Salah satu tanaman baru yang diokulasikan BTI adalah singkong karet ke batang singkong biasa. Masih dalam Kongres Nasional ke-VII Partai Komunis Indonesia (PKI), Asmu menekankan jika peletakannya tidak boleh terbalik, sebab singkong karet punya kandungan racun.
Dengan meletakkan singkong biasa di bawah dan singkong karet di atas, maka lahirlah jenis singkong bernama mukibat yang berasal dari Ngadiluwih, Kediri. Di mana, tiap pohon singkong mukibat bisa menghasilkan 100 kilogram, bahkan lebih.
Selain mukibat, BTI juga menghasilkan tanaman baru seperti kangkung rawa yang diokulasikan dengan ubi jalar. Dari okulasi tersebut, petani dapat menghasilkan ubi jalar yang mulanya hanya setengah kilo menjadi 5-10 kilogram tiap batang.
Okulasi lainnya seperti jeruk siam dan jeruk sitrun, bunga jantan salak dan betina, serta bunga jagung. Di forum tersebut, Asmu menekankan, manusia tidak boleh lagi mengandalkan kedermawanan angin dan serangga, tetapi memakai tenaga petani, tenaga BTI.
Mengembangkan riset untuk petani Gunungkidul, Jogja dan sekitarnya
Sejak era itu, riset menjadi tulang punggung BTI. Berkat riset itu pula, petani di Gunungkidul, Jogja bisa menanam padi di lahan kering. Tak hanya di Gunungkidul, Jogja, laporan soal keadaan kaum tani dan gerakan tani di Jawa Barat juga terangkum dalam buku berjudul Kaum Tani Mengganyang Setan-setan Desa. Di mana, riset itu dipimpin langsung oleh D.N.Aidit.
Selama 7 Minggu, D.N.Aidit terjun langsung di desa bersama 40-an periset. Mereka terdiri dari aktivis yang masing-masing dibantu oleh PKI dan BTI di tingkat camat dan desa. Mereka bahkan tidak punya latar belakang pendidikan tinggi. Ada yang dari mahasiswa, atau tamatan SD maupun SMK.
“Riset itu berguna, agar kebijakan yang dibikin kelak bisa dipertanggungjawabkan. Dari riset itulah kompleksitas berbagai kekuatan yang beroperasi di desa bisa disingkat,” ucap Muhidin.
Hasil riset menunjukkan ada kekuatan yang bekerja di desa itu tidaklah sederhana. BTI dan PKI membahasakan kompleksitas kekuatan yang beroperasi di desa itu dengan bahasa yang sangat sederhana: 7 setan desa.
Tujuh setan itu terdiri dari tuan tanah, lintah darat, tengkulak jahat, tukang ijon, bandit desa, pemungut zakat, dan kapitalis birokrat desa. Di desa, para petani harus menghadapi tujuh setan itu. Misalnya, ketika keluarga petani sedang tercekik utang, salah satu dari tujuh setan tadi justru menawarkan solusi yang tidak masuk akal.
“Kalau keluarga itu sedang dicekik utang, ya jangan tawarkan lomba pingpong atau acara dangdutan. Kalau di desa sedang ada serangan hama, jangan bikin kegiatan ngecat tembok batas desa atau bikin plang ini, plang itulah,” ucap Muhidin. PKI dan BTI kemudian membuat gerakan untuk mengganyang 7 setan desa yang merugikan petani.
Selengkapnya bisa disaksikan di YouTube Mojok berikut ini: BARISAN TANI INDONESIA: KRISIS PANGAN, SINGKONG MUKIBAT, HINGGA GANYANG SETAN-SETAN DESA – Jasmerah atau baca juga liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza