Keberadaan ATM Indomaret memang sangat membantu proses transaksi sewaktu-waktu. Lebih-lebih jika jarak tempat tinggal dengan ATM atau bank terhitung jauh.
Maka, ATM Indomaret menjadi solusi karena gerainya tersebar di banyak titik. Kini pun gerai yang dilengkapi dengan mesin ATM makin banyak pula.
Akan tetapi, mesin ATM di waralaba berlogo lebah itu kerap kali menimbulkan keresahan bagi pengguna. Narasumber Mojok mencoba membeberkan keresahan-keresahan mereka—sekaligus memberi aturan secara tidak tertulis—demi menjaga kenyamanan bersama maupun diri sendiri jika sedang melakukan transaksi.
#1 Jangan transaksi berkali-kali dalam satu waktu
Di sebuah ATM Indomaret di Rembang, Jawa Tengah, Zikrul (26) dengan terpaksa menyemprot ibu-ibu yang hampir setengah jam mengotak-atik mesin ATM. Setiap uang sudah keluar, dia lalu mengotak-atik lagi. Begitu seterusnya.
Persoalannya, antrean sudah mengular dengan wajah-wajah gusar. Beberapa bergumam sebal. Ada juga yang memutuskan batal transaksi sambil berdecak jengkel.
“Transfer berapa triliun e, Bu, kok nggak beres-beres,” ujar Zikrul.
“Ini loh yang antre banyak. ATM milik pribadi, po?” Tegasnya kala si ibu meliriknya sinis.
Zikrul menyadari itu tidak sepatutnya dilakukan anak muda kepada yang lebih tua. Tapi dia kelewat sering menghadapi ibu-ibu yang berlama-lama di mesin ATM Indomaret. Hari itu, lantaran dia juga diburu waktu, muntablah kekesalannya.
“Kalau mau transaksi besar. Mending ke bank sekalian. Jangan ke ATM Indomaret yang ada limitnya. Alhasil harus transaksi berkali-kali. Kasihan yang antre,” ucap Zikrul berbagi cerita, Senin (28/4/2025).
#2 Jangan merasa paling buru-buru di ATM Indomaret
Keresahan kedua yang kerap Zikrul alami di ATM Indomaret adalah keberadaan orang yang merasa paling buru-buru. Tidak hanya di Rembang, di kota-kota besar yang sering dia kunjungi—seperti Surabaya, Semarang, hingga Jogja—pun kerap terjadi.
“Karena merasa buru-buru, langsung nyerobot antrean,” kata Zikrul.
Ada yang sok cuek saja motong antrean. Pura-pura tidak melihat kalau di belakangnya sudah ada yang lebih dulu berbaris. Ini tipikal yang sangat menyebalkan sekali. Karena ditegur pun orang ini akan jadi bebal.
Lalu ada pula yang terang-terangan menyerobot antrean. Ketika ditegur, alasannya “Sedang buru-buru karena ini itu.”
“Di antara orang-orang yang antre, pasti ada yang lagi buru-buru juga. Tapi tetap patuh antre karena ini urusannya menghormati hak satu sama lain,” ungkap Zikrul.
Silanya, menyerobot antrean seolah sudah menjadi budaya mengakar bagi kebanyakan orang Indonesia. Tentu saja budaya yang tidak sepatutnya dilestarikan.
Oleh karena itu, baginya, ketimbang pemerintah ingin mulai menerapkan pembelajaran coding dan AI sejak SD, sepertinya pendidikan soal antre harus jadi concern serius terlebih dulu.
Baca halaman selanjutnya…
Kejahatan mengintai di sekitar ATM tapi jarang disadari












