Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

Ilustrasi - Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Jebolan Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 01 Jakarta, dengan keterbatasan pendengaran dan bicara (tunarungu-wicara), membuktikan diri bisa berdaya saing dalam bekerja. Bekerja sebagai karyawan Alfamart melalui Alfability memberi mereka kepercayaan diri usai menghadapi keraguan demi keraguan sebagai seorang penyandang disabilitas.

***

Sudah lama Meri Amelia (39) dan Boyle Fernando (37) lulus dari SLB Negeri 01 Jakarta. Usai melewati banyak hal dalam hidup, baru-baru ini mereka kembali—sebagai alumni—untuk memberi motivasi pada adik-adiknya.

Kehadiran Meri dan Boyle tak pelak disambut antusias oleh adik-adik di sekolah. Sebab, mereka menjadi contoh bagaimana keterbatasan ternyata tidak menjadi penghalang. Mereka kini bisa mandiri dengan bekerja di Alfamart.

Melawan ragu usai diterima kerja di Alfamart

Dalam ceritanya, Meri mengaku sempat mempertanyakan apakah dirinya punya ruang di dunia kerja? Ia khawatir tidak mampu bersaing. Kekhawatiran itu semakin kuat setelah ia berhenti dari pekerjaan sebelumnya. Hingga suatu hari, sebuah unggahan lowongan kerja untuk penyandang disabilitas muncul di layar ponselnya.

“Saya ragu waktu itu. Apakah orang seperti saya bisa diterima bekerja di Alfamart,” ujar Meri melalui juru bahasa isyarat yang berada di sisinya saat kick off kegiatan Alfability Menyapa di SLB Negeri 01 Jakarta, Rabu (19/11/2025).

Para penyandang disabilitas punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO
Para penyandang disabilitas punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa. (Dok. Alfability Menyapa)

Di ruangan itu, sejumlah siswa tampak mengangguk pelan, bukan hanya mendengarkan, tetapi seperti merasakan kegelisahan yang sama. Namun, sejurus kemudian, para siswa langsung menegakkan badan, usai mendengar kesaksian Meri yang sudah lima tahun bekerja sebagai karyawan gerai Alfamart.

“Di Alfamart, saya melayani konsumen dan menjalankan tugas seperti karyawan lainnya. Benefit yang saya dapatkan juga sama. Tidak ada perbedaan,” tambah Meri dengen senyum.

Bekerja di Alfamart: merasa diterima

Cerita Boyle kurang-lebih mirip dengan Meri: ragu dan penuh kekhawatiran untuk menatap kehidupan.

Melalui gerak tangan dan ekspresi wajah yang diterjemahkan juru bahasa isyarat, Boyle mengaku sudah tiga tahun bekerja di Alfamart.

Bekerja di Alfamart, bagi Boyle, membuatnya merasa diterima. “Saya nyaman bekerja di Alfamart. Teman-teman selalu mendukung. Kalau saya kesulitan, mereka membantu dengan cara yang bisa saya pahami,” ungkap Boyle.

Mendengar cerita-cerita dari Meri dan Boyle, tampak mata anak-anak SLB Negeri 01 Jakarta penuh binar. Mereka seperti melihat jalan cerah di masa depan.

Boyle (tuna rungu-wicara, berbagi cerita kesan keterima kerja sebagai karyawan Alfamart. (Dok. Istimewa)

Alfability: Komitmen membuka kesempatan kerja yang setara

Meri dan Boyle adalah dua dari ribuan teman disabilitas yang kini dapat bekerja tanpa perbedaan di Alfamart.

Menyambut momentum Hari Disabilitas Internasional yang diperingati setiap 3 Desember, Alfamart memang tengah terus memperkuat komitmennya untuk membuka kesempatan kerja yang setara bagi penyandang disabilitas. Sekaligus memberi ruang bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai kemampuan masing-masing.

Melalui kegiatan Alfability Menyapa, Alfamart menghadirkan kisah-kisah inspiratif ke berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB). Program ini menjadi jembatan bagi para lulusan SLB yang kini berkarier di Alfamart untuk kembali ke sekolah asal dan berbagi pengalaman kepada adik-adik kelasnya.

Alfability Menyapa, program inklusi dari Alfamart untuk memberi inspirasi bagi penyandang disabilitas di SLB dalam menyongsong dunia kerja. (Dok. Istimewa)

Human Capital Director Alfamart, Tri Wasono Sunu, menyebut bahwa kegiatan ini dirancang untuk menunjukkan bahwa setiap orang memiliki peluang yang sama untuk berkembang, apa pun keterbatasannya.

“Alfability Menyapa hadir di 10 Sekolah Luar Biasa di 10 kota, membawa cerita para lulusan yang kini bekerja di Alfamart. Kami berharap kisah mereka dapat memotivasi para siswa bahwa keterbatasan bukan hambatan untuk bersaing dan berkontribusi dalam dunia kerja,” jelas Sunu.

Alfability Menyapa digelar di sepuluh kota, yakni Cilacap, Jakarta, Jambi, Jember, Luwu, Palembang, Parung, Semarang, Banjarmasin, dan Rembang. Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung pada rentang 19 hingga 25 November 2025.

Sunu menegaskan, Alfamart memang ingin menjadikan inklusivitas tidak berhenti sebagai slogan belaka. Tetapi menjadi sebuah praktik nyata.

Budaya menghargai potensi setiap karyawan

Sebagai informasi, program Alfability mulai berjalan sejak tahun 2016. Mengambil kata “Ability” (kemampuan), program ini diproyeksikan menjadi sebuah program inklusi yang memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk menunjukkan kemampuan dan potensi mereka untuk berkarya. Dalam hal ini Alfamart menjadi jembatan untuk mewujudkannya.

Selama hampir satu dekade berjalan, program ini telah membuka peluang kerja bagi penyandang disabilitas dari berbagai latar belakang (tunagrahita, tunanetra, tunadaksa, hingga tunarungu wicara). Hingga Oktober 2025, tercatat 1.129 penyandang disabilitas bekerja di Alfamart, dengan rincian 822 di gerai, 289 di pusat distribusi, hingga 18 bekerja di kantor.

Alfability Menyapa, program inklusi untuk memberi inspirasi bagi penyandang disabilitas di SLB dalam menyongsong dunia kerja. (Dok. Istimewa)

Catatan tersebut, jelas Sunu, memperlihatkan bagian dari budaya perusahaan yang memang menghargai potensi setiap karyawan tanpa terkecuali.

Dengan perjalanan panjang tersebut, Alfamart berharap Alfability dapat terus menjadi ruang bagi teman disabilitas untuk menunjukkan kemampuan, membangun karier, dan berkontribusi secara lebih luas dalam dunia kerja.

Selain menghadirkan kisah-kisah inspiratif bagi para siswa, program ini juga dikemas dengan aksi sosial dari Alfamart melalui pemberian puluhan paket goodie bag berisi biskuit, susu, dan berbagai produk lainnya untuk para peserta.***(Adv)

BACA JUGA: Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

Exit mobile version