Pengalaman pertama ke Jogja bagi sebagian orang terasa menyenangkan. Apalagi orang desa, yang selalu mengelu-elukan Jogja sebagai tempat wisata impian mereka.
Hai tersebut wajar. Mengingat bagi orang desa yang waktunya habis untuk bekerja di kebun, liburan adalah momen langka–tak tentu sekali dalam setahun. Ditambah kalau melihat foto-foto estetik di samping plang “Jl. Malioboro” menambah rasa FOMO mereka.
Namun, narasumber Mojok, Wisnu (25), mengaku punya pengalaman unik saat pertama kali berlibur ke Jogja. Pengalaman itu ia dapati di Jalan Malioboro pada libur lebaran kemarin.
“Lebih ke pengalaman tolol karena nggak mau tanya-tanya sih,” kelakarnya kepada Mojok, Sabtu (29/3/2025).
Pengalaman pertama ke Jogja bersama keluarga baru
Sebenarnya, liburan ke Jogja sudah dia rencanakan jauh-jauh hari. Apalagi setelah ia menikah pada akhir 2024, dia berjanji akan membawa istri dan mertua liburan saat sudah ada waktu. Wisnu sendiri sehari-hari bekerja sebagai buruh pembuat jas hujan plastik.
Akhirnya, momen libur lebaran kemarin menjadi pengalaman pertama ke Jogja. Kota ini dipilih karena selain dekat, kurang lebih 2,5 perjalanan, juga dianggap ideal buat dikunjungi saat lebaran.
“Awalnya mau ke pantai. Tapi lihat story teman-teman macetnya panjang, nggak jadi. Hari ketiga lebaran kami mutusin ke Jogja, Malioboro,” jelas Wisnu.
Wisnu datang ke Jogja bersama enam orang lainnya dengan mencarter mobil. Dari semua anggota keluarga yang ikut, belum ada satupun di antara mereka yang pernah ke Jogja.
“Jadi di mobil itu yang pernah ke Jogja cuma sopirnya saja,” imbuhnya.
Selama perjalanan, Wisnu pun tanya-tanya ke sang sopir tentang apa-apa saja yang perlu diketahui tentang Jogja. Sopirnya menjelaskan, bahwa ketika di Malioboro mereka kudu benar-benar hati-hati; jangan mudah mengiyakan.
“Dikasih tahu banyak. Kayak jangan sembarangan makan, karena mahal-mahal. Kudu pinter juga nawar kalau beli oleh-oleh. Ya begitu,” kata Wisnu.
Naik becak dari Plaza Malioboro ke Titik Nol Kilometer bayar Rp75 ribu
Sesampainya di Malioboro pukul 10 pagi, Wisnu dan rombongan parkir di sekitaran Taman Pintar. Karena itu merupakan pengalaman pertama ke Jogja bagi mereka, Wisnu pun berkoordinasi agar jangan sampai terpisah.
“Kalau hilang repot nyarinya,” kata dia.
Namun, karena situasi tertentu, rombongan pun diputuskan berpencar menjadi dua kelompok. Wisnu bersama istri, dan empat orang lainnya jalan-jalan bersama kelompoknya.
“Yang penting ngabarin terus aja. Kami janjian ketemu lagi di parkiran pas waktu Salat Zuhur.”
Wisnu dan istri pun akhirnya berkeliling Malioboro. Mereka berjalan dari arah selatan ke utara. Mereka juga sempat berfoto di beberapa tempat, termasuk di Titik Nol Kilometer dan plang “Jl. Malioboro” yang terkenal itu.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Mereka juga sudah lelah berkeliling dan berencana mencari makan siang. Di Whatsapp, orang tuanya sudah mengabari kalau rombongan mereka sudah menunggu di parkiran. Sementara Wisnu dan istri berada di depan Plaza Malioboro, Jogja.
Jujur, Wisnu ingin segera sampai di titik kumpul. Namun, karena itu pengalaman pertama ke Jogja, ia sama sekali tak ingat jalan. Satu-satunya tempat yang dijadikan patokan adalah Titik Nol Kilometer, sementara dia mengaku buta arah.
“Pas itu ada tukang becak nawarin. Katanya Titik Nol Kilometer jauh. Ditawarin 75 ribu berdua,” ujarnya. Karena panik, Wisnu pun memilih untuk mengiyakan saja. “Biar cepat,” katanya.
Baca halaman selanjutnya…
Dibawa berkeliling dulu menyusuri gang-gang
Dalam situasi tersebut, Wisnu tak berpikir untuk membuka Google Maps. Ia memilih percaya saja dengan tukang becak.
Tukang becak tersebut membawa Wisnu dan istri menyusuri jalan dan gang-gang, yang seingatnya, tadi tak mereka lintasi. Namun, karena itu pengalaman pertama ke Jogja, Wisnu tak bisa membantah.
“Cuma bisa nurut sopir [tukang becak],” katanya.
Setelah 15 menitan, sampailah Wisnu di Titik Nol Kilometer. Ia kemudian bisa mengingat jalan kembali ke parkiran dan langsung bergegas menyusul rombongan. Kejadian “tersesat” itu lantas ia ceritakan ke sang sopir yang kemudian cuma dibalas dengan tawa lepas.
“Sopir ngakak banget. Katanya kami ketipu. Soalnya Plaza Malioboro ke Titik Nol itu tinggal jalan lurus aja nggak sampai satu kilo,” ujarnya.
Wisnu pun bingung, sebab sepanjang perjalanan memang rasanya amat jauh. Beda dengan penuturan sang sopir yang mengatakan rutenya tinggal berjalan lurus saja.
Ada kemungkinan, dari Plaza Malioboro Wisnu diajak melintas ke Jalan Sosrokusuman. Kemudian melintasi gang-gang hingga sampai di kawasan Kepatihan dan Jalan Suryatmajan. Dari situ, kemungkinan juga tukang becak melintas di area Ketandan sampai Jalan Sriwedani, berbelok ke Jalan Panembahan Senopati, sampai Titik Nol Kilometer.
“Kalau diingat-ingat ya pengen misuh aja. Ternyata kemarin aku dibodoh-bodohin tukang becak.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Gara-gara Slot, Suasana di Desa Tak Sehangat Dulu Lagi: dari Ronda Malam sampai Tahlilan, Tak Pernah Absen Main Judol Jahanam atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
