Sejak lama, warga Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, hidup dari hasil alam. Bahkan, tanpa uang sekalipun, mereka tetap bisa makan. Namun, rencana pembangunan pabrik semen bakal menghancurkan apa yang selama ini mereka andalkan buat menyambung hidup.
***
“Pabrik semen itu lebih banyak mudharat ketimbang manfaatnya, karena merusak alam,” kata Agus Sibeh, Rabu (12/3/2025) malam.
Agus sendiri merupakan perwakilan Solidaritas Warga Wonogiri. Aliansi warga ini baru saja menggelar aksi penolakan pendirian pabrik semen di wilayah mereka, pada malam tersebut.
Aksi demonstrasi itu bersamaan dengan kunjungan Bupati Wonogiri Setyo Sukarno ke Desa Banaran, Pracimantoro. Puluhan warga Desa Watangrejo, Desa Suci, dan Desa Sambiroto, kemudian mencegat iring-iringan mobil bupati sambil membawa poster penolakan.
“Warga menerima investasi yang tidak merusak lingkungan. Kalau pabrik sepatu atau industri lain yang bisa menyerap tenaga kerja tanpa merusak alam, kami mendukung. Tapi pabrik semen? Kami menolak,” sambung Agus.
Warga kompak menolak rencana pendirian pabrik
Aksi tersebut merupakan demo pertama warga Pracimantoro, Wonogiri, yang menolak pendirian pabrik semen di wilayah mereka. Sejak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah menerbitkan izin pendirian pabrik kepada PT Anugerah Andalan Asia (AAA), memang warga telah berembuk untuk menentukan sikap mereka.
Pada Selasa (4/3/25) malam, mereka mendeklarasikan terbentuknya Laskar Tali Jiwo (Tolak Ambisi Liar Industri Jagad Ijo Wasis Aji). Melalui aliansi ini, warga menyatakan diri menolak rencana pendirian pabrik.
“Hidup petani. Hidup petani. Hidup petani…,” teriak Bambang, perwakilan Laskar Tali Jiwo membuka pernyataan sikapnya.
“Kami warga petani Pracimantoro menolak rencana pendirian pabrik dan memohon kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan rencana pendirian pabrik semen di kawasan karst Gunung Sewu, Pracimantoro, Wonogiri,” teriaknya.

PT Anugerah Andalan Asia (AAA) sendiri bakal mendirikan pabrik semen di lahan seluas 123,3 hektare, yang berlokasi di Desa Watangrejo, Desa Suci, dan Desa Sambiroto, Kecamatan Pracimantoro. Perusahaan bakal memproduksi semen sebanyak 4,2 juta ton per tahun.
Merusak sumber air di Pracimantoro, Wonogiri
Penolakan Laskar Tali Jiwa bukan tanpa alasan. Berdasarkan kajian dari Masyarakat Speleologi Indonesia, lokasi pabrik semen akan berada Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gunung Sewu, Pracimantoro, Wonogiri.
Sebagai informasi, KBAK Gunung Sewu sendiri merupakan ekosistem penting karena berfungsi menyimpan air. Di dalamnya, terdapat banyak sekali gua, sungai bawah tanah, mata air, dan telaga.
Pendeknya, ia adalah tempat penyimpanan air. Tambang dan pabrik semen hanya akan merusak sumber air tersebut.
Sementara aktivis lingkungan Lingkar Keadilan Ruang, Himawan Kurniadi, menjelaskan dampak kerusakan karst bakal jauh lebih besar dibandingkan keuntungannya. Kendatipun lokasi pembangunan pabrik semen bukan termasuk KBAK, tetapi tetap saja masih dalam bentang alam karst. Artinya, tetap berpengaruh terhadap kawasan karst secara keseluruhan.
Adi menegaskan, fungsi karst kalau sudah rusak tak akan bisa kembali. Baik dalam aspek ekonomi maupun lingkungan. Liputan terkait daya rusak pabrik semen terhadap sumber air di Wonogiri, selengkapnya dapat dibaca dalam liputan “Pabrik Semen Mengancam Wonogiri, Bisa Hancurkan Sumber Air dan Bentang Karst”.
Warga nggak dapat apa-apa
Pihak pabrik mengklaim bahwa pembangunan pabrik semen bakal meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Pracimantoro, Wonogiri.
Berdasarkan informasi yang Mojok dapatkan, …
Baca halaman selanjutnya…
Tanpa pabrik semen pun warga Pracimantoro tetap bisa hidup. Harmonis dan alam asri.
Berdasarkan informasi yang Mojok dapatkan, nilai investasi pabrik semen mencapai Rp6 triliun dengan kapasitas produksi 300 juta ton. Masa produksi mencapai 70 tahun; dengan izin awal pertambangan 20 tahun, bisa diperpanjang dua kali.
Klaim perusahaan, pabrik semen ini bakal menyerap menyerap 7.000 tenaga kerja.
Kendati demikian, Wagirin, petani di Watangrejo yang tanahnya menjadi bakal pabrik semen, mengaku tak percaya dengan klaim tersebut. Seandainya benar pabrik itu membutuhkan 7.000 tenaga kerja, kata dia, sudah pasti didatangkan dari luar.
“Orang sini nggak kebagian apa-apa. Tanah diambil, nggak bisa menanam, pekerjaan pun tidak didapat,” tegasnya.
Warga Pracimantoro bisa makan sekalipun tanpa uang karena alam
Selain itu, warga di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, terkenal dengan kedaulatan pangan dari pertanian. Bahkan, mereka mengaku tetap bisa makan sekalipun tak ada uang.
Semua berkat alam. Beras sudah ada di lumbung. Sementara sayur, tinggal memetik di kebun.
Menurut Wagirin, para petani di Pracimantoro melakukan kebiasaan selepan alias menggiling gabah untuk mendapatkan beras. Ketika persediaan beras habis, mereka akan meninggalkan karung berisi gabah di depan rumah.
Saat mereka pergi ke ladang, tukang selep keliling akan datang. Jadwal kedatangannya pun biasanya berbeda-beda di tiap desa. Umumnya lima hari sekali, menyesuaikan waktu sepekan dalam kalender Jawa.
Warga pun tinggal menikmati beras yang jumlahnya melimpah. Mereka tak akan khawatir kehabisan beras, bahkan hingga masa panen berikutnya. Kalau tersisa, beras bisa mereka jual. Sehingga, kedaulatan pangan mereka sudah aman terlebih dahulu.
“Tanpa uang pun kami masih bisa makan dari alam. Pabrik Semen hanya bakal menghancurkannya,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Riwayat Warga Kampung Kentingan Baru Melawan Mafia Tanah Solo, Digusur Paksa Polisi dan Preman atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.