Jangan sepelekan ide bisnis yang berawal dari hobi. Berkat mengeksekusinya sejak masih mahasiswa baru di Jogja, saat usia 23 sudah bisa mengantongi tabungan lebih dari Rp100 juta. Begitu lulus, karyawan sudah belasan.
***
Gambaran itu bisa didapat dari Faiq Septian (25). Ia berusaha mencari irisan antara hobi dengan potensi bisnis yang menjanjikan.
Insting bisnis memang sudah muncul di benak Faiq sejak masih duduk di bangku SMA. Dulu, motivasinya cukup sederhana yakni demi bisa menambah uang jajan.
Lelaki asal Pekalongan ini mulai mencoba mengeksekusi ide bisnis sederhana saat masih kelas 1 SMA. Kebetulan, ia tinggal di sekolah berasrama yang cukup terbatasi dengan dunia luar. Di sisi lain, banyak teman sebayanya yang begitu gandrung dengan sepak bola.
“Kepikiran ide bisnis pertama itu jualan jersey sepak bola. Ya jersey grade ori itu, yang biasa disebut KW Thailand,” kelakarnya saat saya hubungi Rabu (17/7/2024).
Namun, ide bisnis itu ternyata cukup menghasilkan. Buat anak seusianya saat itu bisa dapat beberapa ratus ribu per bulan dari jualan itu sudah membahagiakan. Bisnis itu ia jalankan terus sampai akhir masa SMA.
Selain senang karena cuan, hal lain yang mendorongnya adalah hobi. Faiq memang gandrung dengan sepakbola dan futsal sehingga jualan jersey terasa menyenangkan baginya.
Eksekusi ide bisnis lain saat jadi mahasiswa
Kuliah pada 2017 silam di UIN Sunan Kalijaga Jogja, awalnya Faiq tidak langsung menggeluti bisnis lagi. Ia malah sempat bekerja paruh waktu di berbagai tempat. Bisnis jualan jersey nya pun mulai agar redup.
Namun, instingnya untuk jadi pengusaha seperti tak pudar. Pada 2018, ia mencoba bekerja di salah satu merek jersey lokal di Jogja. Bekerja sebagai marketing yang menawarkan produk ke kampus-kampus.
“Awalnya daftar kerja ya aku niatnya belajar. Bukan uang dulu tapi belajar dulu,” katanya.
Saat mulai bekerja itulah ia mulai terpikir ide bisnis baru. Ide yang muncul berkat tren yang juga sedang ia gandrungi saat itu.
Pada 2018, tren fun football dan mini soccer mulai kencang. Orang-orang ingin bisa bermain bersama komunitasnya, menggunakan jersey yang seragam.
“Di situlah aku kepikiran ide bisnis sewa jersey,” tuturnya.
Mulai lah, bermodalkan tabungan ia membuat jersey di tempatnya bekerja. Lantas mulai mempromosikannya di media sosial. Lagi-lagi, bisnis itu ternyata menemukan pangsa pasar yang lumayan di Jogja.
Mencoba membuat usaha lebih serius, langsung kena masalah di awal
Melihat tren positif menarik dari hobi yang ia tekuni, Faiq lantas memberanikan diri untuk membuka usaha dengan lebih serius di Jogja. Mengeksekusi ide bisnis membuat brand sendiribernama Manuver Sport Apparel untuk memproduksi jersey.
Namun, tabungannya tak cukup untuk kebutuhan menyewa tempat juga membeli mesin sebagai modal awal membuka apparel jersey. Akhirnya, ia memutuskan untuk pinjam ke keluarganya.
“Total aku pinjam Rp15 juta, itu dari ibu dan kakakku,” kenangnya.
Sayangnya, optimisme itu langsung berbenturan dengan realita bisnis yang pahit. Di masa awal, Faiq sebenarnya langsung mendapat orderan yang nilainya cukup lumayan. Hingga sekitar Rp9 juta.
“Tapi itu kan produksinya masih aku titipkan ke tempat lain. Ternyata hasil cetakannya jauh banget dari spesifikasi yang diharapkan. Nggak sesuai orderan,” tuturnya.
Dalam industrinya, aspek produksi jadi elemen krusial. Faiq mengaku bahwa ia belum memahai betul soal itu.
