Penyedia Jasa Open BO yang Sepi karena PPKM

Penyedia Jasa Open BO yang Sepi karena PPKM

Penyedia Jasa Open BO yang Sepi karena PPKM

Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kembali diperpanjang hingga 23 Agustus 2021. Artinya, orang-orang yang mencari  rezeki dengan bekerja di luar rumah harus kembali bersabar. Termasuk juga penyedia jasa booking online atau Open BO.

****

Di perempatan Giwangan, Yogyakarta, saya melihat tukang becak turun ke jalan guna meminta sumbangan. Kata mereka, semua dampak dari PPKM. Mobilitas dibatasi agar mata rantai Covid-19 terputus, namun PPKM juga memutus mata rantai rezeki bagi mereka yang bertaruh hidup dengan cara kerja ke luar rumah.

Ya, banyak profesi, bukan hanya pengemudi becak, bahkan untuk mereka yang membuka jasa Open BO sekalipun. “Kadang deg-degan liat Satpol PP di jalan, padahal aku sedang nggak buka servis. Ada traumatik tersendiri setiap liat mobil Satpoll PP yang melintas,” begitu ujar Rida (24), bukan nama sesungguhnya.

Efek domino hotel melati dan Open BO

Jasa Open BO setali dengan berjalannya bisnis hotel melati yang ada di Jogja. “Karena biasanya para pelanggan saya pakai hotel biasa. Kalau pakai hotel berbintang ya jelas aman, tapi kan nggak semua yang percaya sama jasa memuaskan saya ini pada sugeh-sugeh,” katanya ketika saya hubungi via pesan Instagram.

Kata Rida, di pinggiran kabupaten masih banyak hotel melati yang buka. “Kayaknya sih pada mau bangkrut. Soalnya promo-promo hotel berbintang membuat hotel melati nggak ada apa-apanya. Semua milih hotel berbintang lha wong harganya sama-sama murah,” terang Rida.

Ketika ditanya kenapa nggak menggunakan hotel berbintang, kata Rida ia terikat semacam janji terselubung dengan pengelola salah satu hotel kelas melati di kawasan Sleman utara. “Hotel melati itu punya teman saya. Ketika bawa pelanggan ke sana, saya dapat persenan. Walau dikit ya lumayan bisa buat balik modal beli kondom.”

Rida merupakan penyedia jasa Open BO yang tidak terikat dengan agensi. Sedikit mengulang dari liputan saya yang berjudul Penyedia Jasa Open BO dan Bagaimana Mereka Menjalankannya, penyedia jasa Open BO dibedakan menjadi dua, yakni dengan agensi dan yang tidak. Penyedia jasa Open BO yang memiliki agensi biasanya lebih aman lantaran semua diatur dan ada pihak yang “melindungi”.

Rida menceritakan bahwa salah satu agensi penyedia jasa Open BO di Jogja yang lumayan besar pun terdampak dari PPKM. “Nggak mau aku sebut agennya ya, tapi mereka juga terdampak kok. Aturan hotel, ketatnya penjagaan PPKM Level 4, dan juga menurunnya pelanggan karena kebanyakan di rumah aja.”

Menurut Rida, para pelanggannya yang lebih berduit biasanya malah yang sudah punya pasangan. “Biasanya yang punya pasangan itu menggunakan jasa Open BO bukan hanya untuk kenthu saja, tetapi juga untuk bercerita dan mendapat naungan untuk mendapatkan kasih sayang. Asal mau tahu, Open BO itu nama lainnya penawar jasa kasih sayang semu,” katanya dibubuhi emotikon tertawa.

“Nah, Open BO agen ini kan punya hotel langganan, biasanya perubahan aturan dari pihak hotel yang bakalan bikin kendala di jajaran agen. Mau siang atau malam, itu sebenarnya yang menentukan pelanggan, karena PPKM ya mau nggak mau pelanggan harus ikut aturan agen. Ini yang bikin ribet,” katanya.

Rida mematok tarif Rp 1,2 juta untuk short time atau satu kali klien mengalami ejakulasi. Untuk long time tentunya lebih mahal dari angka itu. Sejak PPKM berlangsung dari Juli hingga kini di pertengahan Agustus, ia baru menerima 3 klien. Menurun jauh dari hari-hari biasa dimana ia bisa melayani 5 orang dalam sebulan. Pendapatan itu ia alokasikan untuk menopang kebutuhannya sebagai mahasiswa semester akhir dan kebutuhan keluarganya.

