3 Lokasi Parkir Liar di Jogja yang Menghasilkan Cuan 500 Ribu dalam Sehari, Malioboro Tak Dihitung Karena Terlalu OP

Ilustrasi 3 Lokasi Parkir Liar di Jogja yang Omzetnya 500 Ribu dalam Sehari, Malioboro Tak Dihitung Karena Terlalu OP (Mojok.co/Ega Fansuri)

Tukang parkir liar sudah jadi fenomena yang umum di Jogja. Praktik ini sangat meresahkan, tapi sulit buat diberantas. Salah satu alasan mengapa praktik ini menjamur, karena memang uang yang dihasilkan sangat besar.

Kalau mau ditotal, bisa lebih dari 2 atau 3 kali lipat UMR Jogja. Berikut ini tiga lokasi parkir liar di Jogja yang perputaran duitnya sangat besar.

***

Pada Sabtu (10/8/2024) malam kemarin, teman saya, Doni (27), mengeluhkan perkara parkir liar. Sepulang dari konser CherryPop 2024, sekitar pukul 9 malam, ia mampir ke sebuah warung makan gudeg di kawasan Samirono.

Rumah makan gudeg itu sudah kondang namanya. Makanan yang disajikan pun juga enak; cocok di lidah lelaki yang lama tinggal di Bekasi ini.

Namun, ada satu hal yang bikin dia ngedumel: tempat parkirnya kurang proper. Dari pengalaman yang ia alami malam itu, karena tempat parkir warung sangat sempit, motornya diarahkan untuk parkir di bahu jalan.

Ia tak tahu apakah itu tempat parkir liar atau bukan. Yang jelas, Doni terpaksa memilih tempat parkir tersebut karena memang itu yang disediakan.

“Rasanya beda banget. Di venue CherryPop, tukang parkirnya benar-benar kerja, motor-motor ditata. Di sini, udah di bahu jalan, eh, nggak ada yang nata,” keluhnya, Sabtu (10/8/2024) kemarin.

Saat kembali pun, tarif parkir yang diminta baginya nggak ngotak: Rp5 ribu. Menurut Doni, ini bukan masalah uang, tapi soal amanah.

“Benar-benar nggak amanah. 5 ribu, tapi nggak ngapa-ngapain. Selesai makan, gue keluarin motornya sendiri.”

Kenali beda tukang parkir resmi dan liar

Suryo Sukendro Putro (53), salah seorang juru parkir yang bekerja langsung di bawah Dinas Perhubungan Kota Jogja, menjelaskan ada perbedaan mencolok antara tukang parkir liar dan yang resmi.

Pertama, harus dilihat dari atributnya. Menurutnya, juru parkir resmi memakai rompi yang terdapat logo Dishub DIY. “Tapi nggak melulu resmi, karena banyak yang saling pinjam meminjam rompi, Mas,” jelasnya.

Sarwo, juru parkir Pasar Krangan yang jadi juru parkir terbaik di Jogj MOJOK.CO
Sarwo juru parkir terbaik di Kota Yogyakarta. (Ahmad Effendi/Mojok.co)

Selain atribut, tarif juga menjadi pembeda. Menurut Sarwo, juru parkir resmi patuh pada tarif yang ditetapkan UU Perparkiran. Sementara tukang parkir liar tidak.

Ia menjelaskan, untuk area wisata seperti Malioboro, tarif maksimal adalah Rp2.500 untuk motor dan Rp5.000 bagi mobil. Di luar area wsiata, tarifnya lebih kecil. Bahkan untuk motor tak boleh menarik lebih dari Rp2.000.

“Sama yang ketiga kupon. Parkir resmi pakai kupon bercap Dishub. Kalau nggak ada kupon, pengendara berhak nggak bayar,” ungkapnya. Di luar tiga ciri-ciri ini, Sarwo menjamin kalau itu semua pasti ilegal.

#1 Di sebuah apotik Condoncatur, tukang parkir liar dapat duit 500 ribu sehari

Mojok sendiri mendatangi tukang parkir dengan ciri-ciri di luar yang disebutkan Sarwo. Mereka bekerja tanpa atribut resmi, tarif tak sesuai regulasi, dan tak memberi kupon bercap Dishub DIY.

Sebenarnya, ada banyak tempat yang bisa dikunjungi. Namun, Mojok cuma memilih beberapa tempat, sekadar untuk membuktikan bahwa dengan sampel acak saja tak sulit buat menemukan tukang parkir liar dengan penghasilan fantastis.

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah sebuah apotek di Condongcatur. Kalau dilihat-lihat, lahan parkirnya tak terlalu luas, kurang lebih 5×10 meter saja. Namun, pengunjung silih berganti berdatangan. Nyaris tanpa jeda.

