Misteri Suara Andong Dini Hari di Jogja dari Kesaksian Warga hingga Kusir Andong Malioboro

Kesaksian Warga Jogja tentang Misteri Suara Andong, Konon Pasukan Ratu Kidul dan Pertanda Kematian MOJOK.CO

Ilustrasi Kesaksian Warga Jogja tentang Misteri Suara Andong, Konon Pasukan Ratu Kidul dan Pertanda Kematian (Ega Fansuri/Mojok.co)

Mojok coba menggali mitos suara andong yang konon kerap terdengar saat dini hari di Jogja. Kami berbincang dengan warga yang mengaku pernah mendengar, kusir andong Malioboro, sampai membuka beberapa referensi seputar kuda Kraton Jogja.

***

Jogja punya banyak mitos. Meski kisahnya tak sepopuler suara drumband atau gamelan tengah malam, ternyata ada mitos tentang suara andong yang cukup ganjil bagi warga yang mendengarnya.

Sebelumnya, saat mencoba menggarap tulisan seputar mitos gamelan dan suara drumband, ada beberapa jawaban yang sedikit bisa diterima akal sehat. Tentang gamelan, pengrawit mengungkap bahwa Jogja pusat tradisi Jawa. Sehingga suara alat musik tradisional lazim terdengar.

Soal suara drumband, wawancara dengan Kepala Penerangan AAU, Letkol Sus Sutrisno juga mengonfirmasi bahwa para taruna sesekali berlatih pagi. Potensi suara bisa muncul dari sana. Ada pula kemungkinan dari Korps Bregada Musik Keraton Yogyakarta dan bregada mandiri buatan warga. Hal itu dikonfirmasi oleh seorang abdi dalem yang saya wawancara.

Selanjutnya, kisah tentang andong dengan suara deru kaki kuda beserta loncengnya itu mulanya saya ketahui dari beberapa bacaan di internet. Setelah melakukan pencarian di media sosial, ternyata banyak pula warga yang mendengarnya.

Ada banyak tafsir soal mitos tersebut. Konon, penanda prajurit Ratu Kidul yang lewat dan menerima kehadiran seseorang di Jogja. Ada pula yang beranggapan, delman atau lonceng sapi terdengar di malam hari sebagai pertanda ada seseorang yang akan meninggal.

Namun, ada warga Jogja yang mengaku pernah mendengar suara andong dini hari tapi tak tahu soal mitos yang meliputinya. Ia hanya yakin bahwa suara itu tergolong ganjil.

Kesaksian warga Jogja soal mitos suara andong

Kisah itu saya dapat dari Toni Heru (48). Sudah puluhan tahun ia tinggal di Jogja. Namun, baru sekali ia menyaksikan suara yang begitu ganjil terdengar dari rumahnya di Gamping, Sleman.

“Saat itu saya sedang ngontrak rumah di Gamping sekitar 2014,” ujarnya saat saya hubungi Sabtu (16/9/2023).

Soal suara ganjil lain seperti gamelan dan drumband, ia pernah mendengar, bahkan berulang kali. Namun sejak tinggal di Jogja sejak 90-an awal, ia belum pernah sekali pun menjadi saksi suara deru kaki kuda beserta loncengnya.

Andong di Malioboro yang kerap dikaitkan dengan suara langkah kuda di malam hari (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Pengalaman itu akhirnya terjadi pada 2014, suatu malam sekitar pukul 02.00 dini hari Toni masih terjaga di rumahnya. Ia memang mengaku agak sulit untuk tidur cepat.

Suara itu begitu jelas terdengar. Seperti empat kaki kuda yang melangkah dengan beban delman di belakangnya. Lengkap dengan denting dari ornament kalung yang biasa tersemat pada kuda tersebut.

“Saat itu saya mikirnya ini andong dari Malioboro lagi perjalanan pulang,” kenangnya.

Akan tetapi, tiba-tiba ia merasa ganjil ketika sumber suara serasa mendekat ke dalam kompleks perumahannya. Toni lantas melongok ke arah jalan dari pintu kamar lantai atas yang langsung tersambung ke balkon.

Di luar, yang terlihat hanya lengang. Tidak ada kendaraan, orang berjalan, apalagi sebuah andong yang melintas. Gerbang perumahan pun sudah terportal.

Toni lantas keluar rumah menyambangi pos satpam. Ia bertanya kepada satpam yang kebetulan masih terjaga sambil menonton televisi.

“Satpamnya heran dan menjawab bahwa nggak ada kendaraan apa pun yang masuk ke perumahan dan melintas di depan gang,” katanya.

