Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sejak lama memang terkenal sebagai kawasan pendidikan. Empat kampus, yang tiga di antaranya adalah PTN elite, tercatat mengerubungi kawasan ini. Antara lain Unpad, ITB, IPDN, dan Ikopin. Sayangnya, citra tersebut harus tercoreng karena banyaknya aksi curanmor yang terjadi di sana. Mahasiswa Unpad pun sampai menjuluki Jatinangor sebagai “kandang maling”.
Cerita tersebut pertama kali saya dapatkan dari obrolan bersama Andini Aulia (27), alumnus Unpad yang sempat ngekos di daerah Cikeruh, Jatinangor, selama empat tahun. Andini sendiri adalah satu narasumber Mojok yang kisahnya pernah saya tulis dalam liputan “Jatinangor Town Square Isinya Mahasiswa Undip Tak Berduit, Mal Andalan Buat Nggembel Tapi Tetap Kelihatan Elite“.
Menurut Andini, cerita soal Jatinangor sebagai kandang maling sebenarnya sudah jadi rahasia umum, khususnya bagi kalangan mahasiswa yang ngekos di kawasan ini. Sebenarnya, sih, enggak cuma maling motor. Aksi copet, maling bobol kos-kosan, dan kejahatan jalanan memang lain juga kerap terjadi di sini.
“Tapi yang paling sering sih memang curanmor,” kata Andini, Kamis (21/3/2024) lalu. “Selama empat tahun tinggal di sana, temen dekatku satu orang pernah kemalingan motor, satu teman kelas lain juga pernah. Tapi kalau aku sendiri Alhamdulillah belum pernah ngalamin,” sambungnya.
Ninggal motor kelamaan sama dengan ‘ngasih rezeki’ pelaku curanmor
Cerita Andini soal banyaknya aksi curanmor di wilayah Jatinagor, cukup bikin saya kaget. Bagaimana tidak, kalau kalian mahasiswa UNY yang ngekos di kawasan Karangmalang, tentu akrab dengan motor-motor yang “terparkir sembarangan” di pinggir jalan.
Sebagai informasi aja, nih. Banyak kosan di Karangmalang yang tak mempunyai tempat parkir. Maka, jangan heran kalau kalian banyak menjumpai motor berada di area outdoor sepanjang malam tanpa ada yang mengawasi.
Akan tetapi, sejauh yang saya tahu, belum pernah ada kasus curanmor di Karangmalang. Padahal, sebagai orang yang pernah enam bulan ngekos di sana, saya paham betul kalau maling-maling pada niat, mereka bisa menggondol banyak motor tiap harinya dari Karangmalang. Tapi nyatanya, enggak tuh.
Nah, di Jatinangor sendiri kondisinya beda 180 derajat. Kata Andini, di sana motor-motor enggak boleh ditinggal sendirian. Jangankan semalam penuh, ditinggal sejam saja sudah pasti bakal ada curanmor yang menggondol motor tersebut.
“Teman kosku dulu hanya ditinggal masuk bentar ambil dompet atau apalah. Motornya parkir di luar pagar. Pas keluar, udah ilang aja entah kemana. Sampai lulus kuliah enggak ada kejelasan soal malingnya,” kisah Andini.
“Sampai ada guyon, ‘jangan ninggal motor kelamaan kalau enggak mau ngasih rejeki ke curanmor’,” lanjutnya.
Karena kepo soal kebenaran cerita Andini, saya pun iseng mengeceknya di internet. Dan, benar saja! Kalau kalian menuliskan kata kunci “curanmor Jatinangor” di mesin pencarian, ada banyak kasus pencurian motor yang bisa kalian jumpai. Tak cuma satu atau dua kasus, ternyata memang banyak. Bahkan, kalau mengurutkan berdasarkan linimasanya, hampir tiap tahun ada kasus serupa di Jatinangor.
Baca halaman selanjutnya…
40 motor anak Unpad raib dalam sebulan. Curanmor beraksi cuma dalam 5 menit.
Dalam sebulan, 40 motor di Jatinangor raib
Penggalian informasi soal parahnya kasus curanmor di Jatinangor membawa saya ke salah satu arsip pemberitaan Galamedia edisi 12 Februari 2011, atau empat tahun sebelum Andini kuliah di Unpad.
Harian cetak asal Bandung tersebut memberitakan, menurut data resmi Polsek Jatinangor, ada 40 sepeda motor yang raib dibawa maling dalam sebulan terakhir kala itu. Rata-rata korbannya adalah mahasiswa yang ngekos di sana.
Salah satu orang yang kena apes itu adalah Ceceng, mahasiswa Unpad asal Bandung yang kehilangan motornya di Cikeruh, Jatinangor–kawasan yang sama dengan kosan Andini.
Saat itu, padahal Ceceng cuma mampir sebentar ke kosan kawannya. Ia ingat betul, motornya terparkir rapi di halaman kos dalam keadaan terkunci stang. Namun, simsalabim! Lima menit berselang, saat ia keluar kosan, motor Yamah Mio miliknya sudah raib digondol pelaku curanmor.
“Saya benar-benar heran dengan aksi pelaku. Baru saja masuk sebentar ke rumah teman, tak berselang lama motor saya sudah tak ada. Padahal kondisi jalan masih ramai,” kata Ceceng.
Duh. Selain menghadapi rasa bosan karena minimnya mal yang ada di Jatinangor, mahasiswa-mahasiswa di sini ternyata juga punya masalah lain. Bahkan, jauh lebih mencemaskan karena sudah berurusan dengan tindak kriminal.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News.