Di daerah mana saja, hampir ada kos yang ternyata tak seindah foto promosinya. Namun, ada kisah apes yang kebetulan berlokasi di Babarsari. Kawasan “SCBD Jogja” yang terkenal cerita-cerita kelamnya.
***
Kisah apes ini datang dari Taufiq (24), saat ia baru saja pindah dari Universitas Brawijaya Malang ke UIN Sunan Kalijaga Jogja. Pengalaman pertama mencari kos di Jogja membawanya ke daerah Babarsari.
Babarsari adalah kawasan yang dilingkupi banyak cerita unik sekaligus menarik. Banyak catatan kekerasan dan tindak kriminal terjadi di sana. Di sisi lain, banyak juga tempat hiburan malam di area yang dikelelilingi beberapa kampus besar seperti Universitas Atma Jaya hingga UPN Veteran Jogja.
Daerah itu, di internet juga kerap dilabeli sebagai salah satu bagian dari SCBD Jogja. Seturan, Condongcatur, Babarsari, Demangan/Depok. Keempat wilayah ini punya karakter masing-masing, tapi kesamaannya adalah jadi sentra perkumpulan mahasiswa dengan tongkrongan dan tempat hiburannya.
Pengalaman Taufiq terjadi jelang tahun ajaran 2018/2019 silam. Perkuliahan di UIN Sunan Kalijaga segera dimulai dan ia perlu segera cari kos.
“Agak kepepet. Bajet sekitar Rp5 juta dan nemu di Facebook kos itu. Kalau dari fotonya sih kelihatan menarik,” ungkapnya kepada Mojok Rabu (15/5/2024)
Akhirnya, ia pun survei. Mungkin karena terburu-buru ia tak banyak melakukan peninjauan secara detail. Sekilas, menurutnya, tempat berlabel “kos muslim” itu tampak tak bermasalah. Bangunannya tidak tua, catnya masih bagus, dan hanya ada sekitar delapan kamar. Ditambah lagi, fasilitasnya kamar mandi di dalam sehingga lebih privat.
“Walaupun agak unik ya, kamar mandinya semi terbuka. Bagian atasnya tidak full tembok jadi ya kalau agak bau, baunya ke kamar,” kelakarnya.
Kejanggalan-kejanggalan di kos muslim Babarsari
Kos yang hendak Taufiq tempati letaknya tak dekat jalan utama kawasan Babarsari. Agak masuk ke arah timur, dekat bantaran kali.
Namun, baginya itu bukan sebuah masalah. Jarak antara kos ke kampus memang tak terbilang dekat. Sekitar 7 kilometer. Namun, tempat tinggalnya bakalan dekat dengan berbagai tempat nongkrong dan hiburan di jantung SCBD Jogja yakni Seturan.
Tiba akhirnya ia mulai mengemas barang dan menempati kamarnya. Saat itulah ia mulai merasakan hal kurang nyaman.
Sebelumnya, ia melakukan survei saat siang. Suasananya tenang. Mungkin para penghuni memang sedang beraktivitas di luar atau tidur.
Namun, di malam pertama ia merasakan kegaduhan yang cukup menganggu. Tawa kencang, genjrengan gitar dengan suara nyanyi lantang tak henti-henti hingga dini hari.
“Wah kok beda. Dan ternyata yang kumpul bukan anak kos situ saja,” terangnya.
Hal yang baru ia sadari setelah benar-benar tinggal, ternyata di sudut kos banyak botol-botol miras. “Ya pantas saja kalau malamnya sering ramai banget,” kelakarnya.
Baca halaman selanjutnya…
Kondisi air yang buat nekat pindah, ngungsi di masjid dulu dan rugi Rp4 juta
Air rembesan sungai keruh yang bikin tak betah
Meski mengganggu, sebenarnya Taufiq mengaku masih bisa tahan dengan situasi itu. Setidaknya, itu hanya terjadi ketika malam.
“Tapi kalau masalah air, ini cukup pelik,” tuturnya.
Sejak awal, ketika menyalakan kran di kamar mandi, air yang mengucur warnanya tak bening. Kuning kecoklatan seperti air sungai di belakang kosnya.
Awalnya, ia menduga karena tandon penampungan airnya yang kotor. Sehingga, ia coba untuk menyalakan kran cukup lama dengan harapan, lama-lama airnya tidak sekeruh sebelumnya.
“Lha kok sama terus,” ujarnya heran.
Taufiq memutuskan untuk coba mengecek di mana letak sumur bor. Sampai akhirnya, ia mendapatkan kesimpulan kalau air keruh lantaran sumur yang terlalu dekat dengan sungai sehingga ada rembesan.
Kondisi air itulah yang benar-benar membuatnya tak betah di kos Babarsari. Walaupun kos itu dekat dengan berbagai pusat hiburan di SCBD Jogja.
Mengungsi nginap di masjid
Sewa kos sudah dibayarkan. Namun, ia merasa kondisi kosnya benar-benar tidak bisa ditoleransi lagi. Di tengah kebingungan itulah ia memutuskan mengungsi ke tempat salah satu temannya yang bekerja sebagai marbot masjid.
Lokasi masjidnya sebenarnya cukup jauh di Ngampilan, Kota Yogyakarta. Kendati begitu, tidak ada pilihan lain bagi Taufiq. Mending jauh daripada ia selalu menggerutu tak nyaman di kos.
Cukup lama ia memutuskan tinggal di masjid bersama temannya. Untung, ruang marbot di masjid itu cukup lapang.
“Total, aku sewa setahun itu cuma menempati kos itu sekitar 8 hari,” kelakarnya.
Namun, masa sewa kos terus berjalan. Sampai akhirnya pada bulan kedua Taufiq dapat tempat tinggal lain. Mengontrak bersama temannya di Condongcatur, kawasan SCBD Jogja lainnya. Namun, di sana beruntungnya rumah kontrakannya tidak ada masalah serupa.
Taufiq pun melakukan negosiasi dengan pemilik kos di Babarsari. Ia hanya bisa mendapat uang kembalian sebesar Rp1 juta dari total Rp5 juta yang ia bayar. Rugi, Rp4 juta hanya untuk bermalam 8 hari.
Namun, itu jalan yang Taufiq pilih ketimbang tinggal di tempat yang membuatnya tak nyaman. Hingga sekarang, pengalaman pertama kali kos di Jogja itu jadi kenangan yang tak terlupakan baginya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News