Bukan hal mudah untuk mencari calon atlet yang akan jadi penerus kejayaan bulu tangkis Indonesia. Fisik yang bagus dan kemampuan teknis bermain yang jago ternyata belum cukup. Ada hal tak kasat mata yang para pencari bakat harus jeli melihatnya.
***
Nursinta (33) tak henti mengucap, “Ya Allah… Ya Allah…” setiap kali anaknya, Muhammad Rafa Shirdi (11), gagal mengembalikan shuttlecock dari lawan. Beberapa kali, anak keduanya itu tertinggal poin dari Baron Baswara, atlet Persatuan Bulu Tangkis (PB) Griya Bugar, Yogyakarta. Namun, setiap kali tertinggal, ia selalu berhasil mengejar.
“Tahun ini tahun ketiga Rafa ikut Audisi Umum PB Djarum. Tahun lalu sudah masuk karantina, tapi belum lolos jadi atlet PB Djarum,” kata Nursinta.
Menurut Nursinta, anak keduanya mulai jatuh cinta pada bulu tangkis sejak masih TK. Ketika ditanya cita-citanya, Rafa menjawab ingin menjadi pemain kelas dunia. Dua tahun lalu, untuk pertama kalinya, ia ikut Audisi Umum PB Djarum.
“Langsung lolos karantina, tapi belum lolos jadi atlet PB Djarum. Oleh pihak penyelenggara, ia disarankan berlatih di PB Champion, Klaten,” tutur Nursinta. PB Champion merupakan klub bulu tangkis mitra PB Djarum. Atlet yang dinilai memiliki potensi dititipkan di klub-klub tersebut untuk meningkatkan kualitasnya.
Nursinta menambahkan, seluruh biaya latihan anaknya di PB Champion, Klaten ditanggung oleh PB Djarum, kecuali biaya untuk laundry pakaian.
Rela berpisah dengan anak demi cita-citanya jadi juara dunia bulu tangkis
“Awal-awal ya Rafa nangis, ingin pulang. Tapi saya selalu mengingatkan kembali tentang cita-citanya menjadi pemain bulu tangkis kelas dunia. Saya bilang, tidak ada yang instan, harus mulai dari nol,” kata Nursinta.
Menurutnya, selama berlatih di PB Champion, kemampuan anaknya berkembang pesat. Tidak hanya teknik, tetapi juga nonteknis seperti karakter dan mental. “Rafa tidak punya kamus kalah kalau sedang bertanding, dia pantang menyerah,” ujar Nursinta.
“Saya sangat bersyukur, anak saya bisa berlatih bulu tangkis karena PB Djarum. Meski harus berpisah dengan anak kesayangan, tapi demi cita-citanya menjadi pemain kelas dunia, tidak apa-apa. Kalau kangen, ya paling teleponan tiap hari,” tutur Nursinta yang datang khusus dari Balikpapan untuk menemani Rafa bertanding di Audisi Umum PB Djarum.
Pada turnamen babak delapan besar, Rafa berhasil menaklukkan Baron dengan dua set langsung. Otomatis ia lolos untuk masuk karantina.

Sementara itu, Baron yang sejak tahap screening terus menumbangkan lawan-lawannya juga lolos masuk karantina setelah mendapatkan Super Tiket dari Tim Pencari Bakat Audisi PB Djarum.
“Sangat bersyukur, Mas. Ini pengalaman pertama. Kami ke sini tidak membawa pelatih, buat ngirit, saya tinggal di kos dekat stadion. Tapi syukur bisa dapat Super Tiket dan masuk karantina,” kata Yosef, orang tua Baron, usai pengumuman peserta yang terpilih mengikuti karantina PB Djarum.
Audisi Umum PB Djarum mencari yang tak kasatmata
Rafa dan Baron adalah dua dari 1.729 atlet anak-anak yang memadati GOR Jati, Kudus, untuk mengikuti Audisi Umum PB Djarum 2025. Semangat pantang menyerah kedua pemain bulu tangkis muda ini kembali diuji selama masa karantina yang akan berlangsung selama empat minggu.
Nantinya, Tim Pencari Bakat PB Djarum akan memiliki pekerjaan berat untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan Beasiswa Bulu Tangkis dari Bakti Olahraga Djarum Foundation dan menjadi atlet binaan PB Djarum.
Ketua Tim Pencari Bakat Audisi Umum PB Djarum, Sigit Budiarto, dalam obrolan dengan Mojok.co mengatakan bahwa selama masa karantina akan ada dua kali eliminasi untuk menentukan atlet-atlet bulu tangkis yang lolos masuk PB Djarum.
“Kami tidak ada target berapa yang masuk. Kami tidak mementingkan kuantitas, tapi kualitasnya. Kalau hanya ada lima yang bagus, ya lima. Kalau ada 20, ya 20. Semuanya menyesuaikan dengan apa yang terjadi di lapangan,” kata Sigit.
