Pusingnya Ngurus Hasoe Angels, Penyanyi Dangdut Asuhan Hasoe SE

Dangdut dan Hasoe SE tak bisa dilepaskan. Sosoknya, dikenal sebagai pemain elektone dengan kostum eksentrik nan flamboyan.

Mengiringi banyak penyanyi yang tergabung di Hasoe Angels dari panggung ke panggung. Hasoe juga seorang pelukis yang sebelum pandemi rutin pameran karyanya di luar negeri.

Nama Hasoe sendiri singkatan dari Hadi Soesanto, nama aslinya. Sedang, embel-embel SE di belakang namanya, bukan Sarjana Ekonomi tapi Sarjana Elektone. Hasoe SE dan Hasoe Angels sudah jadi jenama tersendiri sebagai grup musik dangdut  khususnya di Yogyakarta dan sekitarnya. 

Hasoe mengakui bahwa para angels-nya memang punya kelebihan dari sisi fisik dan wajah. Orang mungkin menyebutnya seksi, tapi Hasoe menyebutnya proporsional. 

“Suara nomer sekian, yang penting wajah dan bentuk badan proporsional, orang bilangnya seksi. Kualitas suara sama bentuk badan, 50:50 lah,” kata laki-laki yang biasa dipanggil Kung oleh para angel-nya. Kung dari kata eyang kakung.

Soal ukuran proporsional versi Hasoe, bisa dilihat di akun Instagram miliknya. Hasoe punya puluhan angels yang siap datang memenuhi undangan. Namun, saat ini setidaknya ada 5 angels andalan yang siap menghibur yaitu Anggun, Yupy, Rahma, Riris, dan Cibel. Dulu, semua jenis genre musik diambil oleh Hasoe, namun kini mengerucut ke dangdut.

Jadwal manggungnya  padat merayap. Bisa hari ini tampil di Yogyakarta rahat sebentar, dan mereka langsung ke Semarang untuk tampil di sana. Berbagai acara membutuhkan Hasoe SE  baik mengumpulkan untuk massa atau sekadar menghibur tamu undangan. Hasoe SE dan angels adalah jaminan agar event bisa “pecaaah.” 

Penggemar Hasoe Angels pun mulai muncul di mana-mana. Hasoe SE dan Hasoe Angels diidentikan dengan pemain elektone dengan kostum nyentrik dan para penyanyi dangdut dengan kostum tematik. Hasoe dan Hasoe Angels rutin manggung di luar negeri setiap tahunnya untuk menghibur Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Tentu saja itu ini semua sebelum pandemi.

Melihat citra yang ditampilkan Hasoe SE dan Hasoe Angels, tentu ada yang penasaran keseharian Hasoe SE yang sebenarnya seperti apa. Apakah istrinya tidak cemburu dengan angelsnya? Bayangkan kalau Hasoe SE itu  tetangga di perumahanmu, yang bapak-bapak biasa. 

Maka izinkan saya membagi cerita selama saya berinteraksi dengan Hasoe SE. Sebelum pandemi, saya jadi guru renangnya Hasoe. Kok bisa? Ya bisalah, karena memang Hasoe SE ingin belajar renang dan kebetulan saya membuka les renang untuk bapak-bapak.

Waktu les renang saya itu saya promosikan di status FB, Hasoe SE salah satu orang yang merespon dan minta nomor WhatsApp. Saya dan Hasoe memang sudah berteman lama di FB, meski sebenarnya kita belum pernah ketemu langsung. Ia langsung japri saya dan bertanya tentang jadwal dan biaya. Merasa cocok, dia langsung menyatakan akan ikut les renang saya. 

Hasoe SE
Hasoe dengan kostum khasnya saat tampil mengiringi penyanyi dangdut di Hasoe Angels. Dok. Hasoe SE/Mojok.co

Berikutnya adalah menyepakati hari kita untuk latihan pertama. Les renang saya ada dua sesi di pagi hari. Ada yang jam 6 dan ada yang jam 8. Keduanya di sebuah kolam renang di Jalan Kabupaten Sleman.

Hasoe SE memilih ikut sesi pertama. Berarti ia harus datang jam 6 pagi di kolam renang. Dalam hati saya kurang yakin Hasoe bisa datang sepagi itu. Bukan apaapa, masalahnya kan banyak job dia yang sampai pagi. Misal job di café dugem. Kalau pas ada job seperti itu, apa bisa datang pagi?  Tapi karena ia sudah memilih, ya sudah, saya setuju saja.  Semoga ia bisa datang tepat waktu. 

Saya waktu itu juga sudah minta izin ke Hasoe untuk sekalian wawancara di sela-sela les renang. Saya bilang, saya suka menulis, dan tulisan tentang Hasoe SE pasti disukai banyak orang. Hasoe tidak keberatan. Sepertinya dia malah suka. 

Latihan 1: Alasan belajar renang

Akhirnya tiba juga hari H,  di mana saya akan bertemu pertama kali dengan Hasoe SE. Saya sudah di kolam sebelum jam 6, agar tidak kedahuluan murid saya. Untungnya, rumah saya dekat dari kolam renangnya. Jam 6 lebih sedikit, dari jauh tampak berjalan sosok laki laki berperawakan sedang, berambut sedang. Tidak salah, itulah Hasoe SE. Saya hafal wajahnya. Tentu pagi itu Hasoe SE datang tanpa kaca mata dan kumis palsunya, seperti saat manggung.

“La iyaa, makanya aku nyari hari yang malamnya  gak ada job. Jadi istirahatku cukup dab. Kalau pas ada job dugem ya bisa njeglek aku dab, kalau langsung renang.Tapi bisa jadi,  nanti kalau kita dah janjian hari tertentu dan aku ada job mendadak, aku batalin sebelumnya gak papa kan?” katanya ketika saya sampaikan keraguan dia bisa bangun pagi.

“Beresss. Luwes aja kok mas,” sahut saya

Sebelumnya dari seorang teman, saya pernah mendengar cerita kalau Hasoe SE ini di kehidupan sehari harinya memang tertib. Punya jadwal yang sudah ia atur dan jalankan secara konsisten.  Ngelukis teratur, makan teratur, istirahat teratur. Tentu kalau tidak ada job. Dan pagi itu Hasoe sudah membuktikan dengan datang tepat waktu. Banyak murid renang saya, yang bukan seniman, malah terlambat datangnya bisa satu jam. Oh ya, soal melukis tadi, Hasoe ini sebenarnya memang aslinya seniman lukis. Yang saya dengar sih dia sudah ke banyak negara untuk memamerkan lukisannya.  

“ Ayo mas pemanasan dan peregangan dulu, biar nanti gak keram,’’ ajak saya

Hasoe pun nurut dan ikut gerakan saya. Meski tidak sepenuh tenaga. Dilihat lihat dari dekat Hasoe ini malah tidak terlihat aura nakalnya. Cara bicaranya sopan dan halus, kata katanya tertata.  Gesturnya lembut juga. Tidak ada urakannya sama sekali. Atau belum keluar saja? Kalaupun ada yang sedikit nyentrik, hanya postingan rambutnya yang agak undercut dan dicat tapi dengan warna kalem.

Hasoe bersama penulis saat les renang bersama penulis. Foto dok. Sigit Haryoseno/Mojok.co

“Aku tuh pengen belajar renang karena anakku juga habis belajar renang dan udah bisa. Aku yo pengen,” jelas Hasoe waktu sudah di dalam air. Tentu di bagian yang dangkal.

“Yaaah buat kesehatan, tapi aku jangan dipaksa ya latihannya. Jangan berat berat. Kalau berat aku gak kuat. Gak harus bisa kok, yang penting aku udah bisa gerak-gerak,” lanjutnya.

Sebenarnya kalau mau bisa renang ya harus dipaksa. Tapi karena di awal ia sudah mengatakan bahwa latihannya tidak harus membuat dia bisa renang,  berarti saya tidak salah nanti hasil les renangnya tidak maksimal. Murid yang unik ini, pikir saya. Tapi saya malah termotivasi  untuk mendorong Hasoe agar mau latihan agak berat biar bisa renang. Sebagai guru renang, salah satu kepuasaan saya tentu kalau muridnya bisa renang.

Latihan hari pertama dimulai. Tentu dengan gerakan gerakan dasar dulu. Latihan bernafas yang benar  ketika kepala masuk air. Jadi badan Hasoe saya minta jongkok untuk masuk air dan berdiri lagi. Jongkok dan berdiri sampai berulang ulang. Di sela-sela itu kita ngobrol lagi. Latihannya 5 menit, ngobrolnya 10 menit.

Ternyata Hasoe orangnya terbuka. Bahkan soal umur dia langsung menjelaskan tanpa saya tanya. Ia lahir tahun 1965. Mungkin karena saya pancing obrolan tentang kuliahnya. Hasoe, lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Program Studi Seni Lukis ISI Yogyakarta. Angkatan 87. Ternyata memang bapak-bapak usia 50 tahun ke atas. 

Obrolan jadi lebih cair waktu ia tanya soal saya, dan saya menjelaskan kalau saya di dunia hiburan juga. Ngemsi dan stand up, kata saya waktu dia tanya pekerjaan saya. Awalnya dia mengira guru renang ini pekerjaan utama saya. Mungkin karena merasa satu dunia, dia merasa bisa nyambung.

“Loh, kok kamu bisa ngelatih renang disini?”

“Karena aku bisa ngelatih. Kolamnya dekat rumah dan aku butuh tambahan uang,” jawab saya.

Hasoe hanya manggut-manggut. Pagi itu jadi semacam percakapan antara seniman yang jobnya padat dengan seniman yang merindukan job, sampai harus jadi guru renang.  Dua orang beda nasib dipersatukan di kolam renang.

Langganan menang kuis, satu-satunya orang Indonesia yang bobol gawang Joe Hart

Saya berkata  ke Hasoe bahwa saya sudah sering dengar cerita tentang dia. Tentang pekerjaannya sebagai pelukis dan pengalamannya sering menang kuis dan sayembara. Hadiah menangnya tidak tanggung tanggung, pergi ke luar negeri. Tidak cuma sekali Hasoe menang. Tapi berkali-kali. Khususnya yang berhubungan dengan sepak bola.

Dari apa yang diceritakan Hasoe berikut ini, pasti membuat pencinta bola iri. Hasoe pernah nonton World Cup 2010 di Afrika  Selatan, hasil menang sayembara Tabloid Bola. Tahun 2012 pernah ke Manchester untuk melihat langsung derby antara Manchester United dan Manchester City. Sebagai fans MU saya cuma bisa misuh dalam hati. 

Hasoe bisa sampai ke Manchester karena menang sayembara Big Cola. Di tahun 2012 lagi, ia juga bisa ke Gdanks Polandia untuk menyaksikan pertandingan UEFA Euro Cups. Itu hasil memang sayembara Carlsberg Beer. Tahun 2018 ia bisa menyaksikan langsung final Champion Cup di Kyiv Ukraine. Memang wong bejo ini.

“Eh yang ke Manchester itu aku akhirnya meet and great sama Joe Heart kiper Manchester City. Dan aku bisa membobol gawang Joe Heart saat game tendangan penalti lo. Bisa dibilang aku orang Indonesia yang bisa membobol gawang Joe Heart. Pemain bola Indonesia pun belum tentu bisa.”

Nggak hanya hobi bermusik, Hasoe juga dikenal suka nonton bola. Karena menang kuis, ia berksempatan ketemu Joe Hart. Dok. Hasoe/Mojok.co

“Kok bisa sering menang sayembara gitu to mas. Rahasianya apa?

“Pertama ya sering hunting kuis dan sayembara. Kedua, berani keluar uang dulu. Gak Cuma untung-untungan. Niatku memang untuk ngincer hadiah utamanya. Misalnya, sayembaranya harus beli produk dulu, ya aku berusaha beli banyak produk itu. Hanya untuk mengambil syarat yang ada di produk itu. Toh nanti kalau menang, harga hadiahnya tetap lebih mahal dari biaya yang dikeluarkan. Udah aku itung itu.”

Produk-produk yang dibeli itu, olah Hasoe ia jual kembali dengan harga lebih murah ke orang-orang. Jadi kalau dihitung-hitung ia tidak rugi. 

Latihannya lanjut lagi.

