Kisah Pak Ogah di Jalan Jogja-Solo, Kerja 15 Jam Sehari Bisa Dapat Rp750 Ribu

pak ogah jogja.MOJOK.CO

Ilustrasi Pak Ogah di jalanan (Ega/Mojok.co)

Di Jalan Raya Jogja Solo, seorang Pak Ogah bisa kantongi hingga Rp750 ribu per hari jika lalu lintas sedang ramai. Jumlah yang cukup besar, tapi juga harus hadapi banyak tantangan.

Jalan Raya Jogja-Solo selalu dipadati oleh pengendara dengan berbagi urusannya, termasuk di jalan putar arah. Mobil, motor hingga bus berlalu lalang tanpa henti di sana.

Apalagi jika musim liburan akhir tahun telah tiba, pengendara biasanya semakin banyak terutama dari luar kota. Hal ini membuat kondisi lalu lintas sering tidak kondusif. Karena itulah ada seseorang yang rela menjadi Pak Ogah di jalan.

Menggantikan orang lain sebagai Pak Ogah

Saya berkesempatan wawancara bersama Rudi (79) yang sudah enam tahun menjadi sosok Pak Ogah di putar arah Jalan Raya Jogja-Solo tepatnya di putar arah menuju Nologaten. Sebetulnya, saya juga lumayan sering lewat di jalan tempat Rudi bekerja, dan sering juga dibantu untuk putar arah di jalan tersebut.

Menjadi Pak Ogah bukan pekerjaan yang ia inginkan. Kegagalan mencari pekerjaan di berbagai tempat membuatnya kehilangan arah. Lalu seseorang menawarinya untuk menggantikan posisi sebagai Pak Ogah di perempatan jalan tersebut.

Berangkat jam 7 pagi, lalu beranjak pulang jam 10 malam. Panas dan teriknya matahari . Begitu juga tak jadi penghalang. Dinginnya angin malam juga sering ia rasakan.

Selama 15 jam berturut-turut, Rudi menghabiskan waktunya di tengah Jalan Jogja-Solo sebagai Pak Ogah untuk mengatur lalu lintas.

Menurut Rudi, jadi Pak Ogah juga perlu adaptasi. Ia awalnya merasa takut terhadap beberapa kendaraan dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Namun, lama kelamaan Rudi mengaku bahwa itu adalah hal yang biasa untuk sekarang. Ia sudah sedikit banyak beradaptasi dengan keadaan lalu sudah tak menganggap hal itu menjadi permasalahan.

Baca halaman selanjutnya…

Mengaku cuan kalau musim liburan bisa Rp750 sehari

Cuan kalau liburan bisa sampai Rp750 ribu sehari

Dalam sepanjang tahun ini, Rudi mengaku bisa mendapatkan 250rb per hari dari pengendara yang berinisiatif memberikannya uang. Semakin ramai pengendara, maka semakin banyak pula yang yang ia dapat.

Jika memasuki liburan semester, ia bisa mencapai penghasilan hingga 750rb per harinya karena banyak bus pariwisata serta mobil yang berkendara. Hal itu karena jalanan itu terbilang cukup strategis sebagai jalan raya yang menghubungkan Jogja dengan Solo.

“Kalau hari biasa ya ramenya pas lagi dan sore jam pulang kerja, soalnya kan orang mau berangkat kerja, kuliah, sekolah,” terang Rudi.

Selain keramaian pengendara yang dihadapi, ia juga kerap bercerita tentang pengguna jalan yang sengaja menyenggolnya karena tak sabar merasa perjalanannya tertahan dan harus menunggu.

“Waktu itu saya tinggal sebentar untuk minum, memang waktu itu keadaan jalan sangat padat karena bus berjejeran juga mau putar balik,” kenang Rudi malam itu.

Kena senggol bus

Saat itu, ada beberapa bus yang besar yang menjadi makan pengendara lain harus menunggu sebentar. Namun, ada salah seorang pengendara mobil yang tidak sabaran dan memilih untuk turun. Ia memarahi pengendara mobil lain yang menurutnya juga menghambat lalu lintas sehingga terjadilah pertengkaran lisan antara dua pengendara itu di tengah macetnya jalanan.

“Akhirnya saya yang disalahkan, katanya saya lamban mengatur jalannya, padahal susah ngatur jalanan yang macet apalagi banyak bus,” tutur Rudi dengan raut wajah sedih mengingat kejadian waktu itu.

Tetapi, saat ini hal itu sudah tidak pernah terjadi karena Rudi semakin rajin dan piawai dalam mengatur pengendara. Meskipun sesekali pengendara dengan karakter luar biasa itu dengan sengaja menyenggol ataupun menerobos jalan karena tidak sabaran. Tapi hal itu tidak membuat Rudi patah semangat, ia masih harus menafkahi keluarga melalui profesi ini, dan kejadian itu sudah menjadi hal biasa baginya.

Penulis: Adelia

Editor: Hammam Izzuddin

Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PKKM-MBKM) Unair Surabaya di Mojok periode Juli-September 2024.

BACA JUGA Pak Ogah, Mengakali Hidup Terbatas dengan Mengatur Lalu Lintas

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version