PB Djarum menurunkan sejumlah legenda bulu tangkisnya, seperti Fung Permadi, Yuni Kartika, Tontowi Ahmad, Liliyana Natsir (Owi/Butet), Hendrawan, Vita Marissa, Mohammad Ahsan, Gloria Emanuelle Widjaja, Maria Kristin, dan beberapa legenda lainnya untuk menyeleksi calon pemain yang masuk karantina.
Koordinator Pemandu Bakat untuk pemain putri adalah Yuni Kartika, sedangkan untuk pemain putra adalah Fung Permadi.
Yuni Kartika menjelaskan bahwa dalam tahap screening dan kompetisi sebelum karantina, aspek yang dinilai lebih banyak menyangkut sisi fisik, seperti tinggi badan, footwork, maupun kemampuan dasar bermain bulu tangkis.
“Tahun ini utamanya kami mencari yang memiliki postur ideal. Kecuali memang ada yang punya kemampuan istimewa. Ini krusial agar mampu bersaing dengan para atlet putri dunia yang secara postur sangat diandalkan,” ujar Yuni.
Selain yang terlihat oleh mata, Tim Pencari Bakat punya pekerjaan untuk melihat yang tak kasatmata atau nggak terlihat, tapi bisa dirasakan, misalnya karakter pantang menyerah dari para atlet bulu tangkis muda.
Lebih dari sekadar bagus, atlet bulu tangkis harus punya “faktor X”
Menurut Sigit Budiarto, dalam tahap karantina faktor dominan yang akan menjadi perhatian tim pemandu bakat dan pelatih tidak lagi sekadar aspek teknis, melainkan justru faktor X yang tak kasatmata.
“Attitude!” tegas Sigit Budiarto, menyebut salah satu faktor X yang menentukan seorang atlet bisa masuk PB Djarum.
Attitude dalam bulu tangkis, menurut Juara Dunia Ganda Putra 1997 dan Juara All England 2003 ini, tidak sekadar soal sopan santun atau tata krama sehari-hari. Istilah tersebut mencakup keseluruhan sikap mental, karakter, serta cara atlet menjalani hidup sebagai pebulutangkis maupun individu. Sesuatu yang tak kasatmata tapi bisa dirasakan.
“Yang kami ingin ciptakan adalah pemain kelas dunia. Kalau tidak punya attitude yang baik, seorang atlet—terutama saat masih anak-anak—tidak akan bertahan lama dan tidak akan berkembang,” kata peraih Piala Thomas pada 1998, 2000, dan 2002 itu.
Attitude juga menjadi kata kunci yang disampaikan oleh legenda-legenda bulu tangkis Indonesia yang pernah membela PB Djarum, seperti Richard Mainaky dan Yuni Kartika, saat berbincang dengan Mojok di sela-sela Audisi Umum PB Djarum 2025. Bahkan Gloria Emanuelle, yang masih aktif malang-melintang sebagai atlet profesional, juga menegaskan hal serupa.
“Kalau kemampuan teknis atlet itu banyak yang merata, tapi faktor attitude memang jadi hal penting,” ujar pemain ganda campuran berusia 31 tahun tersebut. Menurutnya, attitude dan semangat juang adalah kunci utama. Dari pengalamannya, meski seorang pemain punya keterampilan bagus, jika tidak memiliki daya juang, kariernya tidak akan seimbang. Justru dengan attitude dan semangat juang, karier bisa lebih panjang.
Super Tiket bukan akhir perjuangan
Audisi Umum PB Djarum 2025 resmi berakhir pada Jumat, 12 September 2025, dengan meloloskan 50 pebulutangkis muda ke tahap karantina. Mereka terpilih dari 1.792 peserta yang mengikuti tahap screening hingga turnamen. Sebanyak 18 peserta lolos setelah melewati kompetisi, sedangkan 32 atlet lainnya merupakan hasil penjaringan Tim Pencari Bakat.
Selanjutnya, para peserta akan menjalani karantina selama empat minggu hingga akhirnya berpeluang mendapatkan Djarum Beasiswa Bulutangkis dari Bakti Olahraga Djarum Foundation dan menjadi atlet binaan PB Djarum.
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation sekaligus Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin, mengucapkan selamat kepada para atlet yang telah gigih menunjukkan bakat dan kemampuan hingga memperoleh Super Tiket dan melaju ke tahap karantina. Ia berpesan agar setiap peserta cepat beradaptasi dengan kehidupan di asrama PB Djarum dan pola latihan yang sudah disiapkan.
“Super Tiket bukanlah tanda perjuangan sudah selesai, melainkan langkah awal bagi para peserta untuk menunjukkan kemampuan, mentalitas, dan karakter mereka yang sesungguhnya di hadapan para pelatih PB Djarum. Untuk itu, pergunakan sebaik-baiknya kesempatan ini.
Bagi atlet yang belum memperoleh Super Tiket, jangan patah arang. Masih banyak peluang bergabung dengan PB Djarum. Teruslah berlatih, asah bakat dan kemampuan,” ujar Yoppy.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Suara Wajan yang Lebih Nyaring dari Peluit Pelatih adalah Rahasia di Balik Prestasi Atlet PB Djarum atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.