FTV ternyata begitu digemari sebagian masyarakat Indonesia. Seorang eks karyawan Alfamart di Kendal, sampai putuskan ambil kesempatan kerja di Bogor karena terbayang romantisme hidup di Tanah Sunda yang tergambar di banyak episode FTV.
***
Lelaki asal Kendal, Agus Khoirun (35), memulai perjalanan kariernya pada 2007 sebagai pegawai Alfamart di kota kelahirannya. Di Alfamart, ia kerja sekitar 10 tahun. Bukan waktu yang sebentar. Sampai akhirnya tayangan FTV SCTV berpengaruh besar dalam keputusannya pindah kerja di Bogor.
Agus mengenang, di Alfamart itu ia pernah menemukan seorang pujaan hati. Seorang tempat ia menaruh hati bertahun-tahun sampai akhir masa kerjanya di situ. Namun, kisah cintanya juga tak berakhir seindah FTV.
“Semacam cinta bertepuk sebelah tangan. Kok lucu juga ya kalau diingat-ingat,” kenangnya saat Mojok wawancarai pada Kamis (16/5/2024).
Sebenarnya, di saat tengah kerja Alfamart, Agus sempat berkuliah di Semarang. Mengambil kelas karyawan Jurusan Hukum Islam di Universitas Wahid Hasyim.
Ia berkuliah di Semarang sejak 2012. Kelasnya hanya pada akhir pekan sehingga tak mengganggu kerjanya di Alfamart. Agus sadar bahwa gelar sarjana memperbesar potensinya menapaki karier yang lebih menjanjikan.
“Setiap pekan ngelaju pulang pergi Kendal ke Semarang. Baru lulus pada 2018,” terangnya.
Setelah lulus pada 2018, ia memutuskan resign dari Alfamart. Mencari peluang karier lain. Peluang untuk memanfaatkan gelar sarjananya.
Di saat masa jeda resign dan dapat kerjaan baru itulah ia intens menonton tayangan FTV di SCTV. Sebagai orang desa, menurutnya, tayangan di televisi adalah salah satu hiburan yang murah dan menyenangkan.
“Sebenarnya kalau suka FTV sih sudah dari dulu. Tapi saat itu semakin intens,” kelakarnya.
Romantisme FTV di perdesaan Jawa Barat bikin nekat kerja di Bogor, resign kerja Alfamart
Agus agak mirip dengan kisah perantau dari Sumenep yang pernah Mojok tulis. Bedanya, perantau dari Madura itu gara-gara nonton FTV jadi ingin kerja di Jogja. Sementara Agus, terobsesi dengan Jawa Barat.
Selain Jogja, banyak FTV yang meromantisasi kehidupan desa di Sunda. Beragam judulnya, mulai dari “Neng Geulis Penjual Seblak”, “Kebun Teh Love Story”, sampai “Cintamu Tidak Seindah Puncak Bogor”.
“Apalagi ya di FTV itu cewek Sunda digambarkan cantik-cantik ya,” kelakarnya.
Maka, ketika tiba-tiba ibunya mengabarkan bahwa ada peluang kerja di Bogor dari salah seorang kerabat, Agus langsung mengiyakan. Meski pun sebenarnya ada keraguan di dirinya.
“Saya ini orang kampung banget ya. Belum pernah merantau jauh sampai saat itu mau umur 30, jujur agak ragu,” kenangnya tertawa.
Namun, bayangan indah tentang Bogor membuat Agus mantap untuk merantau. Akhirnya pada 2018, beberapa bulan setelah kuliah ia berangkat. Di sana ia bekerja sebagai staf administrasi di sebuah rumah sakit.
Bogor baru terasa indah ketika menemukan wanita tepat
Sesampainya di sana, Agus mengaku alami culture shock. Sebagai orang yang belum pernah merantau, banyak hal baru yang membuatnya perlu penyesuaian cepat.
“Misalnya nih, saya kira orang Sunda itu ya ramah dan lembut kaya orang Jawa Jogja gitu, ternyata secara nada lebih kencang ya,” kelakarnya.
Ia memang pernah sering ke Semarang, kota terbesar di Jawa Tengah. Namun, selama kuliah ia tidak pernah merasakan nongkrong-nongkrong dan hidup mewah di sana. Selalu langsung pulang setelah kelas.
Saat di Bogor, ia baru terpapar kebiasaan orang kota yakni nongkrong di kafe. “Bahkan dulu mau ngopi aja persiapan banget, pakai kemeja rapi,” kenangnya terbahak.