 Lanjut ke latihan gaya Superman terbang dengan berpegangan pinggir kolam. Ini latihan mengupayakan agar badan bisa mengambang dengan lurus dulu. Tidak semudah yang dibayangan. Ada beberapa murid saya kesulitan untuk meluruskan badan. Biasanya kakinya yang tidak bisa naik dan lurus. Hasoe ternyata juga tidak bisa. Kakiknya tidak bisa naik.

“Duh angel e…” keluhnya.

“Angel opo angel?” jawab saya. Yang dikatakan hasoe tadi, angel yang  artinya sulit dalam bahasa Jawa. Tapi saya godain dengan kata angel yang berarti bidadari. Sesuatu yang identik dengan Hasoe SE. Saya sebenarnya  sudah gatal ingin tanya tanya soal angel, tapi saya tahan untuk latihan pertama ini. Malu lah, kayak saya nafsu saja. Padahal ya ….

“Memang harus sabar mas kalau latihan renang. Harus mau mengulang gerakan terus menerus. Ayo dicoba lagi, seru saya menyemangati. “Kaki boleh gak bisa naik.Yang penting pusakanya masih bisa naik”

“Kalau itu ya masih juozzz!!!! Greeeeng teruuss!” Jawab Hasoe.

Sepertinya Hasoe memang tidak bisa dipaksa untuk latihan lebih keras. Ia lebih suka dibebaskan.  Suka nyoba-nyoba sendiri. Ya sudah saya damping saja dia maunya apa. Senyamannya dia. 

“Aku tak coba meluncur dulu ya,” kata Hasoe. Padahal saya belum mengajarkan dia cara meluncur, karena itu pelajaran berikutnya. Tapi saya biarkan saja ia meluncur sendiri. Hasilnya adalah gerakan meluncur yang gagal, karena kaki dia juga belum kuat. Badannya juga belum lurus.

Belum ada satu jam latihan,  Hasoe sudah minta berhenti. Ia bilang sudah lelah. Padahal durasi latihan sebenarnya 1,5 jam.

“Wiiis besok lagi ya. Nanti kita cari hari yang lain lagi untuk latihan kedua. Ini tadi udah lumayan kok, “ ucap Hasoe sambil ke pinggir kolam siap keluar kolam. Saya ikut keluar kolam juga untuk meneruskan ngobrol-ngobrol dulu dengan Hasoe.

Latihan kedua: Cerita tentang Hasoe Angels

Latihan kedua, Hasoe tetap datang tepat waktu. Setelah saya evaluasi di rumah tentang hasil latihan hari pertama, sebenarnya tidak ada hasil apa apa. Sekadar untuk perkenalan saja. Melatih gerakan-gerakan dasar agar Hasoe bisa renang juga belum berhasil. Hasoenya masih terlalu santai. Tapi memang keinginanya  seperti itu.

Inginnya di  latihan kedua ini,  ada hasil, ada peningkatan. Tapi setelah saya  menjelaskan latihan kedua ini akan banyak mengulang gerakan di latihan pertama, Hasoe sudah bilang dari awal.

“Seperti biasa ya. Aku gak usah dipaksa ya. Santai aja ya. Pas aku capek ya lanjut ngobrol juga nggak papa.”

 Untungnya Hasoe masih mau mencoba gerakan-gerakan dasar lagi. Meskipun masih kurang greget. Latihannya manja. Sedikit sedikit istirahat. Ya sudah, saya gunakan buat tanya-tanya lagi. Terutama tentang para angels.

Hasoe dan lukisannya. Foto dik Hasoe SE/Mojok.co

Hasoe mengatakan, awalnya menekuni elektone sebenarnya iseng. Namun, karena ternyata jadi duit, ya diterusin. Sedang untuk mencari personil Hasoe Angels, Hasoe kadang hunting sendiri. Survei ke panggung-panggung hiburan atau pertunjukan dangdut. Bisa juga nyarinya lewat sosmed. Tapi ada juga calon angels yang menawarkan diri.

“Ya pasti diseleksi. Masak aku nerima yang asal-asalan. Yang penting ya fisik dulu. Cantik, seksi,  badan proporsional, muda, dan bisa nyanyi. Kalau seperti itu langsung bisa masuk  Hasoe Angels,” katanya menjelaskan proses seseorang diterima jadi angels. Sekarang banyak klien yang mengidentikan Hasoe Angels sebagai penyanyi dangdut, sehingga bagi yang bisa genre itu punya kesempatan yang lebih besar untuk diterima.

