Mie Ayam Pakde Wonogiri sudah jadi destinasi favorit pecinta mie ayam di Kulon Progo. Menu mie ayam porsi brutalnya sempat viral di jagat sosial media. Banyak orang rela datang ke sana untuk menikmati sensasi rasanya.
***
Tong Sam-chong melakukan perjalanan ke barat bersama murid-muridnya untuk mencari kitab suci. Pun demikian dengan saya, perjalanan kali ini menuju barat, namun untuk mencari mie ayam! Lebih tepatnya Mie Ayam Pakde Wonogiri.
Warung Mie Ayam Pakde Wonogiri berlokasi di Karangtengah Kidul, Margosari, Pengasih, Kulonprogo. Perjalanannya memakan waktu sekitar satu jam dari rumah saya yang berada di Bantul. Rutenya asik karena melewati hamparan sawah yang memanjakan mata.
Jumat (15/4/2022), Pukul 16.00 WIB, saya tiba di lokasi. Bowo (36) pemilik warung Mie Ayam Pakde Wonogiri langsung menyambut begitu saya masuk warung. Mengenakan kaus #Jumatmieayaman ia menyapa saya dengan ramah.
Kondisi warung saat itu masih cukup lengang. Maklum belum waktunya berbuka puasa. Sembari ngabuburit, saya dan Bowo berbincang tentang warung viral miliknya yang kini bergerak menuju legenda.
Dari Lampung ke Kulon Progo
“Kalau membicarakan sejarah Pakde Wonogiri ini harus ditarik mundur cukup panjang. Kira-kira ya awal dirintisnya sekitar tahun 1990-an. Jadi, Pak Hadi, mertua saya, adalah orang Wonogiri.”
“Pak Hadi saat usia sekitar 10 tahun pindah ke Lampung mengikuti program transmigrasi. Nah, setelah dewasa, berbekal resep yang juga pernah beliau pelajari dari saudaranya didirikanlah warung mie ayam di Lampung. Pada awalnya dulu jualan dengan gerobak dorong hingga kemudian terus berkembang dan menyewa ruko.” Ucap Bowo membuka cerita.
Pak Hadi berjualan mie ayam di Lampung sekitar 20 tahun lebih. Hingga kemudian pada tahun 2018 ia ditawari untuk berjualan di Kulon Progo. Karena usianya yang semakin tua dan istrinya berasal dari Wates.
“Pak Lik saya, yang punya ruko ini (tempat jualan Mie Ayam Pakde Wonogiri), menawarkan Pak Hadi untuk pulang dan mendirikan warung mie ayam di sini (Kulon Progo). Kemudian berdirilah warung ini pada tanggal 9 Juni 2018. Menjelang Ramadan seingat saya.”
Pakde Wonogiri akhirnya lahir. Pak Hadi menjalankan warung ini bersama anak-anaknya. Awal berdiri warung masih sepi dan pendapatannya masih naik turun. Pak Hadi sempat kembali ke Lampung untuk berjualan lagi di sana untuk menutupi kekurangan warung di Kulon Progo. Pada tahun 2019, warung mengalami kenaikkan pembeli yang cukup pesat. Keteteran, Pak Hadi akhirnya kembali ke Kulon Progo.
“Dari awalnya hanya 2 orang karyawan saja, yang sebenarnya ya keluarga sendiri. Tahun 2019 nambah lagi 1 karyawan. Ternyata masih keteteran dan pembeli makin ramai akhirnya kita terus tambah karyawan. Sekarang ada sekitar 10-an karyawan.”
Meledaknya Mie Ayam Pakde Wonogiri
Apa yang membuat pembeli tiba-tiba membludak pada tahun 2019? Tanya saya penasaran. Bowo tak punya jawaban pasti. Namun, menurutnya ada andil pembeli yang memberikan ulasan di grup Facebook “Info Mie Ayam Jogja”.
“Saya lupa siapa namanya, pokoknya dia sempat pesan mie dengan porsi jumbo begitu. Padahal saat itu belum ada di menu. Ya sudah kita turuti saja. Itulah awal lahirnya menu mie ayam porsi brutal.”
“Mie ayam itu difoto, diposting di grup dan banyak yang lihat dan suka. Akhirnya banyak yang penasaran, banyak yang datang. Bertambah lagi yang mengulas. Belum lagi juga ada pemilik akun yang bahas makanan kayak Mas Dadad (@javafoodie) itu juga pernah ke sini. Foto-foto mie ayam di sini, di-posting. Makin banyak orang yang tahu, lalu viral. Saya syukuri saja,” ungkap Bowo.