Langsung dapat orderan cukup besar, tapi karena gagal di urusan produksi, membuat lelaki ini malah merugi. Sebagai pebisnis pemula, mental Faiq langsung kena hantam.
“Aku akhirnya sempat vakum dulu sekitar tiga bulan,” kata dia.
Baca halaman selanjutnya…
Setelah bangkit ada masalah lagi, tapi berhasil atasi sampai bisnisnya berkembang pesat
Bangkit dan jatuh kembali
Setelah jeda tiga bulan, Faiq memutuskan untuk menggulirkan bisnisnya kembali. Kali ini secara lebih matang. Beberapa bulan awal setelah bergulir kembali, semua pekerjaan ia jalankan seorang diri.
“Sekitar Agustus 2019 itu akhirnya aku rekrut satu tim tetap,” ungkapnya.
Buat Faiq, bisnis adalah proses belajar. Ia benar-benar belajar tentang produksi hingga pemasaran secara lebih serius.
Di sisi lain, ia sadar bahwa menjalankan bisnis perlu relasi yang kuat. Untungnya, bisnis ini bersinggungan dengan hobinya yakni futsal dan sepakbola. Dari lapangan, ia kerap mendapat relasi hingga kesepakatan bisnis baru.
Ide bisnis ini berjalan cukup baik. Selain produksi, persewaan, ia juga mulai merambah jasa fotografi untuk sepak bola. Semuanya punya irisan dengan hobinya. Tak sampai setahun, ia bisa melunasi pinjaman dari keluarganya.
“Ke kakak aku lunasi, kalau ke ibu, beliau bilang hitung aja untuk bayar UKT. Jadi ya sebagian itu hitungannya modal dari uang kuliahku sendiri,” kelakarnya.
Sebenarnya ia sempat mengalami guncangan lagi. Faiq mengaku sempat salah proyeksi saat pandemi. Lelaki ini menganggap pandemi akan surut pada 2021 sehingga awal tahun itu ia berani menyewa tempat lebih besar untuk toko sekaligus area produksi.
“Total-total hampir 100 juta itu,” tuturnya.
Setelah keluar uang banyak, ternyata pandemi justru semakin ngeri di 2021. Bisnisnya surut, tapi ia harus tetap membayar karyawan yang jumlahnya sudah bertambah. Putar otak, setelah melunasi utangnya ke keluarga, ia memutuskan mengambil pinjaman lain lagi.
Ide bisnis sederhana yang buat cicipi 100 juta pertama sebelum 25
Konsistensi dan upaya untuk terus menemukan solusi dari permasalahan, membuat Faiq kembali mendapat jalan. Setelah badai hebat, tahun 2022 ternyata malah jadi tahun mujurnya.
Bisnisnya kembali bergeliat. Pada 2022 ia juga telah mengeksekusi beberapa ide bisnis baru yang masih beririsan yakni custom jersey dan produksi kaos kaki. Sehingga, total ia punya lima lini bisnis.
“Dan di 2022 itu kelima ide bisnis yang aku jalankan, bisa dapat 75% dari target,” ungkapnya.
Di tahun itu pula, saat usianya masih 23, ia merasakan langsung profit bersih bisnisnya bisa melampaui Rp100 juta. Nominal itu bersih yang bisa ia simpan untuk diri sendiri dan jaga-jaga.
Selain itu, bisnisnya juga mulai menjalin kerja sama dengan beberapa atlet dan klub profesional. Menggenjot promosi dan pemasaran.
Namun, di saat seperti itu ia justru lebih berhati-hati. Lewat pengalaman-pengalaman yang sudah ia lalui, Faiq belajar bahwa dalam mengeksekusi ide bisnis, salah satu hal terpenting adalah tidak cepat berpuas diri.
“Selain itu ya bisnis memang nggak boleh lembek. Bisnis penuh ketidakpastian, harus selalu siap,” tuturnya.
Saat ini, total Faiq telah memiliki 15 karyawan. Ia terus berharap agar bisnisnya bisa terus berkembang dan sejahtera bersama para karyawannya.
Meski agak telat, Faiq juga menyelesaikan studinya di UIN Jogja. Baginya, dunia perkuliahan secara tidak langsung juga mendorong perkembangan bisnis. Salah satunya lewat relasi yang ia bangun di sana.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Aly Reza
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.