Pendapatan Manusia Silver Sehari Bisa Tembus Sejuta tapi Cairannya Punya Risiko Mengerikan

Ilustrasi manusia silver (Ompia/Unsplash)

Pengemis manusia silver bisa mengantongi ratusan ribu per hari. Namun, baru-baru ini pakar dari UGM mengungkapkan risiko mengerikan dari cat yang biasa pengemis ini gunakan.

Di berbagai kota, pengemis dengan penampilan tubuh penuh cat berwarna silver pernah jadi fenomena. Hampir di setiap lampu merah ramai sosoknya mudah untuk dijumpai.

Mereka bertelanjang dada dengan hanya menggunakan celana pendek saja. Seluruh tubuhnya berlumur cairan semacat cat berwarna silver sesuai namanya. Tak heran, para pelakunya hanya lelaki. Bahkan tidak jarang, anak di bawah umur juga ikut mengemis dengan model seperti ini.

Para manusia silver ini biasanya akan memperagakan pose hormat tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah melakukan hal itu selama beberapa detik, barulah mereka berkeliling menghapiri satu per satu kendaraan dengan mengulungkan tangan.

Di Jogja misalnya, saya biasa menemukannya di simpang empat Sagan dan beberapa persimpangan di Ring Road Utara. Selain itu, masih banyak titik yang dulu jadi tempat mangkal favorit mereka.

Sepanjang mengamati mereka berkeliling dari satu kendaraan ke kendaraan lain, saya jarang melihat orang yang memberi. Namun, mereka ternyata tetap saja mengantongi cukup banyak uang saat melakoninya.

Simpang empat pingit tempat manusia silver di Jogja kerap mangkal.MOJOK.CO
Simpang empat Pingit Yogyakarta dari arah barat. Sering terlihat ada manusia silver mangkal (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Penghasilan manusia silver

Soal pendapatan para pengemis ini, Kabid Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Karanganyar Sulistyowati, pernah menemukan hal mencengangkan. Pasalnya, manusia silver yang ia bina mengaku bisa mendapat uang sampai Rp200 ribu per jam.

Melansir KRJogja, per hari, rata-rata mereka mangkal lima jam. Dengan durasi yang jauh di bawah pekerja kantoran pada umumnya, pengemis ini bisa mengantongi Rp1 juta sehari jika sedang mujur.

“Anggapan mereka jadi manusia silver paling capek empat jam, kepanasan bentar sudah dapat uang banyak. Badan tinggal disabuni sudah bersih. Kalau kerja dipabrik seharian pendapatannya kecil,” katanya.

Sementara itu, modal mereka selain tenaga fisik untuk berjibaku menghadapi terik dan hujan adalah cat. Melansir Detik, seorang manusia silver di Jakarta mengaku hanya mengeluarkan Rp25 ribu per minggu sebagai modal membeli cat untuk badan.

Keberadaan manusia silver sempat mengundang perhatian berbagai kalangan. Bahkan MUI di berbagai daerah mengeluarkan fatwa haram untuk para pengemis ini.

Jika melihat mereka sedang beraksi, tampak cairannya begitu menyatu dengan kulit. Kadang, rasanya penasaran bagaimana rasanya menggunakan cat semacam itu lalu tersengat teriknya panas matahari.

UGM rilis bahaya cairan manusia silver

Menariknya, baru-baru ini tim peneliti dari Fakultas MIPA UGM mengungkap bahaya dari cairan yang biasanya para pengemis ini gunakan. Ternyata, cat silver tersebut punya kandungan senyawa kimia berbahaya yang bukan hanya berdampak bagi tubuh tapi juga lingkungan.

”Dari data analisis menggunakan instrumentasi XRF (X-Ray Fluorescence), ditemukan bahwa penyusun utama bahan kimia dari cairan silver tersebut adalah unsur Al, Cl dan K,” ungkap Ketua pelaksana program pengabdian FMIPA UGM, Prof. Endang Tri Wahyuni dalam keterangan resminya.

Selain itu, dalam skala ppm (part per million) juga terdapat unsur logam berat berbaya yakni Hg (merkuri) dan Cr (kromium). Justru kandungan perak (Ag) dalam cairan silvernya hanya sedikit. Menurut peniliti, kandungan peraknya hanya sekitar 0,18 persen.

Merkuri merupakan bahan kimia yang memiliki kandungan klorida. Hal itu bisa mengakibatkan pengelupasan pada lapisan epidermis kulit. Mereka yang kulitnya terpapar merkuri akan merasakan sensasi panas, terbakar, dan mengelupas.

Sementara itu, kromium juga tak kalah berbahaya. Melansir Dinas Kesehatan Gunungkidul, kromium dengan kategori VI bisa menyebabkan alergi, ruam kulit, bahkan iritasi hidung yang mengakibatkan mimisan.

Selain itu, anggota program pengabdian FMIPA UGM lain, Dr Suherman menerangkan bahwa bahan kimia di cat silver ini juga berbagaya bagi lingkungan. Hal itu terjadi saat cairan bekas cat saat proses pembilasan masuk ke sumber air konsumsi masyarakat.

Hal itu membuat tim pengabdian FMIPA UGM yang juga melibatkan mahasiswa yaitu Arif Arkan dan Ayuning Dewi mencoba melakukan sosialisasi dan pendekatan ke pelaku manusia silver di beberapa perempatan di Yogyakarta. Upaya tersebut dilakukan agar ada perhatian dan kewaspadaan sehingga mengurangi risiko pemakaian larutan silver ke manusia dan lingkungan sekitar.

Jadi, kini para manusia silver harus mewaspadai dua hal. Kejaran Satpol PP saat mereka beraksi dan dampak memabayakan dari cairan yang mereka pakai.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Pengrawit Mengungkap Misteri Suara Gamelan Tengah Malam yang Warga dan Pendatang Dengar di Jogja

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version