Bowo menambahkan: “Lagian kalau saya sendiri yang mempromosikan, saya yakin orang justru malah tidak tertarik. Justru ketika orang lain yang me-review, memberikan ulasan yang jujur, justru itu yang membuat orang tertarik.” Namun, seperti yang sudah bisa diduga, warganet yang julid juga menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Bowo mengatakan pernah suatu ketika ada kejadian yang bikin geger. Sebuah akun yang mengatasnamakan karyawannya membuat story kontroversial di media sosial. Inti yang dia tulis, menjelek-jelekan warung lain.
“Setelah saya cross check langsung ke yang bersangkutan, ternyata dia tidak pernah menulis seperti itu. Sempat saya konsultasikan ke kepolisian namun ya lumayan sulit juga untuk melacak dan menangani kasus semacam ini. Ya selain itu kadang juga ada komplain tidak jujur seperti di Google Maps. Omongan-omongan miring lain juga banyak. Biasa lah dalam berdagang pasti ada pihak yang seperti itu,” ucap Bowo.
Penasaran, saya menanyakan apakah ada gangguan klenik di Warung Mie Ayam Pakde Wonogiri. Bowo menjawab mantap: “Saya percaya di sini tidak ada yang seperti itu.” Saya lega. Pengalaman yang bikin merinding di liputan sebelumnya tak kan lagi terjadi.
Sering munculnya Mie Ayam Pakde Wonogiri di sosial media, seperti akun-akun foodfess di Twitter juga sempat memunculkan kontroversi. Mie ayam porsi brutal yang bisa ditebus dengan harga Rp15 ribu mengundang tanya warganet. Ada yang curiga kalau Mie Ayam Pakde Wonogiri menggunakan tambahan proteina (protein nabati dari kedelai murni), bukan 100% persen ayam murni. Bowo menanggapi itu dengan santai.
“Tidak perlu pusing akan sesuatu yang tidak kita lakukan. Kita benar-benar pakai ayam kok, malah kita nggak beli tetapi punya sendiri. Semua yang ada di sini sebagian besar kita siapkan sendiri. Mie juga buat sendiri. Baksonya mungkin digiling di tempat lain tetapi bumbunya tetap dari kita sendiri.”
“Menanggapi yang seperti itu saya lihat dari sisi positif saja lah. Justru itu jadi marketing kan? Orang jadi penasaran apakah benar pake proteina? Lalu datang ke sini mencoba langsung. Malah tambah pembeli saya,” bebernya sembari tersenyum.
Mie ayam porsi brutal membawa berkah
Mie ayam porsi brutal harus diakui jadi ikon Mie Ayam Pakde Wonogiri. Menu yang awalnya pesanan custom dari pembeli justru jadi berkah yang mendatangkan rezeki berlimpah.
“Alhamdulilah, semenjak ada menu itu, warung makin ramai, makin banyak yang suka. Mungkin kalau soal rasa, setiap orang punya preferensi masing-masing ya. Bisa jadi ada yang nggak terlalu suka juga dengan mie ayam di sini. Tapi kalau soal kuantitas, saya kira semua orang patokannya hampir sama. Ya kalau lihat mie Ayam porsi brutal ini saya yakin kebanyakan akan setuju kalau memang porsinya jumbo. 2 porsi jadi satu soalnya.”
Kebrutalan porsi mie ayam tadi sejalan dengan kenaikan jumlah pembeli yang signifikan. Dari yang awalnya cuma satu ruko, Bowo akhirnya harus membeli 2 ruko tambahan lagi karena pembeli makin membludak. Bahkan saat pandemi, terpaksa membuat area khusus semi-outdoor untuk memenuhi syarat dari Satgas COVID-19.
“Dalam waktu 3 hari kita kebut membuat area itu (di sebelah selatan ruko) yang bisa membuat pembeli jaga jarak. Kerja cepat pokoknya. Tapi ya malah jadi berkah juga sih,” terang Bowo.
Selain memperluas area, Bowo juga meningkatkan kualitas pelayanan. Penambahan jumlah karyawan salah satunya bertujuan agar pembeli bisa dilayani secara cepat. Berkaca dari pengalaman sebelumnya saat masih 3 karyawan saja. Saat itu Bowo keteteran melayani pembeli yang antriannya mengular.