Rida juga menambahkan bahwa kebanyakan yang menggunakan jasanya adalah mahasiswa. Setelah saya melakukan survei kecil-kecilan kepada kawan saya yang hobi memakai jasa Open BO, ia pun menyetujui apa yang dikatakan oleh Rida. Sebut saja Budi, ia mengatakan bahwa selama PPKM ini sudah tiga kali menggunakan jasa Open BO.

“Gabut yang kuliah online melulu. Uang untuk print tugas, beralih jadi menggunakan jasa Open BO,” kata Budi via WhatsApp. Budi berkata bahwa dua dari penyedia jasa Open BO itu menolak jika diajak kenthu di kosannya. “Mereka menolak di kosku. Mereka menyediakan uang tambahan untuk layanan hotel dari yang fasilitas sedang sampai kelas wahid.”

Hal ini disetujui oleh Rida. Ia mengatakan bahwa penyedia jasa Open BO non-agensi yang pro, selalu mengutamakan kesenangan pelanggannya, namun jangan sampai kehilangan identitasnya. “Karena kita nggak tahu apa yang bakalan terjadi di tempat pilihan pelanggan. Untuk menghindari hal-hal yang nggak diinginkan. Jadi singkatnya, kalau hotel pilihan kan udah tau tingkat keamanan dan lainnya, sedang kalau pelanggan yang menentukan tempat, penyedia jasa nggak tahu medan terjal apa yang akan ditemui di sana.”

Photo by Ahmed Ashhaadh on Unsplash

Setengah bercanda Rida mengatakan, “Bisa saja nanti di tempat pilihan pelanggan kasurnya nggak enak. Nanti genjotnya susah.”

Namun menurut Budi, pilihan hotel dari pihak penyedia jasa Open BO non-agensi dianggap wajar. “Apalagi selama PPKM, Bro. Mereka pasti sudah koordinasi dengan pihak hotelnya perihal aturan-aturan PPKM di sana. Kalau didatangi Satpol PP kan bisa repot. Sudah ditangkap karena nggak taat prokes selama PPKM, ditangkap pula karena kumpul kebo.”

Kucing-kucingan dengan Satpol PP

Hotel yang membuka layanan untuk penyedia jasa Open BO, itu artinya pihak hotel juga melawan aturan setempat. Hal ini seperti pisau bermata dua ketika menengok data tingkat hunian hotel di Sleman setelah ada PPKM, hanya sekitar 10 persen. 

Di kota lain, Petugas gabungan dari Satpol PP Kota Bogor, Polresta Bogor Kota, Kodim 0606/Kota Bogor dan Denpom III/1 Bogor menemukan 24 pasangan muda-mudi di hotel.  Dari hasil razia, petugas menemukan sejumlah alat kontrasepsi. Saat diamankan, para muda-mudi ini tidak mampu menunjukan dokumen bukti pernikahan yang sah.

“Karena Open BO memang ilegal, ya. Mau pandemi atau nggak, sama deg-degannya jika menyebut namanya Satpol PP. Tapi yang jelas dan jadi catatan itu jasa Open BO memperpanjang nafas para pengusaha hotel selama pandemi ini, lho.”

Rida juga mengatakan bahwa kewaspadaan menjadi bertingkat. “Hampir tiap menit di jalanan Jogja penuh dengan sirine, Mas. Entah itu sirine ambulans atau mobil Satpol PP. Khawatir terus jadinya kalau ada suara sirine begitu lama diam di depan hotel. Padahal ya ambulans sedang bertugas.”

Ada satu sisi yang membuat Rida sedikitnya tenang, yakni fokus Satpol PP, menurutnya, terbagi-bagi ke banyak hal. “Nggak hanya mengurusi hotel esek-esek doang, tugas Satpol PP selama PPKM jadi banyak banget entah ingetin kerumunan, menutup toko yang buka lebih dari jam 8 malem, dan lainnya. Tapi tetep aja, nasib sial manusia kan nggak ada yang tau, ya?”

Ketika ditanya apakah pernah kena razia di masa PPKM seperti ini, Rida mengatakan tidak pernah. Katanya, hotel melati milik koleganya ini terbilang cukup aman dan terpencil. “Makin terpencil makin aman. Tapi ya itu, aksesnya jauh dari Jogja. Ada pelanggan saya bilang ini mau kenthu atau mau plesir kok ya sampai daerah utara menthok.”

