Lulusan SMA Dapat Kerja Pertambangan, Gaji Belasan Juta Bikin Tak Ingin Kuliah dan Pandang Sebelah Mata Sarjana

Ilustrasi lulusan SMA kerja pertambangan (Ega/Mojok.co)

Lulusan SMA dapat kerja di pertambangan dalam waktu relatif singkat bisa mendapat gaji belasan juta. Sebagian dari mereka jadi memandang sebelah mata kuliah dan sarjana.

Kholik* (21) awalnya juga tidak tertarik untuk kerja pertambangan. Selepas lulus SMA pada 2021 silam, ia memang belum berminat kuliah. Alasannya, bukan karena menganggap pendidikan tak penting.

“Aku dulu nggak mau kuliah dulu karena bingung mau belajar apa, takutnya kalau belum siap malah buang-buang duit orang tua,” ujar lulusan SMA ini kepada Mojok pada Selasa (20/3/2024).

Akhirnya, ia pun mencoba peruntungan dengan membuka usaha kuliner bermodal kecil. Patungan dengan rekan sesama lulusan SMA yang belum ingin kuliah. Keduanya, belum sepenuhnya memutus kemungkinan untuk kuliah.

Berjalannya waktu, ternyata mereka menyadari bahwa menjalankan bisnis juga tidak mudah. Belum genap setahun, semangat Kholik mulai menurun. Modal yang ia keluarkan juga tak kunjung kembali.

Saat gairah bisnisnya mulai menurun ia mulai terpikir, antara mencoba belajar kembali untuk kuliah atau mencari kerja. Di saat itulah, orang tuanya mengabarkan kalau ada lowongan kerja pertambangan.

Posisinya sebagai operator alat berat yang terbuka untuk lulusan SMA. Kholik pun mencoba untuk mendaftar. Sayangnya, pada kesempatan pertama ia gagal pada tahap wawancara HRD.

“Sekitar enam bulan setelahnya ada lowongan kerja pertambangan lagi, aku coba, dan ternyata lolos,” ujarnya.

Beratnya kerja pertambangan

Akhirnya, ia pun mulai menapaki jalan kerja di bidang pertambangan. Tahap awal, ia dikirim ke pemusatan latihan selama sekitar tiga bulan.

“Pokoknya di sana isinya latihan fisik dan mental. Ada juga materi seputar dasar pertambangan,” kenangnya.

kerja pertambangan.MOJOK.CO
Ilustrasi area pertambangan (Dominik Vanyi/Unsplash)

Bersama para lulusan SMA lain, setiap hari Kholik bangun pagi jam 4 untuk latihan fisik singkat. Selepas salat subuh, latihan fisik kembali digenjot hingga sekitar jam 7 pagi. Baru setelahnya ada materi di dalam ruang kelas.

“Tapi nanti selesai materi sore, fisik lagi, pokoknya bikin stress juga saat itu,” tuturnya.

Mentas dari pemusatan latihan, ia berangkat ke site pertambangan di luar pulau Jawa. Saat itu, statusnya adalah sebagai pemagang kerja pertambangan.

“Di kontrak awal itu durasinya satu tahun. Gajinya belum terlalu besar, sekitar Rp3,5-4 juta,” tuturnya.

Namun, gaji itu sudah benar-benar bersih dan bisa ia tabung hampir sepenuhnya. Pasalnya, ada fasilitas tempat tinggal, laundry, makan gratis untuk semua pekerja. Ruang kamarnya saja berpendingin ruangan.

Saat sudah berada di site pertambangan batubara di Kalimatan Timur, Kholik dan teman-teman lulusan SMA lain pun belum langsung bekerja. Masih ada rangkaian pelatihan praktik langsung mengoperasikan kendaraan.

Baca halaman selanjutnya…

Mulai dapat gaji belasan juta, lupakan kuliah hingga sarjana

Selepas habis masa kontrak berstatus magang kerja, barulah mereka lanjut ke tahap kontrak sebagai pegawai tetap. Gaji pun mengalami peningkatan.

“Sebenarnya gaji variatif banget termasuk di operator. Beda kendaraan bisa beda gaji. Tapi gaji pokoknya saja sekitar Rp5,5 juta. Dengan bonus lembur dan lainnya bisa tembus Rp12-15 juta per bulan,” terang Kholik.

Lulusan SMA cepat dapat gaji belasan juta jadi remehkan sarjana

Setelah merasakan manisnya uang dari pertambangan batubara, Kholik tidak terpikir lagi untuk kuliah dan dapat gelar sarjana. Ia mengaku masih sadar bahwa pendidikan penting. Namun, bukan jadi orientasi utamanya lagi.

Bahkan, ia melihat beberapa teman lulusan SMA yang kerja pertambangan memandang sebelah mata sarjana dan kesulitannya mencari kerja. Dapat kerja pun, hanya segelintir yang bisa bergaji seperti mereka.

“Teman ya ada sampai yang ngomong bahwa mending kerja tambang daripada sarjana atau jadi polisi tamtama. Gaji, lebih besar. Nggak kepikiran lagi soal pendidikan,” tuturnya.

Selain Kholik, Mojok juga mewawancarai Amin (25), seorang sarjana dari PTN di Jogja yang dua tahun terakhir berkarier di pertambangan batubara. Ia mengakui, bahkan para operator di bagian produksi yang lulusan SMA, bisa bergaji lebih besar dari para sarjana di pertambangan.

Umumnya, hal itu terjadi bagi para operator senior yang memaksimalkan jam kerja dan lembur. Namun, ia melihat para operator yang baru bekerja ini terkadang tidak melihat lebih luas bahwa pendidikan juga bisa menunjang karier di pertambangan.

“Kalau lihat operator baru itu ya memang banyak selebrasi. Pamer duit dan seragam di media sosial,” kelakarnya.

Menurutnya, di bidang pertambangan pun beberapa lompatan karier bisa terjadi jika memiliki latarbelakang pendidikan yang tinggi. Misalnya untuk jadi pengawas, terkadang ada syarat untuk mendapat ijazah sarjana di bidang teknik.

“Tapi memang kalau sudah megang uang ini jadi pada malas untuk kuliah. Ya itu kembali lagi ya, pilihan personal,” pungkasnya.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Nekat Kerja di Bali Membuat Sadar, Biaya Hidup di Jogja Terlalu Mahal untuk Gaji yang Memprihatinkan

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version