Tak Menemukan Ketenangan di Pantai Parangkusumo Jogja, Ingin Dengar Deru Ombak Malah Terganggu Deru Mobil Jeep, Mau Nikmati Tepi Pantai Takut Tertabrak

Ilustarasi - Di Pantai Parangkusumo, Jogja, deru ombak kalah dari deru Jeep. (Mojok.co)

Pantai Parangkusumo, Bantul, Jogja rasanya tak lagi menawarkan ketenangan. Alih-alih bisa menenangkan diri dengan mendengarkan deru ombak pantai, malah terganggu dengan deru-deru Jeep yang berlalu-lalang dengan intensitas tinggi.

***

Pada awalnya bukan berniat untuk healing mencari ketenangan. Saya ke Pantai Parangkusumo, Bantul, Jogja, untuk menemani Puthut EA bertamu ke sebuah komunitas bernama Garduaction dan Nyala Litera. Sebuah komunitas peduli lingkungan dan literasi yang digagas oleh sekelompok anak muda dari berbagai latar belakang.

Kami tiba di pusat kegiatan Garduaction pada Jumat (23/5/2024) sekitar jam empat sore. Turun dari mobil, kami disambut hangat oleh Ardha Kesuma (32) selaku koordinator Garduaction beserta teman-teman relawan yang sudah berkumpul.

“Silakan, Mas, dinikmati,” ujar Ardha mempersilakan kami menikmati kopi, teh panas, dan beberapa piring gorengan yang sudah terhidang di meja.

“Kalau di sini bisa langsung dingin, Mas, anginnya kenceng,” timpal Lambang, salah satu relawan di Garduaction. Ia jadi satu-satunya relawan laki-laki yang datang ke Garduaction sore itu.

Pusat kegiatan Garduaction memang bersebarangan langsung dengan Pantai Parangkusumo, Jogja. Hembusan angin pantai menciptakan dersik suara pepohonan di sekitar tempat kami duduk. Suasana yang sebenarnya sangat bisa dinikmati. Terlebih pusat kegiatan Garduaction pun terbilang sangat asyik.

Sayangnya, ada satu hal yang sangat mengganggu: suara deru mobil Jeep seperti tak ada jeda. Mobil Jeep berlalu-lalang di tepian Pantai Parangkusumo, Jogja, sepanjang sore itu, diringi teriakan-teriakan dari para wisatawan penumpang Jeep yang adrenalinnya terpacu.

Pusat kegiatan Garduaction di Pantai Parangkusumo, Jogja MOJOK.CO
Pusat kegiatan Garduaction di Pantai Parangkusumo, Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

Main di tepi Pantai Parangkusumo takut tertabrak

Sore itu kami berangkat ke Pantai Parangkusumo, Jogja, empat orang. Selain saya dan Puthut EA, ada juga Kali (putra Puthut EA) dan Irul (teman kami di KBEA).

Sementara saya dan Puthut EA berbincang dengan teman-teman relawan Garduaction, Irul menemani Kali bermain di Pantai Parangkusumo, Jogja.

“Jeep-e akeh banget (Jeep-nya banyak banget),” ujar Irul sekembalinya dari pantai menjelang Magrib.

Saat menemani Kali bermain di Pantai Parangkusumo, Irul mengaku agak was-was. Bagaimana tidak, Jeep yang berlalu-lalang di tepian pantai begitu intens. Ia bahkan mengaku kesulitan saat hendak menyeberang dari pusat kegiatan Garduaction ke arah pantai. Begitu sebaliknya, kesulitan menyeberang saat hendak kembali. Karena tepian pantai benar-benar menjadi arena Jeep.

“Kalau mau main-main di tepian pantai bukannya bisa menikmati malah takut ketabrak Jeep ya,” balas Lambang.

Hingga lepas Magrib pun deru Jeep masih bersahut-sahutan. Bahkan ada yang lajunya makin kencang dan berkelok-kelok di gundukan-gundukan pasir, membuat teriakan penumpang makin keras.

“Emang harus begitu ya bawa Jeep-nya?,” tanya sinis salah satu relawan di Garduaction.