Namun, satu hal yang sesuai bayangan saat nonton FTV dulu adalah perempuan yang ia temui di Tanah Sunda. Menurutnya, manis-manis. Mengingat usia yang sudah mendekati kepala tiga, Agus pun coba mencari teman wanita di sana.
“Tapi cari kenalan sulit juga. Apalagi sampai dekat, karena saya ini orangnya kan nggak terlalu banyak nongkrong,” ungkapnya.
Di sisi lain, orang tuanya juga sudah mulai mendesaknya untuk segera mencari pasangan. Bahkan, sempat berupaya menjodohkan dengan tetangga di desa.
Ia getol mencari kenalan, sampai sempat dikenalkan oleh temannya di Bogor dengan seorang perempuan. Namun, berakhir kandas.
Baca halaman selanjutnya…
Nikahi perempuan Bogor, coba patahkan mitos pernikahan Jawa-Sunda
Sampai akhirnya, di sela kesibukan kerja di Bogor, ia kerap meluangkan waktu untuk memainkan aplikasi yang ia ketahui dari seorang teman kosnya. Aplikasi Hago, bermain gim sambil berbincang dengan orang asing.
Gim itu ia ketahui, lantaran suatu malam, ia tetangga kosnya begitu asyik telfon dengan seorang perempuan. Ternyata, tetangganya sedang bermain Hago.
“Saya penasaran lah, akhirnya download dan main,” ucapnya terbahak.
Lewat Hago, ia menemukan teman perempuan untuk bermain gim. Mereka kerap main gim Who Wants to be A Millionaire. Kepiawaian Agus memenangkan quiz di gim tersebut, ternyata membuat perempuan yang kelak jadi istrinya itu terpikat.
Nikahi perempuan Sunda meski sempat sulit dapat restu orang tua
Dari aplikasi Hago, Agus dan perempuan itu lalu saling berteman di Facebook. Berlanjut lagi saling berbagai kontak WhatsApp.
“Dari situlah, kemudian mulai komunikasi. Dia kerja di pabrik, pulang pergi naik angkot. Saya mulai inisiatif jemput,” tuturnya.
Agus bahkan rela, sengaja mengirim motornya dari Kendal, agar bisa antar jemput perempuan itu. Hubungan mereka pun merenggang. Meski mau diantar jemput, ternyata perempuan itu masih menjalin hubungan dengan laki-laki lain.
“Saya sempat coba mundur. Nggak jemput lagi, kira-kira tiga minggu. Akhirnya, dia nanyain kabar,” ujarnya.
Perempuan itu mengakui bahwa masih punya pasangan. Namun, hubungan mereka renggang dan jarang dapat perhatian seperti yang Agus berikan.
Di momen itulah, terhitung baru satu bulan kenalan, Agus nekat mengajaknya untuk berhubungan serius. Menyampaikan niatnya untuk menikah.
Tentunya, perempuan itu tak langsung menerima niat itu. Ia seolah menguji keseriusan Agus dengan beragam pertanyaan. Sampai beberapa waktu kemudian, Agus mendapat jawaban positif.
“Akhirnya kami serius nih. Nggak pacarana dan segala macam, taaruf lah istilahnya,” ungkapnya.
Coba patahkan mitos
Saat menyampaikan hal itu ke orang tuanya di Kendal, ternyata ia tak langsung dapat jawaban positif. Orang tuanya ingin ia menikah dengan sesama orang Jawa. Apalagi, banyak mitos yang menyelimuti hubungan antara orang Jawa dengan Sunda.
Mitosnya, pasangan Jawa Sunda hubungan tak akan langgeng. Mitos yang dipercaya berasal dari Perang Bubat berabad-abad yang lalu.
“Padahal kalau dari orang tua istriku, sejak awal kasih restu. Mereka anggap orang Jawa itu pekerja keras,” tuturnya.
Setelah coba meyakinkan lagi, akhirnya orang tua Agus di Kendal pun luluh. Pada 2019 mereka menikah. Kini sudah dikaruniai dua buah hati.
Meski tinggalkan Alfamart hingga berangkat kerja di Bogor salah satunya karena terobsesi FTV dan kehidupan Tanah Sunda, Agus mengaku tak mengira bisa berakhir menikahi orang sana. Namun, nasib membawahnya sudah sejauh ini.
“Sekarang saja, malah saya sudah nggak lancar bahasa Jawa lagi. Agak kaku, padahal ya baru mau jalan enam tahun di Bogor,” pungkasnya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News