Hasoe SE juga menjelaskan kalau sebenarnya angels itu freelance. Tidak terikat dalam  manajemen profesional. Jadi tidak ada kontrak. Kalau mau gabung ya silakan, mau ngejob dangdut dengan orang lain juga silakan. Asal belum mengiyakan job yang ditawarkan Hasoe.

Meski tidak ada peraturan tertulis yang dikenakan untuk angelsnya, Hasoe SE mengaku paling tidak bisa mentolerir angels yang datang terlambat saat kerja. Baginya, punya bentuk badan proposional dan bisa menyanyi dangdut belum cukup tanpa sikap disiplin. Baginya disiplin waktu itu penting sekali. Pantesan kebawa terus saat les renang. 

Dia cerita pernah ada job manggung di luar kota dan harus naik kereta, eh ada angels yang terlambat. Ya sudah ditinggal, meski risikonya pasukan angels berkurang.  Hukuman untuk angels yang terlambat bisa macam-macam. Ada yang disuruh jalan jongkok ada yang dipotong fee-nya. Soal jalan jongkok, entah itu benar atau tidak. Saya kadang sulit membedakan Hasoe ini bicara serius atau bercanda.

Hasoe mengaku sering memarahi angels. Mulai karena masalah terlambat, salah kostum, make up tidak maksimal, dan lain-lain. Hukuman paling berat buat angels adalah tidak boleh bergabung dengan Hasoe Angels selama setahun. Tentu itu berat buat angels yang sering dapat job dari Hasoe. Untuk fee sih dengar-dengar Hasoe angels lumayan mahal jadi tentu bisa membayar angelsnya lebih bagus dibanding yang lain.

“Kayaknya sih enak, bisa dekat banyak cewek-cewek cantik. Tapi yo ada stress-nya juga. Kamu tahu sendiri to cewek-cewek itu seperti apa? Satu aja bikin pusing apalagi banyak. Udah gitu sifatnya beda-beda. Udah gitu  gak semua bisa kompak,” curhatnya.

Untuk masalah kostum, Hasoe sebenarnya sudah menyediakan kostum dengan banyak tema untuk angelsnya. Ada yang tema perawat, guru, polisi, bajak laut, pembantu, dan karyawan salah satu supermarket yang ada di mana-mana. Kostum-kostum itu yang semakin menambah warna saat para angels mulai menyanyi dan goyang dangdut. Untuk Hasoe sendiri, di awal kemunculannya dulu identik dengan kostum serupa Rama Aipama, penyanyi beraliran campuran Melayu, dangdut, reggae, dan keroncong.

Tapi semakin kesini bergeser seperti polisi atau diktator Negara Amerika Latin ya? Embuhlah. Pokoknya eksentrik. Apalagi kalau sudah pakai kaca mata aneh yang terangkai dengan hidung palsu. Sangat komikal.

Latihan 3: Hasoe cerita dimarahi istri

Latihan ketiga, Hasoe tetap datang tepat waktu tapi dari wajahnya terlihat lemas dan pucat.  “Aku ngantuk banget e. jam 4 baru tidur. Udah gitu,  mabuk lagi. Latihannya santai aja ya,” kata Hasoe.

“La kalau memang lemes gitu ya gak usah latihan. Malah bahaya. Mbok tadi ngabari kalau gak jadi datang. Aku ya gakpapa kok,” jawab saya.

“Gak, kita tetap latiihan, kan aku udah bayar. Tapi tetap santai ya.”

Ya pasti santailah. Mau latihan seperti apa, muridnya jam 4 baru tidur dan kondisi habis minum. Kalau dipaksa latihan malah bahaya dong. Tapi hebatnya ya komitmen Hasoe untuk datang meski kondisi seperti itu. Dia sangat menghargai jadwal yang sudah dibuat. Padahal kalau dia membatalkan, saya bisa mengerti. Toh bisa ganti hari.

 Mungkin ini alasan Hasoe mau belajar renang.

