Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Gen Begadang, Cap Pemalas, dan Omong Kosong Morning Person

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
3 Desember 2024
A A
Gen Begadang, Cap Pemalas, dan Omong Kosong Morning Person.MOJOK.CO

Ilustrasi Gen Begadang, Cap Pemalas, dan Omong Kosong Morning Person (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Orang yang punya kebiasaan begadang sampai dini hari dan baru bangun saat siang alias night owl, kerap dicap sebagai pemalas. Padahal, menurut Matthew Walker dalam buku Why We Sleep (2017), kebiasaan tersebut nyatanya adalah bawaan lahir. Dengan demikian, mereka tidak salah, tapi jam kerja masyarakat lah yang bias dan tidak adil.

***

Dini Oktavia (25) memilih untuk tinggal di kos meskipun jarak antara rumah dengan kantor tempatnya bekerja hanya 20 menit perjalanan. Alasannya sederhana: dia hanya tak tahan dengan omelan orang tuanya yang kerap bilang kalau dia pemalas.

Perempuan asal Jogja ini bekerja sebagai customer service sebuah startup terkemuka. Dia bekerja delapan jam sehari sesuai shift yang sudah ditentukan. Ada kalanya kerja siang, ada kalanya juga kerja malam.

“Tapi kan aku seringnya itu shift siang, jam 11 baru siap-siap mulai kerja. Nah, aku selalu dibilang pemalas sama ortu gara-gara kalau tidur selalu jelang subuh, bangunnya jam 9, jam 10,” ujar Dini, berkisah pada Mojok, Sabtu (30/11/2024).

Ilustrasi – Tidur dini hari dan bangun lebih siang disebut sebagai night owl (sumber: shuttlestock)

Dia paham, keluarganya memulai aktivitas di pagi hari. Adik-adiknya yang mulai berangkat sekolah, hingga ayahnya pergi bekerja pun juga pagi hari.

“Tapi ya apa salahnya. Toh, kalaupun ada pekerjaan rumah yang harus ku-handle, tetap kukerjain. Urusan kerjaan kantor ya biasa-biasa aja, bangun jam segitu nggak pernah telat juga,” jelasnya.

Jadi “kelelawar” selama kuliah

Hal serupa juga dialami Adam (23). Fresh graduate salah satu PTN di Jogja ini mengaku kalau masa mudanya habis untuk “kehidupan malam”. Namun, kata dia, kehidupan malam yang dimaksud bukan berkonotasi negatif. Tetapi lebih kepada kegiatan-kegiatan keorganisasian dan srawung antarmahasiswa.

“Nongkrong, ngopi terus. Tapi kalaupun cuma di kos, tetap aja susah tidur. Di kepala semacam sudah ada jamnya, mau siangnya tidur apa enggak pasti tiap jam 3 pagi baru bisa tidur,” ungkapnya.

begadang, night owl
Ilustrasi begadang, yang dalam buku Why We Slee disebut sebagai night owl (sumber: shuttlestock)

Untungnya, selama kuliah Adam sangat jarang mengalami kuliah pagi. Kalaupun ada hal-hal yang harus dikerjakan di pagi hari, seperti bertemu dosen untuk bimbingan atau urusan lain, dia tetap saja bisa bangun pagi meski baru tidur kurang dari tiga jam.

“Tapi tetap saja, meskipun malam sebelumnya cuma tidur 3 atau jam, malam itu tetap begadang. Baru bisa tidur dini hari.”

Persoalannya, kebiasaan tidur dini hari dan bangun siang ini membuatnya kerepotan setelah memasuki dunia kerja. Apalagi, dia bekerja di kantor yang punya iklim korporasi amat kuat.

Adam mengaku, dia bisa saja mengusahakan untuk bangun pagi. Namun, pekerjaannya kerap tidak efisien karena rasa kantuk selalu menyerangnya di tengah-tengah aktivitasnya.

Tipe manusia “morning lark” dan “night owl”

Sekilas, kebiasaan yang dialami oleh Dini dan Adam itu bukanlah sesuatu yang normal. Bagi banyak orang, tidur dini hari dan bangun siang, dianggap sebagai kemalasan. Namun, nyatanya kebiasaan ini adalah bawaan lahir.

Iklan

Profesor ilmu saraf dan psikologi di Universitas California, Matthew Walker dalam buku larisnya, Why We Sleep (2017), menyebut ada dua tipe manusia yang berkaitan dengan kebiasaan tidurnya.

Gen Begadang, Cap Pemalas, dan Omong Kosong Morning Person.MOJOK.CO
Menurut buku Why We Sleep, sifat gemar begadang adalah genetik (ilustrasi accidentallytired)

Pertama, adalah “tipe manusia pagi” alias morning lark. Mereka adalah tipe manusia yang lebih suka bangun pada pagi hari karena otak mereka memang berfungsi secara optimal pada waktu tersebut. Menariknya, jumlah populasinya “hanya” sekitar 40 persen di bumi.

