Perempatan Timbangan Medan, Persimpangan Paling Ngeri yang Bikin Nyawa Pengendara ‘Berharga Murah’

Perempatan Timbangan Medan, Persimpangan Paling Ngeri yang Bikin Nyawa Pengendara 'Berharga Murah'.MOJOK.CO

Ilustrasi Perempatan Timbangan Medan, Persimpangan Paling Ngeri yang Bikin Nyawa Pengendara 'Berharga Murah' (Ega Fansuri/Mojok.co)

Perempatan Timbangan di Lubuk Pakam, Medan, bukan sekadar persimpangan biasa. Bagi banyak pengendara, melintasi jalan ini membuat perjalanan mereka tak pernah terasa aman. Perempatan ini adalah medan yang penuh risiko–sebuah titik di mana nyawa terasa begitu rapuh.

***

Setiap hari, Perempatan Timbangan menjadi saksi hiruk-pikuk kendaraan besar yang melintas. Bahkan, di balik kemacetan yang terlihat, tersembunyi kisah-kisah memilukan yang membekas di hati banyak orang

Mojok sendiri pernah berbincang dengan Fanny (21), pengendara sepeda motor yang setiap hari melintasi kawasan ini. Ia mengingat jelas sebuah peristiwa tragis yang membuat perempatan ini menjadi sorotan.

“Saya ingat betul, kejadian yang paling mengerikan adalah ketika sebuah truk melindas pengendara motor hingga tubuhnya terpotong-potong. Orang-orang yang lewat semua membeku, tak mampu berbuat apa-apa,” kenangnya dengan getir, saat Mojok mewawancarainya pada Kamis (26/9/2024).

Tragedi ini tidak hanya membuat lalu lintas terhenti total. Ia juga menimbulkan trauma mendalam bagi para saksi mata yang tak siap menghadapi kenyataan, bahwa perempatan ini bisa berubah menjadi tempat berbahaya dalam hitungan detik.

Pada jam-jam sibuk, klakson yang memekakkan telinga menghantui setiap pengendara yang terjebak dalam arus lalu lintas. Namun, saat kecelakaan terjadi, seakan-akan waktu terhenti.

Seperti diceritakan Fanny, suara klakson-klakson itu mendadak sunyi; seolah memberi ruang bagi kengerian untuk mengisi udara. Setiap orang yang melintasi Perempatan Timbangan sadar bahwa perempatan ini bukan hanya soal antrian panjang kendaraan, tapi juga soal hidup yang bisa terenggut kapan saja.

Pertemuan antara truk-truk besar dan jalan sempit

Menurut Fanny, faktor utama yang bikin perjalanan di perempatan ini menjadi horor adalah hadirnya truk-truk dan bus-bus besar. Apalagi, dengan jalan yang sempit dan parkir liar yang merajalela, kendaraan-kendaraan besar ini sering kali harus bermanuver dalam ruang yang terbatas.

“Setiap kali saya lewat di sini, saya merasa seperti dihadapkan dengan bahaya yang tak terlihat. Truk-truk besar menggeram di belakang atau tepat di samping saya, membuat jantung saya berdegup kencang,” ungkap Fanny, dengan nada cemas.

Cerita tersebut diafirmasi Semi (22). Sama seperti Fanny, ia merupakan pengendara lain yang setiap hari melintasi Perempatan Timbangan.

“Jalan yang tidak merata, bergelombang, dan berlubang bisa membuat orang terjatuh, apalagi saat hujan. Perempatan Timbangan ini sering dilewati kendaraan besar, dan kendaraan umum sering berhenti sembarangan mencari sewa, menyebabkan kemacetan yang sangat merugikan,” ujar Semi.

Kondisi jalan yang rusak memperburuk situasi. Tak jarang, para pengendara motor yang melanggar aturan lalu lintas, seperti menerobos lampu merah, semakin membuat perempatan ini terasa seperti jebakan maut.

Premanisme dan ancaman lain yang bikin Perempatan Timbangan makin horor

Selain ancaman dari kondisi jalan dan kendaraan besar, pengendara juga harus menghadapi premanisme yang merajalela di kawasan ini. 

“Di Timbangan banyak pengamen, pengemis, bahkan preman. Tak jarang, pos polisi di sana pun sering kosong, membuat pelanggaran lalu lintas seperti menerobos lampu merah jadi pemandangan biasa,” jelas Semi.

Selain itu, Semi bercerita tentang betapa tidak amannya perempatan ini bagi para pejalan kaki dan pengendara sepeda motor. 

“Marka jalan seperti zebra cross dan garis tepi hampir tidak ada di perempatan ini, yang jelas membahayakan para pejalan kaki dan pengendara,” imbuhnya.

Tidak berhenti di situ, di persimpangan dekat rumah makan Iga-iga Bakso, Semi kerap berhadapan dengan tukang becak yang menawarkan jasa mereka dengan cara yang kurang sopan. 

“Kadang mereka memaksa dengan cara merangkul tanpa izin, membuat saya merasa tidak nyaman.”

Bagi banyak pengendara, pilihan terbaik adalah menghindari Perempatan Timbangan sebisa mungkin. Namun, bagi mereka yang tak punya pilihan lain, setiap perjalanan di sini adalah pertaruhan hidup dan mati.

Semi pun berharap bahwa pemerintah mulai memikirkan solusi atas masalah ini. Menurut Semi, perbaikan infrastruktur bisa menjadi kunci untuk mengatasi kemacetan dan potensi kecelakaan. Ia juga menekankan bahwa penegakan hukum yang lebih ketat juga dibutuhkan.

Penulis: Boby Adiputra Rajagukguk

Editor: Ahmad Effendi

Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Magang Jurnalistik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode September 2024.

BACA JUGA Ironi Medan Amplas, Kecamatan Terbaik di Kota Medan yang Menjadi Tempat Pembuangan Mayat

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version