Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Temuan Padi BTI yang Hidupi Petani Gunungkidul Jogja, Bibit Padi yang Bisa Ditanam di Lahan Kering

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
27 Januari 2025
A A
Petani di Gunungkidul, Jogja. MOJOK.CO

ilustrasi - petani yang menghasilkan padi. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Harus diakui, organisasi di bawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI), yakni Barisan Tani Indonesia (BTI) punya peran besar untuk mengatasi krisis pangan yang melanda Indonesia tahun 1960-an. Tanpa jasa mereka, petani Gunungkidul di Jogja tak mungkin bisa menanam padi. Sayangnya, jasa-jasa itu tak pernah dihargai, bahkan dihakimi oleh 7 Setan Desa.

Di depan peserta Kongres Nasional ke-VII Partai Komunis Indonesia, Ketua BTI Asmu Tjiptodarsono melaporkan secara khusus tentang gerakan nasional yang dinamai sebagai 1001 untuk menghadapi krisis pangan di Indonesia. Pemimpin organisasi yang memang berafiliasi dengan PKI ini memberi nama 1001, karena terinspirasi dari kumpulan cerita rakyat dari Timur Tengah, yakni 1001 Malam. 

Kisah-kisah dalam cerita tersebut berisi nasihat, jika masalah selalu memiliki penyelesaian, keteguhan akan membantu seseorang menyelesaikan masalahnya, dan kekuatan batin dapat membantu mempertahankan keteguhannya.

Namun, dalam pidatonya di depan peserta kongres, Asmu menekankan bahwa kaum tani tidak hanya melahirkan 1001 jalan, tetapi juga 1001 akal untuk meningkatkan produksi dan bersiap menghadapi krisis pangan. 

Sebagai pemimpin organisasi BTI, Asmu menegaskan agar petani modern bisa bertani dengan riset atau ilmu pengetahuan. Ia mengupayakan betul terobosan-terobosan untuk meningkatkan produksi petani, mulai dari bibit, irigasi, dan segala macam teknis yang berguna bagi petani di lapangan.

Oleh karena itu, ia mengumpulkan para petani yang terbiasa mencangkul atau ngarit di sawah. Para petani itu kemudian dipertemukan dengan para ilmuwan tani. Dari diskusi itulah, muncul gerakan 1001 jalan dan 1001 akal, seperti gerakan menanam padi, dan mengembangkan sistem okulasi. Gerakan ini mampu menyelamatkan petani di Gunungkidul, Jogja.

Padi gogo selamatkan petani di Gunungkidul, Jogja

Salah satu permasalahan petani saat itu adalah, bibit harus ditanam pada tanah basah atau sawah. Sementara, tidak semua tanah di Indonesia berjenis tanah basah, sehingga petani harus membangun irigasi. Namun, ongkos pembangunan irigasi tidaklah murah. Termasuk di wilayah Gunungkidul, Jogja.

Oleh karena itu, Barisan Tani Indonesia (BTI) melakukan riset untuk menemukan jenis bibit padi yang sekiranya bisa ditanam di lahan kering. Tak lama berselang, ilmuwan menemukan salah satu varietas bernama padi gogo atau yang juga kerap disebut padi huma. 

Padi gogo ini cocok ditanam untuk daerah yang tidak punya irigasi teknik. Meskipun masih memerlukan air untuk bertumbuh, tapi kapasitasnya tidak berlebih. Pertumbuhannya bisa mengandalkan curah air hujan saja. Yang paling penting, tak menguras banyak kas negara. .

Asmu kemudian mempresentasikan temuan BTI tersebut kepada Presiden Soekarno. Ia bilang bahwa hasil beras dari padi gogo terbilang bagus, ukurannya besar, warnanya putih, rasanya pun enak setelah ditanak menjadi nasi. Tak tanggung-tanggung, Soekarno bahkan langsung mencicipinya.

“Tanpa temuan padi gogo ini, kaum tani di Gunungkidul, Jogja atau jutaan petani yang punya lahan kering, seumur-umur nggak pernah bisa menanam padi,” kata Muhidin M Dahlan, sebagaimana dikutip dalam program Jas Merah di YouTube Mojok, Senin (27/1/2025). 

Mengembangkan sistem okulasi

Selain menemukan padi gogo yang berjasa bagi petani Gunungkidul, Jogja, Barisan Tani Indonesia (BTI) terus berinovasi untuk mengembangkan sistem okulasi. Di mana, pengembangbiakan tanaman dilakukan tanpa proses kawin (meleburkan sel kelamin jantan dan betina).

Caranya dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain. Mata tunas diperoleh dari sebuah potongan kulit pohon dari batang atas, lalu ditempelkan ke irisan kulit pohon lain. Biasanya, irisan kulit pohon lain diambil dari batang bawah, sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman yang baru.

Okulasi singkong beracun…

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 28 Januari 2025 oleh

Tags: barisan tani indonesiakrisis panganmasalah petanipadi gogipetani gunungkidul
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Dwi Susilowati, Petani Hebat Sleman yang Dipinggirkan Pemkab Sleman MOJOK.CO
Sosok

Dwi Susilowati, Petani Hebat Sleman Pencipta Bibit Unggul dan Kritiknya untuk Pemkab yang “Sok Peduli” Petani

28 September 2024
Mbah Trisno Suwito: Melestarikan Umbi-umbian Langka di Gunungkidul Demi Kedaulatan Pangan mojok.co
Sosial

Mbah Trisno Suwito: Melestarikan Umbi-umbian Langka di Gunungkidul Demi Kedaulatan Pangan

15 Agustus 2023
krisis iklim mojok.co
Kotak Suara

Apa yang Kita Makan Berpengaruh Pada Krisis Iklim, Kok Bisa Ya?

3 Juni 2023
sampah makanan mojok.co
Sosial

Miris! 22,9 Juta Orang Kurang Pangan sementara Warga Indonesia Hasilkan 185 Kg Sampah Makanan 

5 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.