Pertanyaan HRD tentang Skripsi Saat Interview Kerja Itu Bukan Basa-basi, tapi Bisa Menentukan Karier!

Pertanyaan HRD tentang Skripsi Saat Interview Kerja Itu Bukan Basa-basi, tapi Bisa Menentukan Karier!

Pertanyaan HRD tentang Skripsi Saat Interview Kerja Itu Bukan Basa-basi, tapi Bisa Menentukan Karier!

Skripsi ternyata tak hanya menghantui mahasiswa di penghujung kuliah saja. Nyatanya, ia mengikuti hingga wawancara kerja. Pertanyaan HRD tentang skripsi di saat interview kerja ternyata praktik yang lazim, dan jawabannya bisa menentukan seseorang mendapat pekerjaan atau tidak.

***

Interview kerja bisa dibilang masa-masa paling menegangkan dan menakutkan di saat proses mendapatkan pekerjaan. Impresi yang tak menawan, kata yang tak tepat, bisa jadi hal yang meruntuhkan karier seseorang bahkan sebelum dimulai. Dan kini, ketakutan interview tak hanya tentang perkara impresi, kata, dan pengetahuan, tapi juga skripsi. Betul, tugas akhir yang kau pikir sudah kau tinggalkan berdebu di lemarimu itu, hantunya mengikutimu hingga saat mencari kerja.

Pertanyaan tentang skripsi dan pengerjaannya kini jadi salah satu pertanyaan yang muncul di interview kerja. Banyak yang protes, banyak yang menganggap itu tidak perlu. Tapi, benarkah begitu?

Menurut Seto Wicaksono, HRD salah satu perusahaan di Jakarta, pertanyaan ini ada alasannya. Dia berkata bahwa pertanyaan tentang skripsi itu berguna untuk membangun interest kandidat (17/05/2024). Terkadang ada kandidat yang terlihat tidak antusias, faktornya bisa karena grogi, dan bingung menjelaskan dirinya dari mana dulu. Pertanyaan skripsi, bisa jadi pemantik yang topcer.

“Dari situ juga aku bisa sambil liat, kesulitannya di mana, apa aja, solusi/langkah yang dia ambil kala itu ngapain aja.”

Selain membangun interest, pertanyaan terkait skripsi saat interview kerja bisa memberikan gambaran untuk para HRD tentang skill kandidat. Seperti bagaimana usaha, critical thinkingnya, serta problem solving-nya.

“Selain dari itu, beberapa user suka request untuk probing lebih dalem soal skripsinya. Karena pengen tau, apakah bener-bener paham sama tugas yang normalnya dibuat sendiri, kadang pengen ngetes juga, curang atau nggaknya (pake joki, misalnya), sama pengen tau, skala yang dipake apa, kalau ada sistem yang digunakan apa, dan sebagainya.”

Menggali life skill

Menurut Mukti Adi (47), HRD salah satu perusahaan asing, pertanyaan skripsi itu sebenarnya tak ada di SOP. Beliau memberi latar belakang kenapa pertanyaan skripsi dan sejenisnya itu muncul (17/05/2024).

“Kalau kita interview orang yang sudah berpengalaman kan mudah interviewnya. Kan tinggal lihat track recordnya. Kalau kita interview fresh graduate, nggak bisa bicarain itu. Yang akan kita tanyakan jadinya adalah hal-hal yang potensial buat kami, yang berkaitan dengan kebutuhan kami, nah itu akhirnya kami cek dengan profilnya yang lain, nah, muncullah pertanyaan tentang skripsi.”

“Pertanyaan skripsi itu bukan perkara plagiat atau tidak, tapi sejauh mana kamu menguasai apa yang pernah kamu lakukan.”

“Skripsi, itu buat HRD, bisa dicari untuk (menunjukkan) life skill. Contohnya ya, tidak bahas kontennya ya, tapi berapa lama kamu menyelesaikan, bagaimana kamu menyelesaikan, bagaimana kamu menghadapi dosen yang menolakmu terus.”

Meski begitu, pertanyaan tentang skripsi itu terkadang adalah hasil dari kandidat yang biasa-biasa saja. Terkadang ada kandidat yang biasa saja CV-nya. Lulus normal, IPK tinggi, lalu ada skripsi di CV, pasti yang akan ditanyakan ya tentang skripsi. Seperti yang Seto katakan di atas, bahwa skripsi adalah cara menggali kandidat.

Tapi jika di CV ada aktivitas lain, misal magang di mana, pernah ikut ormawa apa, bisa jadi itu yang digali, bukan skripsi. Jadi, bisa dibilang, skripsi memang pertanyaan spontanitas yang digunakan untuk menggali kandidat.

Baca halaman selanjutnya

Penting, tapi nggak sepenting itu

Skripsi, penting tidak penting

Saya lalu bertanya pada kedua narasumber, jika memang pertanyaan tentang skripsi tak ada di SOP dan hanya jadi salah satu cara untuk menggali kandidat, artinya pertanyaan ini tidak penting-penting amat untuk ditanyakan.

Mukti Adi menjawab bahwa seperti yang sudah disebutkan di atas, pertanyaan tersebut memang tidak ada di SOP. Jika CV kandidat punya banyak informasi seperti pengalaman organisasi, magang,  dan part time, skripsi jelas tidak akan jadi bahan pertanyaan. Intinya, pertanyaannya ya tentang apa yang ada di CV-mu.

“SOP-nya adalah memastikan bahwa profil yang ditulis (di CV) itu teruji di wawancara. Misalnya, di CV ditulis IPK 3.8, nah kita pengin tahu, apakah IPK tersebut merefleksikan kemampuanmu untuk memahami tugas akhirmu.”

Tapi, jawaban Seto agak berbeda, dia menyebutkan meski tak bisa dibilang penting, tapi pertanyaan tentang skripsi itu juga bisa jadi informasi yang vital untuk HRD di saat wawancara kerja.

“Di satu sisi bagus juga buat variasi pertanyaan, Mas. Sekarang ini soalnya udah banyak banget template jawaban di buku, internet, atau konten video singkat soal cara menjawab pertanyaan HRD. Jadi, sebetulnya interviewer pengen dapet jawaban yang genuine, berdasarkan pengalaman yang dilewat saat skripsi, pengalaman sebelumnya juga.”

“Tapi, di sisi lain, pertanyaan skripsi kalau nggak ada yang dicari, ujungnya malah jadi basa-basi aja. Makanya akan lebih relevan kalau memang ada yang mau digali.”

Pada akhirnya, informasi seperti magang, pengalaman kerja, organsisasi lah yang jadi unsur penting di CV, skripsi bisa dibilang hanya collateral karena tidak ada info lain, atau seperti yang Seto bilang, hanya untuk memantik antusiasme kandidat.

“Kalau dia hanya menulis skripsinya, ya kita kejar skripsinya. Kalau itu kita anggap tidak menarik, ya tidak menarik. Tidak harus akademis. Educational skill dan life skill itu berbeda.”

Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin

BACA JUGA Karyawan Di-Blacklist HRD se-Indonesia: Cuma Gimik atau Beneran?

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version