Mojok pun mewawancarai Suryo*, tukang parkir liar yang berjaga pada 21 April 2024 lalu. Ia mengaku menjaga parkir dari pukul 9 pagi sampai 6 sore. Setelahnya, ia menyerahkan “shift” ke anak atau tetangganya.

“Sebenarnya nggak banyak, Mas. Paling mentok dapat 100-150 ribu sehari,” ujar Suryo, mengakui besaran penghasilannya.

Namun, melihat ramainya kendaraan yang datang, angka tersebut terdengar tak masuk akal. Mojok pun mewawancarai Ening*, salah satu penjaga warung yang letaknya berseberangan dengan apotek tempat Suryo bekerja.

Kata Ening, biasanya Suryo menukar uang 2-3 kali sehari ke warungnya. Nominal yang ditukar biasanya 150-200 ribu sekali tukar.

“Makan siang nukar, 200 ribu. Sore jam 3-an datang lagi nukar 200. Nanti pulang nukar lagi, 150, 200, ya segitu-gitu, Mas.”

#2 Ibu-ibu “penjaga” Warmindo sekitar UNY-UGM meresahkan, sehari dapat ratusan ribu modal duduk

Di sekitaran UGM dan UNY, ada sebuah Warmindo yang tak pernah sepi. Ia jadi primadona bagi mahasiswa. Menunya cukup lengkap, harga terjangkau, tempat luas dan bersih, serta nongkrongable.

Namun, ada satu hal yang sangat mengganggu: ibu-ibu tukang parkir liar. Keberadaan tukang parkir liar itu amat meresahkan sebab ia cuma modal duduk, mengamati motor-motor yang masuk, dan kemudian narik duit saat pengunjung Warmindo akan balik.

Sejak saya menjadi mahasiswa baru pada 2017, ibu-ibu ini sudah eksis di sana. Sampai sekarang, tingkat menyebalkannya masih sama.

Saya pun iseng menghitung berapa penghasilan ibu-ibu tukang parkir liar ini dalam sehari. Sampel yang saya ambil adalah satu jam, mulai pukul 11-12 siang pada Minggu (11/8/2024) kemarin.

Meski modal duduk saja, ia berhasil mengantongi rata-rata Rp50-70 ribu untuk satu jamnya. Sebab, dalam satu jam tersebut, setidaknya ada ada 20-35 motor yang keluar masuk–dikali Rp2000 per sepeda motor.

“Aku sebenarnya nggak masalah kalau ibunya bantuin. Tapi yang kerap terjadi sih, beliau ini cuma duduk di pojokan, dekat fotokopi. Tiap motor mau keluar, baru gerak minta duit,” kata Alina (21), mahasiswa UNY yang berkunjung ke Warmindo siang kemarin.

“Makanya kalau lagi santai, biasanya aku parkir di kampus [FBSB UNY], terus kesini jalan aja.”

#3 Juru parkir liar di Gejayan panen cuan tiap hari

Di Jalan Gejayan, ada sebuah toko yang tak pernah sepi pembeli. Toko ini menjual perlengkapan sekolah dan kuliah. Terkenal paling lengkap seantero Jogja. Banyak mahasiswa maupun anak-anak sekolahan mencari perlengkapan mereka di toko ini.

Meski demikian, sebenarnya lahan parkir di sini cukup meresahkan. Saking ramainya, ia sampai memakan bahu jalan. Kemacetan pun kerap tak terhindarkan. 

Bahkan, beberapa kali pengendara juga mengeluh karena tukang parkirnya mengeluarkan motor sembarangan dan nyaris menyebabkan kecelakaan.

“Kemarin lagi ramai, mungkin karena mau PKKMB. Tukang parkirnya ngeluarin motor sembarangan, asal-asalan, sampai saya mau nabrak,” ujar Leo (22), Selasa (13/8/2024). Mahasiswa UNY ini sebenarnya sudah lama mengeluhkan tukang parkir di toko ini karena ugal-ugalan. Namun, selama ini memang tak pernah ada penertiban.

Kalau berdasarkan ciri-ciri juru parkir resmi, tukang parkir di toko tersebut sebenarnya ilegal karena tak berkarcis. Rompinya pun tak berlogo Dishub DIY.

Mojok sendiri beberapa kali memantau, dan coba menghitung berapa penghasilan yang mereka dapatkan seharinya. Pada Minggu siang, Mojok menghitung lalu lalang motor dan mobil yang terparkir.

Kurang lebih 30 menit saja, ada 20-30 motor yang keluar masuk. Dengan perhitungan kasar tersebut, rata-rata dalam satu jam tukang parkir liar di sini mendapat cuan Rp100 ribu.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Jogja Pantas Menyandang Julukan ‘Kota Tukang Parkir’, Ada Warung Ramai Dikit Saja Langsung Muncul Bapak-Bapak Pakai Rompi

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version