Hasoe cerita, soal mabuk dan pulang pagi  ini ternyata yang sering jadi penyebab Hasoe SE diprotes istrinya. Terutama di awal-awal Hasoe merintis karir sebagai pemain elektone.  Kalau sekarang katanya,  anak istri sudah terbiasa. Kalau soal angels-angels itu istri dan anak-anaknya malah sudah terbiasa. Istri tidak cemburu, anak tidak protes.  Yang marah malah orang lain. Tapi Hasoe tidak menjelaskan orang lain itu siapa.

Menurut Hasoe, istri dan anaknya sudah sangat memahami pekerjaannya. Tentang kedekatan Hasoe dan angelnya, istri juga tidak pernah marah atau cemburu. Tidak ada peraturan dari istri untuk yang boleh dan tidak boleh dilakukan Hasoe. Yang penting kalau pergi pamit dan selalu pulang rumah.

Dari anak juga tidak pernah ada protes. Anak Hasoe ada dua orang. Yang sulung, cowok, usianya 25 tahun, dan sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan di Karawang. Yang bungsu, cewek, usia 23 tahun, baru lulus sekolah pariwisata.

Kami pun nyemplung kolam. Walaupun sebentar tetap saya usahakan ada bau-bau latihannya juga. Demi kepuasan klien. Lima belas menit kemudian kita sudah ngobrol di pinggir kolam. Sepertinya latihan sebentar lagi juga sudah selesai. Hasoe juga terlihat ngantuk.

“Emang di luar manggung, sering ketemu angels juga mas? Buat  latihan yo?” tanya saya

“Malah gak pernah latihan. Ketemu angels biasanya malah cuma nongkrong, minum atau jalan-jalan.

“Angels nya mbok sekali kali diajak renang.”

“Halah apa pada mau. Malah kalau mereka ikut latihan, malah jadi gak enak.”

Saya juga bercandain Hasoe. Tidak bersungguh-sungguh mengharap angels datang saat latihan renang. La bayangin kalau semua Hasoe Angels  datang dengan baju renang semua, terus goyang danggut. Apa tidak heboh  itu kolam renang. Sebenarnya jumlah angels semuanya berapa sih? Kata Hasoe sih tidak pasti, sesuai permintaan klien. Ia pernah dapat permintaan untuk membawa angels sejumlah 66 orang, dan berhasil. Untuk mengumpulkan angels sebanyak itu, tentu tidak mudah. 

Hasoe mengaku terpaksa mengajak angels yang kurang proporsional. Haseem, saya ngakak waktu dia cerita soal ini. Apalagi waktu dia menjelaskan angka 66 itu ternyata usia kakek yang sedang berulang tahun. Private party  ulang tahun kakek tapi mengundang 66 Hasoe Angels. Savage! Saya jadi penasaran siapa kakek itu? Jangan jangan dia Hugh Heffner ha..ha..ha.

Latihan 4: Bukan dari elektonan, ini sumber pendapatan terbesar Hasoe 

Kami berdua sebenarnya sudah menentukan hari untuk latihan ke 4. Tapi sebelum tiba hari H-nya Hasoe memberi kabar kalau dia harus ke Vietnam untuk pameran lukisan. Dan lumayan lama. Ya sudah, terpaksa saya harus menunggu Hasoe. Berarti nanti latihanya harus dari nol lagi. Yang kemarin saja muscle memory-nya belum jadi, apalagi jeda waktu lama tidak latihan, pasti makin hilang hasil latihannya. Padahal selama 3 kali latihannya juga belum ada hasil yang signifikan.

Setelah menunggu dua minggu akhirnya Hasoe pulang dari Vietnam dan kita bertemu untuk latihan ke-4. Saya dibawakan oleh-oleh gantungan kunci dan magnet kulkas dari Vietnam. Kali ini Hasoe kelihatan segar. Pasti sudah cukup istirahat. Latihan berjalan seperti di latihan pertama dan ketiga. Belum ada kemajuan. Masih meluncur saja. Tidak apaapa yang penting pelatih dan muridnya sama sama enjoy. 

  Hasoe di studio lukisnya di kawasan Gamping, Sleman. Melukis jadi sumber pendapatan utama selain mengiringi Hasoe Angels lewat musik dangdut.