“Ya kan memang yang dijual itu, memacu adrenalin,” jawab Lambang.

Tak terdengar deru ombak di Pantai Parangkusumo Jogja

“Orang ke pantai cari deru ombak, tapi ini yang terdengar malah deru Jeep,” ucap Puthut EA saat obrolan kami mulai ngerasani Jeep-Jeep yang lalu-lalang tanpa henti.

Sejak saya duduk di pusat kegiatan Garduaction jam empat sore, memang nyaris tak terdengar deru ombak sama sekali. Dari sore sampai petang, hanya deru Jeep yang terdengar.

Jeep-Jeep tersebut berasal dari Gumuk Pasir yang lokasinya bersebelahan tidak jauh dari Pantai Parangkusumo, Jogja. Kata salah satu anak didik Garduaction yang sore itu ikut nimbrung, belakangan aktivitas Jeep memang bisa sampai malam.

Jadi kalau ke Pantai Parangkusumo, Jogja, untuk mencari ketenangan, tentu akan sulit karena harus berhadapan dengan deru Jeep dan jerit wisatawan. Terlebih jika musim liburan dan aktivitas Jeep memberlakukan jam operasional hingga malam.

Selain deru Jeep yang mengganggu, aktivitas Jeep di Pantai Parangkusumo, Jogja, bagi Ardha juga menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan pantai. Misalnya, roda Jeep yang berlalu-lalang dengan intensitas tinggi pastinya akan merusak kondisi pantai. Bukan semata merusak estetika, tapi juga dampak lingkungan yang lebih besar.

Baca halaman selanjutnya…

Sampah-sampah meresahkan di Pantai Parangkusumo

Sampah-sampah pariwisata Jogja

Selain persoalan Jeep, ada isu yang bertahun-tahun seperti tak mendapat perhatian khusus dari pemangku kebijakan, yakni sampah. Termasuk di dalamnya sampah pariwisata.

Latar belakang berdirinya Garduaction pada mulanya adalah gerakan pemuda-pemuda Parangkusumo, Jogja, yang resah terhadap sampah dari wisatawan. Pada 2015 silam, para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna itu lantas membuat gerakan peduli lingkungan.

Dari bersih pantai dan merakit seni instalasi dari sampah, lalu berkembang menjadi bank sampah. Lalu kini menjadi pusat kegiatan edukasi untuk masyarakat tentang pengolahan sampah dan pelestarian alam. Untuk mengenal lebih dekat komunitas Garduaction di Pantai Parangkusumo, Jogja, saya akan menulisnya dalam liputan terpisah.

Bank sampah di Garduaction, Pantai Parangkusumo, Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

“Laju perubahan iklim sudah berjalan dengan lebih cepat daripada seharusnya. Salah satu pemicunya sampah. Jadi, sampah bukan hanya tumpukan barang terbuang yang kotor dan bau, tapi sampah merupakan ancaman bagi masa depan,” tutur Ardha.

Sebab, kata Ardha, sampah bukan hanya merusak pemandangan, tapi juga merusak atmosfer. Sayangnya, isu tersebut tidak memperoleh ruang di depan para pemangku kebijakan. Mereka yang memengang peran kunci malah lebih senang bergerak seperti gerakan masyarakat sipil. Seperti membawa tumbler, bersih pantai, atau menanam pohon.

“Padahal yang dibutuhkan, mereka mengambil langkah yang berpengaruh besar. Menangkap mafia sampah, implementasi kebijakan publik agar masyarakat mudah mengelola sampah, menghentikan aktivitas indistri yang merusak alam, memastikan setiap indistri digerakkan dengan ramah terhadap alam,” sambung Ardha.

Setengah tuju malam rombongan kami berpamitan. Sungguh hari yang asyik bersama teman-teman Graduaction. Yang tidak asyik hanya deru Jeep-nya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Bagi Perantau Surabaya Tukang Parkir di Kafe Basabasi Jogja Tak Layak Dibayar Rp2000, Caranya Perlakukan Orang Tak Seperti Tukang Parkir di Kafe Surabaya yang Bikin Emosi

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version