Budi malah menganggap bahwa selama PPKM ini situasi menjadi aman. “Entah penyedia jasa Open BO yang kelewat ahli milih tempat atau bagaimana, selama main aku nggak denger keributan di jalan. Sepi, sunyi, dan tentu saja gelap. Ketika semua mobilitas berhenti pukul delapan, di sana aku mencari kenikmatan atas jenuhnya hiruk pikuk sehari-hari.”

Rida pun menanggapi berbeda, katanya hadirnya Satpol PP ketika menggerebek hotel atau penginapan itu nggak menentu. “Tapi sebagian orang udah paham kok hotel-hotel mana aja yang sering dilakukan penggerebekan, dan lainnya. Tapi sama aja, bikin deg-degan ketika dengar suara sirine.”

Dalam liputan sebelumnya, salah satu narasumber yang bernama Rudi mengatakan, “Penyedia jasa Open BO juga sudah difasilitasi oleh jaringan kuat ini, agensi-agensi yang punya nama besar.” 

Lantas saya bertanya kepada Rida, apakah jaringan kuat ini masih aman selama PPKM? Jawaban Rida membuat saya sedikitnya mak tratap sekaligus geleng-geleng.

“Nggak ada yang aman selama PPKM. Bahkan jaringan kuat yang sudah bayar keamanan sana-sini, tetap kolaps kok ketika aturan PPKM diberlakukan belakangan ini. Terutama Jogja, awal bulan Juli itu adalah puncak dari menurunnya omset Open BO secara signifikan,” katanya.

Bukan hanya bertaruh kepada Satpol PP dan PPKM

Rida mengatakan bahwa Satpol PP dan PPKM itu sebagian kecil dari masalah. “Masalah payungnya itu kan pandemi, Mas,” katanya. “Mau ada Satpol PP, mau ada PSBB, mau itu PPKM, ketika nggak ada pelanggannya ya kami akhirnya kolaps juga, kan?”

Budi menambahkan dari sudut pandangan mahasiswa yang merupakan pelanggan penyedia jasa Open BO. Menurutnya, kawan-kawannya yang juga keranjingan jajan jasa layanan Open BO berkurang drastis karena mereka pulang kampung. “Mereka kuliah online di kota masing-masing. Dan aku yakin tingkat mahasiswa yang jajan jasa layanan Open BO berkurang drastis karena kebanyakan kampus di Jogja masih pembelajaran daring.”

Kecuali mahasiswa yang tidak pulang ke kampung halaman seperti Budi, menggunakan jasa layanan Open BO adalah pilihan. “Kesepian,” katanya.

Hal ini disambut oleh Rida, “Jika mahasiswa kesepian dan gabut saja yang memakai jasa kami, ya penghasilan kami jauh dari cukup. Dan ini merupakan realita pandemi ketika semua pasangan di rumah, menghabiskan waktu bersama, penyedia jasa Open BO hanya bisa menelan ludah. Karena seperti yang dibilang di awal, penghasilan terbanyak itu justru dari pelanggan yang sudah punya pasangan.”

Bisnis ini kembali berputar, akan banyak hal yang harus dibenahi. “Pandemi selesai dulu, deh. Banyak yang nggak mau jajan karena takut terpapar. Banyak yang pergi karena lebih suka di rumah. Banyak sekali penyebabnya, nggak mungkin hanya masalah PPKM doang.”

Ditanya perihal harapan, jawaban Rida membuat saya merasa gagal menjadi wartawan. Katanya, “Nanya harapan, ya, Mas? Harapan itu doa bukan, sih? Kalau iya, emang Tuhan dengarkan doa dari orang kayak aku, Mas?”

Pada kenyataannya, PPKM membuat beragam mobilitas berhenti. Memang baik maksudnya untuk memutus mata rantai pandemi Covid-19, namun jika tanpa memberikan kesiapan bagi mereka yang bekerja di jalanan, tentu hal ini akan memperparah sebagian nasib manusia yang bertaruh di jalan. Entah pekerjaan yang suci seperti usaha mandiri, hingga Open BO—pekerjaan yang penuh dengan perih.

BACA JUGA Derita Anak Kos: Sendiri, Sakit, Isoman tanpa Pantauan Nakes liputan menarik lainnya di rubrik SUSUL.

 

Exit mobile version