“Sempat kita tutup seketika saat antrian selesai. Setelah itu saya memikirkan bagaimana caranya agar bisa mengatasi jumlah pembeli yang banyaknya minta ampun. Sampai sekarang saya juga masih mikir bagaimana sistem biar orang nggak nunggu lama.”
Konsistensi rasa jadi kunci utama
Pesanan saya datang 5 menit sebelum azan Maghrib berkumandang. Tentu saja saya memesan mie ayam porsi brutal ditambah bakso Merapi dan ditemani segelas es teh. Apabila mie ayam porsi brutal datang dari usulan pembeli, bakso Merapi lahir dari rencana matang Bowo.
Sebelum menu itu lahir, Bowo sempat mengadakan polling untuk menentukan menu bakso yang baru. Bakso Merapi menang. Bakso ini berbentuk gunung dengan isian tetelan dan sambal super pedas. Bakso Merapi tidak hanya menjadi menu andalan baru, tetapi juga the one and only di Kulon Progo!
Azan berkumandang, es teh saya teguk. Glek! Ada rasa segar dan wangi yang berbeda. Ini salah satu teh terenak di warung mie ayam yang pernah saya coba. Tangan bergeser. Sumpit di tangan kanan, sendok di tangan kiri. Porsi brutal ini tidak bisa diaduk kalau tidak dilahap dulu beberapa bagiannya. Perlahan saya ambil mie agar tak tumpah. Dibarengi beberapa potongan ayam, mie pun berhasil masuk mulut.
Rasa gurih menyapa lidah dipadu tekstur kenyal mie yang paripurna. Legitnya daging ayam jelas bukan kaleng-kaleng. Sendok jadi kurang berguna karena kuahnya masih tertimbun dalam di bawah mie. Baru setelah beberapa suapan, kuah bisa saya coba rasakan. Sensasi asin dan gurih jelas terasa. Ini bukan tipikal mie ayam dengan rempah yang kuat, tetapi bagi anda penikmat rasa asin mie ayam, saya yakin cocok sekali.
Mie ayam porsi brutal tandas saya habiskan, kini bakso Merapi menanti. Bagian tengah bakso saya belah, muncul tetelan cantik berbalur sambal yang aroma pedasnya begitu menyeruak. Baksonya cukup padat dengan bumbu yang lumayan kuat. Tetelan dan sambal yang pedasnya selevel cuitan warganet bikin ngiler.
Cukup lama bakso ini saya habiskan karena mie ayam porsi brutal menguasai kebanyakan teritori lambung. Baru sekitar setengah jam, bakso Merapi yang dibanderol Rp25 ribu tadi dengan aman pindah ke perut saya.
Pedasnya amukan “lava” bakso Merapi tadi memaksa saya untuk memesan es teh kembali. Pada tegukan gelas kedua inilah saya yakin bahwa teh di Warung Mie Ayam Pakde Wonogiri memang tidak boleh dilewatkan. Kalau menurut saya, nikmat yang tidak boleh didustakan.
“Ya kita kualitas yang dijaga nggak cuma makanannya, tetapi juga minumannya. Karena saya yakin bahwa orang itu bisa tertarik di suatu warung kadang bukan karena makanannya saja. Jadi di sini minumannya pun meski cuma teh tetap kita sajikan yang terbaik. Kita ada campuran khusus dan metodenya jelas tidak sembarangan,” kata Bowo menjelaskan soal teh racikannya yang istimewa.
Konsistensi menjaga kualitas adalah kunci yang menjadikan Mie Ayam Pakde Wonogiri bisa ramai seperti sekarang. Membludaknya pembeli membuatnya terus berbenah dan meningkatkan kualitas agar tidak terhempas hanya karena viral semata. Sebuah langkah yang saya yakin akan menjadikan Warung Mie Ayam Pakde Wonogiri menjadi legenda.
Reporter: Oktavolama Akbar Budi Santosa
Editor: Purnawan Setyo Adi
===
Tulisan ini merupakan seri dari liputan “Peta Mie Ayam Jogja”. Mulai pertengahan bulan Maret hingga April 2022 setiap akhir pekan ulasan warung mie ayam di Jogja akan hadir menemani pembaca. Liputan “Peta Mie Ayam Jogja” merupakan kolaborasi Mojok.co, Javafoodie, dan @infomieayamYK.