Warung Madura di Jogja memiliki keyakinan tak akan bangkrut meski ada larangan buka 24 jam. Beberapa pemilik warung Madura di Jogja yakin akan tetap profit meski tanpa strategi atau siasat khusus.
***
Sejak ramai soal isu larangan Warung Madura buka 24 jam pada akhir April 2024 lalu, saya sebenarnya sangat penasaran dengan strategi apa yang bakal pemilik Warung Madura terapkan seandainya larangan tersebut benar-benar berlaku.
Pasalnya, buka 24 jam memungkinkan Warung Madura meraih omzet bulanan yang sangat menggiurkan. Mungkin hal itu lah yang kemudian membuat beberapa pemilik ritel modern di Bali mengeluhkannya hingga keluar desas-desus larangan buka 24 jam bagi Warung Madura.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki sebenarnya sudah menegaskan bahwa larangan tersebut tak akan pernah berlaku. Akan tetapi, saya bertemu dengan seorang pemilik Warung Madura di Jogja yang sampai saat ini masih curiga bahwa suatu hari bisa jadi Warung Madura, termasuk di Jogja, akan benar-benar dilarang buka 24 jam.
Namanya Afandi (40). Ia membuka Warung Madura di Jl. Kaliurang No. 67C, Sleman, Jogja. Lokasinya berdekatan dengan sebuah ritel modern dan pom bensin. Saya menemuinya sekitar jam delapan malam saat pria asal Sumenep, Madura, itu sedang asyik rebahan sambil nonton YouTube.
“Dibilang was-was (Warung Madura dilarang buka 24 jam) ya masih was-was. Karena biasanya pemerintah nggak berpihak ke orang kecil seperti kami,” keluh Afandi, Selasa (6/5/2024).
Saya sebenarnya sudah memberikan penjelasan bahwa larangan Warung Madura buka 24 jam hanyalah desas-desus belaka. Tapi ia malah mengandaikan, misalnya saja suatu hari nanti larangan tersebut tiba-tiba berlaku, lantas apa yang harus pemilik Warung Madura sepertinya lakukan?
Keluhan ritel modern yang tak masuk akal
Sejak ramai desas-desus tersebut, pemilik Warung Madura di Jogja itu sebenarnya agak tak habis pikir. Bagaimana bisa ritel modern merasa terganggu dengan keberadaan Warung Madura?
“Omzetnya jelas gede mereka lah. Warung Madura nggak mungkin bisa menyaingi mereka,” tegas Afandi.
Misalnya, kata Afandi, Warung Madura menyediakan bensin eceran. Apakah lantas bakal merugikan Pertamina? Tentu tidak. Begitu juga hasil menjual kebutuhan pokok yang, bagi Afandi, angkanya jelas tidak akan menyamai apalagi melebihi omzet ritel modern.
“Warung Madura itu kan cuma alternatif. Kalau orang kehabisan bensin tapi nggak nemu pom bensin, pilihan terakhirnya Warung Madura,” kata Afandi.
“Misalnya lagi tengah malam ternyata pom bensin nggak buka 24 jam, kalau butuh bensin ya ke Warung Madura. Jadi nggak mungkin menyaingi Pertamina yang setiap menit pasti diserbu pengendara,” sambung pria yang sudah dua tahun buka Warung Madura di Jogja tersebut. Demikian pula konteksnya jika dikaitkan dengan ritel modern.
Warung Madura akan melawan
Meski bersiap menghadapi larangan buka 24 jam, tapi Afandi justru mengaku tak punya strategi atau siasat khusus. Demi keberlangsungan hidupnya, ia hanya punya satu cara menghadapi kebijakan tersebut: lawan!
Afandi yakin, misalnya Warung Madura benar-benar dilarang buka 24 jam, gelombang protes besar-besaran pasti akan terjadi di seluruh Indonesia. Mengingat, Warung Madura sendiri sudah tersebar di berbagai daerah di negeri ini.
“Jangankan di luar daerah, di Madura sendiri namanya Warung Madura itu bukanya ya 24 jam. sejarahnya memang begitu, jadi nggak bisa dilarang-larang begitu saja,” kata Afandi.
Terlebih, Warung Madura buka 24 jam, kata Afandi, bukan semata untuk kepentingan bisnis belaka. Lebih dari itu, yakni bertujuan untuk membantu orang-orang yang terdesak di tengah malam.
“Kayak tadi terdesak nyari bensin. Atau tengah malam tiba-tiba lapar, butuh mie dan telur. Bahkan misalnya tengah malam masuk angin dan cari obat masuk angin,” beber Afandi.
“Nah, tujuan kami kan untuk menolong orang-orang seperti itu. Masa mau nolong orang aja ada larangannya? Nggak masuk akal,” sambung pria yang sebelumnya sudah malang melintang di Jakarta itu.
Dari niat menolong itu pula Afandi yakin bahwa rezeki warung Madura akan selalu mendapat kelancaran oleh Tuhan YME. Mungkin saja kelak Warung Madura benar-benar tidak boleh buka 24 jam. Tapi karena pertolongan Tuhan, omzetnya bisa saja tetap sama dengan saat masih 24 jam.
Karena Afandi berpegang pada ajaran Islam (dari HR. Muslim) bahwa barang siapa yang memudahkan urusan orang lain, urusannya pasti akan mendapat kemudahan dari Allah Swt.
Strategi tutup tapi buka ala Warung Madura
Pernyataan senada juga saya dapat dari Nanik (40), pemilik Warung Madura di sekitaran Bumijo, Jetis, Jogja. Saya mampir di warung milik Nanik sekitar jam tiga sore untuk membeli rokok, selepas melakukan liputan di sebuah tempat persewaan sepatu di Jogja.
Selain melawan dan yakin atas pertolongan Tuhan, Nanik sendiri ternyata sudah mempersiapkan strategi saat pertama kali mencuat desas-desus larangan Warung Madura buka 24 jam. Hanya saja Nanik mengaku strategi yang ia diskusikan dengan putranya ini masih sangat mentah.
“Misalnya maksimal buka sampai jam 10 malam. Ya sudah jam 10 malam itu kami tutup. Tapi ya cuma tutup. Kami tetap jaga di dalam warung,” jelas perempuan asal Sumenep, Madura tersebut saat saya temui di warungnya, Rabu (8/5/2024).
“Nah, kalau misalnya tengah malam ada yang ketuk-ketuk, langsung buka terus kami layani keperluannya. Setelah itu ya tutup lagi,” sambung Nanik.
“Yang penting nggak buka 24 jam kan? Itu cuma buka kalau ada yang ngetuk-ngetuk toko aja,” lanjutnya sembari terkekeh.
Nanik mengaku bersyukur karena desas-desus larangan Warung Madura buka 24 jam tersebut tidak benar. Hanya saja, sebagai orang dengan mental Madura, hal pertama yang akan ia lakukan jika larangan itu suatu hari tiba-tiba berlaku adalah menolak keras!
“Ini persoalan mencari rezeki. Masa orang cari rezeki dilarang. Kayak negara mencukupi kebutuhan hidup rakyat kecil saja. Kalau dicukupi, nggak mungkin lah orang Madura capek-capek buka warung 24 jam non stop. Capek loh itu,” tegas salah satu pemilik Warung Madura di Jogja tersebut.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Warung Madura di Jogja Salah Konsep? Terlalu Mewah dan Rapi Tak Seperti di Surabaya
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News