Ide Usaha Jasa Antar Jemput Mahasiswa Jogja Omzet 100 Ribu Sehari, Merangkap Jasa Curhat Sekaligus Konsultasi Tugas

Ide Usaha Jasa Antar Jemput Mahasiswa Jogja Omzet 100 Ribu Sehari, Merangkap Jasa Curhat Sekaligus Konsultasi Tugas.MOJOK.CO

Ilustrasi Ide Usaha Antar Jemput Mahasiswa Jogja Omzet 100 Ribu Sehari, Merangkap Jasa Curhat Sekaligus Konsultasi Tugas (Mojok.co/Ega Fansuri)

Jasa antar jemput mahasiswa sedang menjadi tren baru-baru ini. Di sekitaran UNS Solo, jasa ini sangat diminati karena tarifnya lebih murah ketimbang ojek online (ojol). Sementara di Jogja, Mojok sendiri pernah mewawancarai para penyedia jasa antar jemput mahasiswa yang ternyata mendapat banyak permintaan absurd dari pelanggan.

***

Salah satu penyedia jasa antar jemput alias anjem yang pernah Mojok temui adalah Barkah (22). Ia merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan UNY angkatan 2021.

Mahasiswa asal Purworejo ini mengaku sudah sejak Maret lalu iseng-iseng membuka jasa anjem. Kata Barkah, yang menjadi alasan utamanya karena jumlah SKS kuliahnya makin sedikit, kesibukannya juga berkurang.

“Jadi buat cari kesibukan, aku coba freelance. Karena nggak dapet, ya saya akhirnya memilih buka jasa anjem aja, Mas,” kata Barkah saat Mojok wawancarai Sabtu (4/5/2024) lalu.

“Kalau daftar ojol mekanismenya ribet. Kalau pengalaman teman-teman, beban kerja juga terlalu besar, nggak sebanding sama profit,” imbuhnya, saat Mojok menanyakan alasannya mengapa tak mendaftar driver ojol saja.

Mau mengantar kemana saja dan melakukan apa saja, asal tarif cocok

Beberapa bulan membuka jasa anjem, Barkah mulai mengenali secara betul pasarnya. Ia paham siapa pasarnya dan kapan orderan bakal membanjirinya.

Menurut Barkah, pelanggannya kebanyakan adalah mahasiswa yang nggak mau ribet. Saat memesan jasa via aplikasi ojol, ada banyak hal yang tak bisa dilakukan driver. Sementara kalau memesan jasa antar jemput Barkah, semua bakal ia turuti.

“Misalnya nih, Mas, paling sering waktu wisuda itu jasa buat ngantar bunga dan bucket. Itu kan waktu ngantar nggak bisa langsung diterima, biasanya nunggu dulu lama di lokasi. Nah, ojol nggak bisa nunggu lama gitu, sementara jasaku sih santai-santai aja,” ujarnya.

“Atau misal ada temen kelas yang orang Jakarta, belum ada motor di Jogja, minta antar bolak-balik kos-kampus. Kalau ojol kan kudu pesan dua kali. Kalau pakai anjem tinggal bilang aja, ‘nanti sekalian PP’, aku layani,” tambah mahasiswa PKnH UNY ini.

Asalkan tarif cocok, Barkah tanpa ragu bakal mengambil orderan itu. Cukup dengan chat WA, kemudian tawar menawar harga. Kalau cocok, ia bakal langsung berangkat.

Barkah ingat betul, ia pernah mendapat orderan mengantar pelanggan ke acara kajian. Awalnya, Barkah mengiyakan. 

Namun, lama-lama permintaan pelanggannya itu makin tak masuk akal. Termasuk meminta dijemput dengan mobil, sampai diajak ke acara kajian pranikah.

“Karena aku takut, jadi aku tolak, Mas.”

Bayar 20 ribu, sudah bisa antar jemput sampai konsultasi tugas dan percintaan

Selain Barkah, Mojok juga menemui Hardi (21), penyedia jasa antar jemput mahasiswa Jogja lainnya. Bahkan, mahasiswa PTS di Jogja ini sudah membuka jasa anjem lebih lama ketimbang Barkah.

Kata Hardi, sudah sejak pandemi Covid-19 lalu ia membuka jasa tersebut. Awalnya, oleh tokoh masyarakat di lingkungannya, ia diminta untuk mengantar makanan dan kebutuhan lain dari warga yang karantina. Sebenarnya, Hardi melakukannya secara sukarela. Namun, ia tetap diberi upah sebagai ganti bensin dan uang capek.

Lambat laun, setelah pandemi mereda dan Hardi sudah mulai kuliah, “nama besarnya” sebagai penyedia jasa anjem menyebar di kalangan mahasiswa lain. Beberapa temannya pun mulai menggunakan jasanya. Ada yang meminta antar jemput kuliah, sampai mengantar makanan.

“Secara teknis mirip ojol sih. Bedanya kalau aku mulut ke mulut aja. Gethok tular, ada satu teman yang memakai jasa, sisanya ikut-ikutan,” jelasnya.

“Paling awal banget aku dikenal pas ospek kampus dulu. Sehari banyak banget yang minta antar jemput,” imbuhnya.

Hardi mengaku tak pernah mematok tarif secara pasti. Biasanya, ia akan membuka harga di kisaran Rp10 ribu untuk jarak dekat Rp20 ribu jarak menengah hingga jauh. Namun, pelanggan tetap bisa menawar.

“Ibarat kata begini: kampusmu di Seturan minta antar ke daerah Demangan, itu kan sekitar 3-4 kilometer, aku tawarin 10 ribu. Biasanya sih dealnya 7 atau 8 ribu, nggak apa-apa rezeki jangan ditolak,” ungkapnya.

Meski jasa antar jemput, tak jarang Hardi menemui pelanggan yang meminta “servis” tambahan. Paling sering ia menjumpai orang-orang yang minta konsultasi dalam hal percintaan sampai tugas kuliah.

“Kalau maba, kebetulan jurusan sama, biasanya nanya-nanya soal tugas kuliah,” sebutnya. “Tapi, banyak juga yang malah curhat, minta pendapat soal asmara. Hahaha.”

Omzet 100 ribu sehari, lebih dari cukup buat uang jajan

Meski hanya “beroperasi” di lingkungan kampus dan dusunnya, Hardi mengaku jarang sepi order. Bahkan, ia sudah punya beberapa pelanggan tetap. Biasanya mereka adalah ibu-ibu yang minta diantar bolak-balik ke pasar atau mahasiswa yang sejak awal sudah jadi langganan jasa antar jemput.

“Yang sudah pasti ada, itu sehari ada 5 pelanggan. Seringnya anjem ke pasar, antar belanjaan gitu. Karena kalau pakai becak katanya mahal. Kalau aku, cukup 15 ribu udah bisa all in,” kata Hardi.

“Ada juga mahasiswa yang langganan sejak dulu, orang luar [asal Jakarta], kesini nggak ada motor. Makanya tiap berangkat atau pulang kuliah selalu WA aku, karena 20 ribu udah bisa buat PP.”

Dalam sehari, rata-rata Hardi bisa memperoleh penghasilan sampai Rp100 ribu. Ini sudah termasuk dipotong uang bensin yang ia habiskan selama sehari.

“Kalau ditekuni lumayan banget. Lebih dari cukup kalau cuma buat jajan mah.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Ide Bisnis Mahasiswa Jogja Modal Hobi Bisa Buat Kantongi 100 Juta Pertama di Usia 23

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version