Kedua, adalah “tipe manusia malam” alias night owl. Kebalikan dari morning lark, night owl adalah mereka yang secara alami lebih senang tidur larut malam (atau dini hari) dan bangun lebih terlambat. Populasinya adalah 30 persen manusia di bumi.

“Tidak seperti morning lark, night owl seringkali tidak bisa tidur lebih awal di malam hari, tidak peduli seberapa keras mereka mencoba. Hanya pada dini hari, mereka baru bisa tertidur,” tulis Walker dalam bukunya tersebut.

Bukan malas, tapi faktor genetik

Ada kalanya, untuk beberapa alasan para night owl yang punya kebiasaan begadang ini bangun di pagi hari. Namun, menurut Walker, kondisi otak mereka tidak bisa berfungsi secara efektif pada waktu tersebut. 

“Meskipun terlihat bugar (di siang hari), otak mereka tetap berada dalam kondisi yang lebih mirip tidur,” ungkap Walker.

Walker menjelaskan, hal ini terutama sekali terjadi pada daerah yang disebut sebagai korteks prefrontal atau prefrontal cortex (PFC). Ia adalah adalah bagian otak yang terletak di belakang dahi dan dianggap sebagai “kantor pusat otak”.

Korteks prefrontal sendiri mengontrol pemikiran tingkat tinggi dan penalaran logis manusia. Bahkan, ia juga membantu menjaga manusia agar tetap terkendali. 

Gen Begadang, Cap Pemalas, dan Omong Kosong Morning Person.MOJOK.CO
Matthew Walker menyebut otak night owl berfungsi lebih efisien saat sore atau malam hari (foto: retractionwatch)

“Ketika night owl dipaksa untuk bangun terlalu pagi, korteks prefrontal mereka tetap berada dalam kondisi ‘offline’ atau tidak aktif. Seperti mesin yang dingin setelah dinyalakan di pagi hari, dibutuhkan waktu yang lama untuk menghangatkannya,” kata Walker.

Menurut Walker, sifat-sifat yang demikian sangat ditentukan oleh genetika. Artinya, jika kamu adalah tipe night owl, ada kemungkinan bahwa salah satu (atau kedua) orang tuamu juga merupakan night owl.

Night owl tidak salah, perlakuan manusia saja yang tak adil

Sayangnya, masyarakat kebanyakan memperlakukan night owl secara tidak adil. Misalnya, orang-orang yang kerap begadang dan bangun siang mendapat label sebagai pemalas. Padahal, kata Walker, kondisi ini secara umum bukan karena kemauan mereka, tapi karena faktor DNA.

“Ini bukan kesalahan yang mereka lakukan secara sadar, melainkan takdir genetik,” ujar Walker.

Selain itu, Walker juga menganggap penjadwalan kerja masyarakat yang tidak seimbang, sangat diskriminatif bagi para night owl. Padahal, populasi mereka tak sedikit, yakni 30 persen jumlah manusia keseluruhan di bumi.

Karena tuntutan beraktivitas di pagi hari (standar jam normal masyarakat), kinerja otak night owl pun menjadi kurang optimal. Sebab, puncak gacor-gacornya kinerja otak mereka ketika memasuki sore atau malam hari. Jika terus dipaksakan melakukan aktivitas di pagi hari, hal itu bakal mempengaruhi kesehatan mereka, termasuk potensi depresi, kecemasan, diabetes, kanker, serangan jantung, hingga stroke.

Oleh karena itu, Walker berpendapat diperlukan perubahan sosial yang bisa mengakomodasi para night owl. Sebab, ini memang sebuah sifat yang dibawa secara genetik. Baginya, jika masyarakat saja punya cara mengakomodasi manusia yang punya keterbatasan fisik, harusnya ini juga bisa diterapkan dalam kasus night owl.

“Kita membutuhkan jadwal kerja yang lebih fleksibel, yang dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap semua kronotipe (kondisi alamiah manusia), dan bukan hanya mengakomodasi salah satunya saja,” tegasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 23 November 2025 oleh

Tags: begadangmatthew walkermorning larknight owlwhy we sleep
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Uneg-uneg dari Saya yang Punya Teman Kos Suka Berisik di Malam Hari. MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Saya yang Punya Teman Kos Suka Berisik di Malam Hari

2 Juli 2023
Pojokan

Jadi Gini, Hidup Terasa Menyebalkan Bagi Night Owl, Soalnya…

2 Mei 2019
Penjaskes

Kamu Insomnia atau Sulit Tidur? Ini 5 Cara Mengatasinya

26 Januari 2019
Manfaat Nonton Drama Korea Maraton dalam Semalam bagi Nusa, Bangsa, dan Rumah Tangga
Esai

Manfaat Nonton Drama Korea Maraton dalam Semalam bagi Nusa, Bangsa, dan Rumah Tangga

6 April 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.