Tuyul hingga babi ngepet, dua sosok yang dalam mitos masyarakat Indonesia sering dianggap dalang dari hilangnya uang dan harta benda seseorang. Ada alasan mengapa keduanya tak bisa menguras uang tunai di ATM hingga kurang saldo rekening dan m-Banking.
Dahulu, di desa jika ada uang rentetan peristiwa uang hilang maka kerap muncul dugaan bahwa dalangnya adalah tuyul atau babi ngepet. Dua makhluk yang kerap digambarkan punya keahlian khusus sebagai pencuri uang. Namun, yang menggerakkan adalah seorang manusia yang menjalani sebuah ritual khusus.
Hingga saat ini masih ada yang mempercayai tuyul eksis di antara masyarakat. Akan tetapi, seiring perkembangan teknologi, semakin banyak masyarakat yang menyimpan uang di rekening. Transaksi juga semakin mudah dengan m-Banking.
Satu mesin ATM dapat menyimpan uang pecahan Rp50 ribu dan Rp100 ribu dengan total hingga ratusan juta. Namun, tak pernah ada cerita yang berkembang bahwa tuyul mampu menguras uang di mesin ATM.
Begitu pula dengan rekening pribadi, saat mulai banyak modus pencurian yang membobol m-Banking seseorang, apakah tuyul juga bisa melakukan hal serupa? Sejauh ini, jarang terdengar cerita semacam itu.
Alasan tuyul tak bisa bongkar ATM dan kuras m-Banking dari tinjauan spiritual
Dalam tinjauan spiritual, terutama agama Islam, keberadaan makhluk gaib diyakini. Seorang pendakwah yang kerap membahas dunia gaib, Muhammad Faizar, mengatakan bahwa praktik penggunaan tuyul untuk mencari pesugihan memang ada.
“Di Indonesia memang dikenal dengan istilah tuyul, tapi sebenarnya itu jin,” ujar Faizar di kanal YouTube Vertizone TV yang dikutip Mojok pada Sabtu (25/5/2024).
Namun, hal yang menjadi pertanyaan adalah kenapa makhluk kecil ini hanya diasosiasikan mencuri di rumah-rumah warga. Bukan di bank, mesin ATM, atau menguras m-Banking seseorang.
Menurut Faizar, jin dalam praktik menjadi sosok tuyul, memiliki keterbatasan tertentu. Bahkan, terkadang tak bisa mengambil uang di lemari. Apalagi sampai di ATM hingga menguras m-Banking.
“Kalau misal lemari kita ditutup atau bahkan cuma tertutup tisu tapi kita bacakan bismillah, maka mereka nggak mampu membuka. Asalkan kita baca bismillah bukan sekadar formalitas, tapi kita yakini dengan menyebut nama Allah,” ungkap sosok yang juga jadi pengisi acara Rukyah di sebuah stasiul televisi ini.
Faizar menambahkan, dunia jin, tuyul merupakan pencuri uang atau harta benda dengan kasta terendah. Di atasnya, ada babi ngepet hingga setan gundul.
Makhluk yang sebenarnya karangan manusia
Namun, jika ditilik dari kacamata sains dan akademik, sebenarnya tuyul hanyalah makhluk ciptaan masyarakat masa lalu untuk tujuan tertentu.
Mitos makhluk berkepala plontos dengan perawakan bak bocah kecil ini pernah menggegerkan Indonesia. Majalah Tempo edisi Sabtu 2 November 1985 merilis laporan berjudul Tuyul-tuyul di Klaten. Laporan itu menceritakan seminar tuyul di Semarang yang digelar Yayasan Parapsikologi.
Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 500 orang yang rela membayar tiket Rp3000. Pada acara itu, bahkan sosok bernama Rauf Wiranatakumah, parapsikolog dari Bandung, melakukan praktik menangkap tuyul di ruang seminar. Tujuan akhir acara itu ingin datang ke daerah yang dianggap kerajaan tuyul di Klaten.
Ong Hok Ham, sejarawan, pernah menulis dalam Dari Soal Priayi sampai Nyi Blorong (2002) yang menjelaskan bahwa tuyul hingga babi ngepet tercipta akibat kecemburuan sosial masyarakat zaman dulu. Kalangan petani mengalami perubahan nasib akibat liberalisasi ekonomi pada 1870.
Banyak masyarakat, terutama petani, yang pada era itu jatuh ke jurang kemiskinan. Sementara itu, ada sejumlah kalangan yang justru mendapat kekayaan. Akhirnya, timbul kebingungan sumber kekayaan itu sampai ada tuduhan tentang cara haram segelintir kalangan untuk dapat kekayaan.
Ong Hok Ham menjelaskan para pedagang dan pengusaha yang sukses ini, sampai kehilangan status sosial di masyarakat. Muncul, anggapan mereka memakai cara haram. Karakter tuyul hingga babi ngepet kemudian mulai populer pada era itu.
Dalam tinjauan ilmiah, tuyul sebagai sosok bocah berambut plontos tak bisa dibuktikan. Sehingga, bukan hanya menguras ATM dan m-Banking, mengambil uang di dompet saja mustahil.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Nasib Orang Wedi Kerja di Luar Negeri: Orang Tua di Klaten Malah Dianggap Punya Tuyul