Kenangan dan Harapan Reaktivasi Kereta Purwokerto-Wonosobo, Buat Jawa Tengah Selatan Semakin Hidup

kereta api purwokerto wonosobo.MOJOK.CO

Ilustrasi kereta (Mojok,co)

Kabar wacana reaktivasi jalur kereta api Purwokerto Wonosobo sudah terdengar sejak lama. Namun, tak kunjung ada kepastiannya.

Jika berkunjung ke wilayah Banjarnegara dan Wonosobo, bekas-bekas rel yang sudah puluhan tahun tak dilintasi kereta masih ada. Jembatan penyebaran kereta yang melintas di atas jalan raya Wonosobo-Banjarnegara juga masih utuh rangkanya. Meski dengan kondisi yang tak layak.

Kabar terbaru dari wacana reaktivasi

Tidak ada kepastian tentang proses reaktivasi tersebut. Namun, beberapa waktu lalu Anggota DPD RI Abdul Kholik mengatakan jaringan kereta api Purwokerto Wonosobo bisa berdampak positif bagi pembangunan Jawa Tengah bagian selatan.

Menurutnya, tantangannya terdapat pada jalur rel dari Purwokerto hingga Purbalingga yang telah banyak berubah fungsi. “Jalur Purwokerto-Purbalingga agak susah direaktivasi, tapi ada opsi dibuka jalur baru. Mungkin agak sedikit memutar, tapi bisa nyambung,” ujar Kholik melansir dari Kompas.com.

Senator asal Jawa Tengah tersebut juga usul agar ada kereta commuter di Jateng Selatan. Poros utamanya terdapat di Stasiun Purwokerto atau Kroya.

Jika menilik jauh ke belakang, rute kereta dari Cilacap, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo terbilang cukup bersejarah. Sudah eksis sejak era kolonial Belanda. Dahulu dikenal dengan jalur Lembah Serayu.

Inisiasi jalur Lembah Serayu berangkat dari perusahaan swasta Belanda Serajoedal Stroomtram Maastschappij (SDS) yang ingin membuat jalur angkutan hasil kebun. Setelah melalui proses panjang untuk mendapatkan izin dari pemerintah kolonial, akhirnya kereta api jalur Lembah Serayu mulai beroperasi pada 1 Juli 1900.

Nama perusahaan ini memiliki arti perusahaan kereta atau trem uap Lembah Serayu. Jalurnya memang melewati pinggiran sungai terpanjang di Jawa Tengah ini.

Jalurnya membentang antara Maos, Cilacap, sampai Wonosobo. Namun mulanya, sampai 1917 kereta api Purwokerto Wonosobo masih berujung di Banjarnegara dengan total 31 pemberhentian baik stasiun maupun halte.

Baca halaman selanjutnya…

Sejarah panjang dari era kolonial

Sejarah panjang kereta api Purwokerto Wonosobo

Purnawan Basundoro dalam bukunya Arkeologi transportasi: Perspektif Ekonomi dan Kewilayahan Keresidenan Banyumas 1830-1940an menyebut jalur ini punya manfaat strategis sebagai angkutan angkut warga dan barang pada masa kejayaannya.

Pasca-kemerdekaan, seluruh aset perusahaan Belanda akhirnya beralih ke Pemerintah Indonesia. Termasuk jaringan kereta api di Banyumas ini. Hal itu berdasarkan UU Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda.

Peraruran itu membuat kereta api Lembah Serayu masih terus eksis menjadi fasilitas transportasi masyarakat di Banyumas. Selain itu juga berfungsi untuk angkutan barang. Setelah kemerdekaan, jalur ini disebut Lintas Purwokerto-Wonosobo dengan panjang 92,1 kilometer dari Purwokerto, Banjarsari, Klampok, Banjarnegara, hingga Wonosobo.

Pada era 70-an, Purnawan Basundoro menyebut, pemerintah mulai melakukan perubahan pengelolaan transportasi. Jalan raya di sekitar Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, hingga Wonosobo mulai mengalami perbaikan masif.

Hal itu mendorong pertumbuhan transportasi bus dan kendaraan serupa yang dianggap lebih fleksibel lantaran bisa berhenti di sembarang tempat. Masyarakat mulai beralih dan pemerintah akhirnya menurunkan peran bagi kereta api lokal Lembah Serayu.

Pada 1977, pemerintah menurunkan kelas stasiun Purwokerto (Stasiun Purwokerto Timur) sampai Wonosobo. Hal ini juga seiring dengan menurunnya jumlah penumpang.

“Salah satu kelemahan jalur ini adalah jalurnya yang hanya sampai di Kota Wonosobo. Upaya menyambung ke Parakan, yang kemudian terhubung sampai Yogyakarta tidak pernah terwujud,” tulis Purnawan.

Sempat ada upaya peningkatan kualitas kereta api dengan menghadirkan lokomatif baru bertenaga diesel penggati kereta uap. Namun tidak berhasil mendongkrak minat masyarakat. Akhirnya, pada 1978 kereta api Lembah Serayu menghentikan operasionalnya sebagai kereta penumpang.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Nostalgia Kereta Api Lembah Serayu, Penghubung Cilacap-Wonosobo yang Penuh Kenangan

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version