespa Pustaka Indonesia,” paparnya.

Langkah awal Ratih untuk Vespa Pustaka Indonesia 5 tahun silam, membawa sejumlah buku ditempat tongkrongan yang biasa dijadikan tempat berkumpul Ratih bersama teman-temannya. “Awalnya nekat saja bawa buku-buku pas lagi nongkrong di warung kopi, dari situ ada aja yang penasaran dan bertanya untuk lihat atau baca buku yang saya bawa, ya saya izinin emang niatnya buat lapak baca,” terang Ratih.

Hal tersebut membuatnya semakin terpacu, ketika memiliki waktu luang, Ratih selalu mencari kesibukan dengan berkendera menggunakan Vespa dan membuka lapak buku di gang-gang kampung yang ia lalui. “Dari awal sampai sekarang ya pakai Vespa Excel warisan bapak, Vespa tersebut yang dibawa bapak untuk keseharian dan membawa saya jalan-jalan waktu kecil,” kata Ratih.

Menurut Ratih, dirinya merasa bahagia kala sejumlah orang mulai melirik lapak buku yang ia bawa menggunakan vespa kesayangannya. “Waktu ada orang yang pegang buku yang saya bawa aja rasanya udah senang banget, apalagi kalau sampai dibaca meski sebentar,” terang perempuan ramah itu.

Kegiatan literasi Vespa Pustaka Indonesia. (Dok. pribadi Ratih Widyarni)

Lebih lanjut Ratih menuturkan, kegiatan membuka perpustakaan keliling miliknya tak pernah mengenal tempat dan waktu. Ia mengaku, di manapun dirinya singgah ketika berkendara dengan Vespa dan membawa buku-bukunya, disitulah Vespa Pustaka Indonesia berada. “Di manapun saya berhenti disitu perpustakaan saya buka, kebetulan rumah saya dekat dengan pantai dan sawah. Kalau pas lagi suntuk jalan-jalan dan sekalian aja bawa buku,” tutur Ratih.

Kegiatan sosial untuk meningkatkan minat baca yang dijalankan Ratih sempat berhenti sementara karena ia melahirkan anaknya yang ke dua. “Saat hamil gede saya tetap buka lapak perpustakaan keliling, banyak ibu-ibu dan anak-anak yang mendatangi lapak buku saya, rasanya senang banget. Waktu liat mereka bisa baca buku, padahal itu cuma di pinggiran gang kampung,” ucap Ratih tersenyum kala mengingat perjuangan dirinya merintis perpustakaan impiannya.

Vespa Pustaka Indonesia yang dikelola oleh Ratih kembali berjalan setelah mengurus anak keduanya. Bahkan gerakan tersebut lebih masif. Tak hanya menyusuri setiap sudut di Kabupaten Batang, bersama Vespa tuanya ia singgah hingga luar daerah seperti Purbalingga, Pemalang, Banjarnegara hingga Yogyakarta.

Ratih di pantai pesisir utara Batang. (Dok. pribadi Ratih Widyarni)

Ratih juga terus berjejaring dengan komunitas hingga individu yang memiliki minat pada gerakan literasi, isu lingkungan, kelompok marjinal dan minoritas. “2017 itukan saya lahiran anak kedua jadi fokus ngurus sampai 2019 awal, kebetulan di Kabupaten Batang waktu itu ada gathering kawan-kawan jaringan dan dari situ saya sangat support, jadi tambah kawan yang concern soal literasi dan lingkungan. Nah, setiap ada kegiatan saya juga buka lapak buku saya,” ungkap Ratih.

Seiring berjalannya waktu, koleksi buku Vespa Pustaka Indonesia yang dicetuskan Ratih tak hanya berasal dari koleksi pribadinya saja. Namun, sejumlah orang yang peduli dengan dunia literasi juga memberikan sumbangsih pada perpustakaan keliling miliknya. “Kemarin itu ada kawan lama saya, dia juga aktif dikegiatan sosial tiba tiba main ke rumah ngasih buku lumayan banyak beberapa kardus, bukunya buat anak-anak. Ya Allah bersyukur sekali saya,” jelas Ratih.

Menurut Ratih, kegiatan lapak baca gratis yang ia kelola tak hanya sekedar membaca buku saja di ruang terbuka. Namun, berbagi ilmu diskusi kecil-kecilan seperti story telling dengan anak-anak juga ia terapkan. Pengembangan kreatifitas anak seperti pengolahan barang bekas hingga pengelolaan sampah juga menjadi materi dalam gerakan yang ia lakukan.

“Saya juga ngajar anak-anak mengenai bagaimana bisa mendongeng agar mereka percaya diri, sampai ngajari memilah sampah agar ikut menjaga lingkungan,” papar ibu dua anak itu.

Vespa Pustaka Indonesia (Dok. pribadi Ratih Widyarni)

Ratih menerangkan, selama lima tahun sudah menempuh ratusan kilometer, banyak suka duka telah ia lewati. Ia menuturkan, kala dirinya harus menyusuri jalanan yang tak ramah untuk kendaraan tua seperti Vespa miliknya. Tak hanya sekali dua kali Ratih harus mendorong scooter tuanya saat mogok ditengah jalan.

Perlahan namun pasti, berkat ketekunan Ratih Perpustakaan keliling Vespa Pustaka miliknya mulai mengundang minat para anak muda disekitarnya untuk ikut andil dalam setiap kegiatan yang ia kelola. Ratih mengungkapkan, selain membuka lapak baca gratis kini perpustakaan keliling Vespa Pustaka juga diiringi dengan kegiatan bakti sosial seperti donasi pakaian layak pakai.

“Semakin kesini banyak anak muda yang mulai sadar dengan lingkungan, nah saya selain buka lapak baca juga sering bagi-bagi pakaian bekas atau makanan itu juga hasil kolektifan sama teman-teman,” tutur Ratih.

Pasang surut dalam melakukan kegiatan sosial telah dilalui oleh Ratih, lapak baca gratis perpustakaan keliling yang ia kelola, juga sempat mendapatkan tindakan represif dari ormas hingga aparat. Imbasnya ia terpaksa harus menghentikan kegiatan lapak baca miliknya. “Kemarin itu juga sempat sama teman-teman buka lapak baca, kami sudah izin dan sesuai prokes tapi gatau kenapa tiba tiba dibubarin,” ungkap Ratih.

Vespa Pustaka milik Ratih tak hanya menyediakan lapak baca secara gratis untuk anak-anak kampung saja. Namun, Ratih juga menyasar pada anak-anak jalanan yang ia temui di setiap perjalanan. “Kadang itukan waktu saya mau di luar kota atau masih di sekitar Kabupaten Batang ada juga anak jalanan, nah saya dekati juga mereka saya ajak buat ngobrol sama baca – baca buku yang saya bawa,” kata Ratih.

Ratih berharap, melalui perpustakaan keliling Vespa Pustaka Indonesia miliknya, mampu meningkatkan budaya literasi pada anak-anak. “Semoga saja saya selalu diberi kesehatan biar bisa ketemu anak-anak atau siapapun yang mau belajar, dimanapun saya singgah untuk menularkan ilmu yang saya milik,” imbuh Ratih.

Reporter: Aninda Putri Kartika
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Kisah Sukses Cilok Gajahan yang Berukuran Mini dan liputan menarik lainnya di Susul.

Exit mobile version