Saat istirahat Hasoe cerita pengalamannya di Vietnam. “Udah lupa. Seingatku aja ya ini. Aku pernah ke Nepal, India, Bangladesh, Turkey, Kashmir, Taiwan, Jepang, Singapura, Vietnam, Filipina, Kanada, Malaysia, China, dan, apa lagi?” ketika saya tanya sudah ke negara mana saja pameran lukisannya.

Hasoe inginnya dia dan Hasoe Angels sering ke luar negeri. Ia pernah beberapa kali ke Jepang dan Hongkong untuk menghibur TK lewat musik dangdut. Pernah ada pengalaman, saat main ke klub malam di luar negeri, mereka kena razia narkoba. Untungnya, karena gak pakai mereka bisa pulang ke Indonesia dengan komplit. 

Waktu saya tanya kalau disuruh milih antara jadi pelukis atau pemain elektone, Hasoe akan milih yang mana? Lebih mendatangkan banyak uang yang mana? Kata Hasoe, keduanya saling melengkapi. Kalau uang tentu lebih besar dari lukisan. Kalau soal menambah relasi dan bisa menjangkau semua golongan, ya jadi jadi pemain elektone lebih unggul.

Untuk suka duka dan banyak pengalaman aneh dan lucu, tentu saja banyak mereka temui saat manggung. Hasoe pernah punya pengalaman disuruh berhenti main saat lagu pertama belum selesai. Bukan salah mereka, tapi itu karena miskomunikasi antara EO dan kliennya. Akhirnya mereka menunggu sampai acara selesai tanpa tampil lagi. Fee tetap dibayar, kata Hasoe lagi. Tapi ya tetap rasanya tidak enak, makan gaji buta. Tidak kerja tapi dibayar. Memang Hasoe ini profesional sekali. Penghibur sejati.

Tidak semua aksi panggungnya dan Hasoe Angels sukses. Pernah juga, meski Hasoe Angels udah goyang dangdut seperti apa, penontonnya asik main hape sendiri. 

Di lain kesempatan mereka bertemu tamu-tamu acara yang pada mabuk. Itu di acara syukuran sunatan. Waktu Hasoe SE sedang memainkan satu lagu dangdut, tamu sudah minta request lagu lain. Hasoe memutuskan melanjutkan lagu dangdut yang sedang dimainkan. Tiba-tiba ada tamu yang maju dan memencet tombol off di keyboard, sambil bilang: lagunya jelek! Tentu dengan  aroma mulut bau naga.

“Yang paling sulit kalau pameran lukisan sedang banyak dan job elektone permintaannya juga banyak, dan waktunya ada yang bentrok,” tutur Hasoe. Padahal Hasoe menikmati dua-duanya. Akhirnya untuk job elektone, Hasoe menggunakan additional player tapi didandani ala Hasoe.  Hal itu tentu sudah berdasarkan persetujuan dengan klien.

Latihan ke empat itu adalah latihan terakhir Hasoe. Ia sebenarnya masih ingin melanjutkan latihannya sampai bisa. Tapi setelah itu dia harus ke luar negeri lagi untuk pameran lukisan.

Sebagai pelatih renang, saya tentu kurang puas karena murid saya tetap tidak bisa renang. Tapi sebagai orang yang suka menulis, hasil wawancara dengan Hasoe ini sangat menyenangkan. Sepertinya wawancara sambil les renang ini, hanya saya yang melakukan.

Selama pandemi ini, job manggung Hasoe dengan Hasoe Angels-nya otomatis sepi. Hiburan, termasuk pertunjukan dangdut masih dilarang. “Kalau aku sih kegiatannya ya melukis, motret bareng dan jualan merchandise Hasoe Angels,’’ kata Hasoe.

“Kalau angels kegiatannya apa?”

“Macam macam. Ada yang buka kulineran, ada yang nyari duit di Instagram dengan nerima endorse,” ujar Hasoe lagi. Buka kulineran di mana ya para angels itu? Jadi penasaran. 

BACA JUGA Ironi Pleret, Sejarah Yogyakarta yang Terlupakan dan liputan menarik lainnya di Susul.

Exit mobile version