Mencoba berpikir positif, Toni meyakinkan bahwa telinganya mungkin salah dengar. Namun, satpam itu juga bercerita kalau pernah ada warga perumahan yang mengonfirmasi suara serupa beberapa tahun sebelumnya.

Pengakuan para penarik andong malioboro

Bagi Toni, kemungkinan paling rasional tentang sumber suara itu adalah penarik andong Malioboro. Maka dari itu, saya berkunjung ke Jalan Malioboro untuk menanyai para kuda, eeh.. kusir andong maksudnya.

Sabtu (16/9/2023) banyak andong yang sedang mengantar wisatawan berkeliling kawasan Malioboro. Namun, ada satu yang sedang terparkir di pinggir jalan menunggu penumpang.

Kusir bernama Martopo (67) berujar bahwa hari ini ia belum dapat penumpang. Martopo berpakaian rapi dengan baju Jawa. Andongnya pun punya admisitrasi lengkap layaknya kendaraan bermotor lantaran tergabung dengan paguyuban resmi.

Setahun terakhir, ia mangkal di Malioboro sejak pagi hingga sore. Ia sudah melakoni profesi ini lebih dari dua puluh tahun.

Menurutnya saat ini, andong sudah jarang menjadi moda transportasi. Hanya sebagai pelengkap wisata untuk pengalaman berkeliling dengan nuansa budaya. Sehingga rute berjalannya hanya di sekitar Malioboro hingga Kraton Jogja.

Selama menjadi kusir ia malah mengaku belum pernah mendengar mitos suara andong. “Malah baru dengar kali ini,” kelakarnya.

Kendati begitu, ia punya beberapa penjelasan untuk menjawab mengapa ada orang yang mendengar suara tersebut pada malam hari. Meski para kusir ini umumnya hanya berkeliling sekitar tempat wisata, namun selesai narik mereka akan pulang ke rumah membawa kudanya.

Martopo misalnya, tinggal di Seyegan yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Malioboro. Ketika pulang, ia akan melewati banyak titik.

“Saya sekarang pulangnya sore terus tapi ada beberapa kusir yang bisa sampai malam karena berangkatnya sore,” terangnya.

Para kusir pulang malam sampai Kereta Kuda Kraton Jogja

Menurut Martopo ada kusir yang bahkan baru datang ke Malioboro selepas magrib. Hal itu membuat mereka bisa pulang lewat tengah malam.

Saya juga berjumpa dengan Gandung (54), kusir ini mengaku pernah beberapa kali bekerja sampai malam. Jika berangkat sore ia bisa baru pulang jam 10 hingga 12 malam.

Gandung, seorang kusir andong di Malioboro (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Padahal rumahnya berada di Potorono, Banguntapan, Bantul. Perjalanan menggunakan andong dari tempat tinggalnya memakan waktu sekitar 45 menit.

“Saya paling larut itu pernah pulang sampai rumah jam tiga pagi,” katanya.

Hal itu terjadi saat malam tahun baru. Selain sedang banyak wisatawan, para kusir bisa pulang dini hari karena jalanan yang macet. Menurut Gandung, suara yang didengar warga maupun wisatawan di kawasan jauh dari tempat wisata bisa berasal dari kusir sepertinya yang pulang larut pada momen tertentu.

Terlepas dari cerita para kusir, kuda memang jadi elemen yang dekat dengan kebudayaan Kraton Jogja. Sebagai kerajaan, banyak upacara adat yang melibatkan kereta kuda.

Bahkan, ada Museum Kareta Karaton yang menyimpan koleksi 23 kereta kuda kerajaan. Lengkap dengan beragam ornament pendukungnya. Di antara itu masih ada 18 kereta yang aktif sebagai pendukung upacara-upacara kebudayaan.

Ada sebuah koleksi yang cukup sakral yakni Kereta Kyai Garuda Yaksa. Kereta kuda buatan Belanda pada 1861 ini selalu menjalani ritual pemandian setahun sekali pada bulan Suro.

Hal itu membuat Jogja memang punya banyak aktivitas berkaitan dengan kuda di yang berlangsung di sekitar tempat hidup warga. Sehingga, tampaknya mitos yang berkembang ini memang selalu punya beberapa penjelasan yang sedikit logis. Meski, belum bisa jadi menjawab sepenuhnya kesaksian yang berkembang.

Penulis : Hammam Izzuddin

Editor  : Agung Purwandono

BACA JUGA Pengrawit Mengungkap Misteri Suara Gamelan Tengah Malam yang Didengar Warga dan Pendatang di Jogja.

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version