Siasat mahasiswa Jogja berhemat
Namun, selain itu tetap ada mahasiswa Jogja yang bisa menekan pengeluaran sedemikian rupa. Mereka bisa merasa cukup dengan jatah bulanan separuh dari beberapa narasumber yang telah saya wawancarai sebelumnya.
Salah satunya Siska (21), mahasiswi STIE YKPN ini mengaku cukup dengan uang saku bulanan sebesar Rp1,1 juta. Dengan nominal sebesar itu, artinya Siska hanya mengeluarkan tak lebih dari Rp40 ribu per hari.
Cara jitu untuk berhemat menurutnya adalah memasak sendiri di kos. Siska mengaku, untuk sekadar makan di warmindo saja jarang. Jika sedang malas memasak ia lebih memilih untuk membeli lauk di warung makan semacam warteg.
“Pokoknya kurangin makan di luar. Event di warmindo itu sekali makan paling murah Rp10 ribu. Kalau masak sendiri dengan uang segitu bisa untuk sehari,” katanya.
Beruntung, untuk memasak ia terkadang mendapat kiriman bahan baku seperti beras dari orang tuanya. Sehingga bisa meminimalisir pengeluaran secara signifikan.
Saya sampai memastikan ke seorang teman Siska untuk menanyakan apakah perempuan ini betul-betul menerapkan hidup yang begitu hemat. Sepengamatan karibnya tersebut, Siska memang jarang sekali makan di luar.
Siska juga mengaku menghindari nongkrong di kafe. Ia membatasi mengunjungi coffee shop yang menjamur di Jogja hanya ketika sedang mengerjakan tugas. Terlebih tugas kelompok yang memang membutuhkan tempat untuk berkumpul bersama-sama.
“Aku memang tipikal orang yang nggak suka nongkrong,” cetus Siska.
Kebiasaan itu juga membuatnya bisa memangkas uang bensin. Untuk membeli kebutuhan tambahan pun ia terbiasa menabung terlebih dahulu. Siska mengaku memanfaatkan aplikasi bank digital dengan fasilitas membuat beragam jenis akun tabungan yang bisa auto debit.
“Jadi pengeluaran rutin terbesarku sebenarnya lari ke skincare. Kebutuhan lain seperti baju itu mesti nabung,” paparnya.
Bisa hidup dengan uang kurang dari sejuta per bulan
Siska tergolong hemat. Namun saya juga berbincang Rakhman (20), mahasiswa UNY ini mengaku bisa menekan pengeluaran per bulan hanya di angka Rp500 ribu. Uang jatahnya per bulan rata-rata sekitar Rp1,2 juta.
“Aku juga kadang heran sama diriku sendiri. Uang segitu masih bisa kutabung 700-800 ribu per bulan,” kata mahasiswa angkatan 2022 ini.
Pos pengeluaran yang menyedot banyak uang menurutnya ada di urusan rokok dan bensin. Ia biasa merokok Gudang Garam Surya.
“Tapi sebungkus isi 12 itu rata-rata bisa untuk seminggu,” terangnya.
Seperti Siska, Rakhman juga bisa menghemat lantaran terbiasa memasak. Ia tinggal di kontrakan bersama lima rekannya. Mereka iuran Rp20 ribu per pekan untuk membeli bahan pangan dan membayar listrik.
Selain itu ia juga mengaku sering mendapat bahan baku memasak dari orang tuanya. Hal ini pun memangkas pengeluaran bulanannya.
Nongkrong pun ia mengaku hanya biasa di angkringan. Jarang ia membeli makan, umumnya hanya minum es teh dan menikmati suasana bersama teman-temannya.
“Nongkrong di Angkringan Lek Heri biasanya beli es teh doang. Makan pun, nggak sampai 10 ribu,” tuturnya.
Uang hasil menyisakan jatah bulanan akan ia simpan untuk membeli keperluan darurat. Suatu ketika, hp-nya rusak mendadak. Rakhmad pun membeli hp baru dana darurat yang ia alokasikan setiap bulan.
Instrumen tempat tinggal
Pengakuan Rakhmad, membuatnya tergolong begitu hemat. Namun, uang jatah bulanannya terpisah dengan biaya untuk membayar tempat tinggal. Ia mengontrak rumah ber enam dengan harga sewa Rp20 juta per tahun.
Semua narasumber sebelumnya juga mengaku uang jatah bulanan belum termasuk biaya sewa tempat tinggal. Harga sewa kamar kos di Jogja memang cukup beragam. Jika menilik penawaran di berbagai grup Facebook, rata-rata paling rendah harga sewa kamar bulanan di sekitar kampus seperti UGM, UNY, UPN, hingga Universitas Atma Jaya ada di angka Rp400 ribu per bulan.
Tari, Rama, dan Siska bahkan menyewa kamar kos dengan harga di atas Rp1 juta per bulan. Fasilitasnya cukup lengkap dan tergolong kategori eksklusif.
Saya sempat berbincang dengan Nova Kartika, pengelola Kampus Kost, sebuah manajemen yang mengelola lebih dari 100 kos di Jogja. Ia memaparkan bahwa harga sewa kamar di area sekitar kampus wilayah Depok, Sleman saja saat ini rata-rata ada di harga Rp600 ribu.
Nova juga melihat tren mahasiswa Jogja belakangan semakin menginginkan kepraktisan. Tidak mau repot mencari perabot besar untuk mengisi kamar.
Kecenderungan mereka untuk berpindah-pindah juga tinggi sehingga kos isian lengkap hingga eksklusif sekarang semakin banyak dicari. Meski harganya tentu lebih mahal ketimbang kos biasa tanpa fasilitas memadahi.
Meningkatnya rerata harga kos bagi mahasiswa tentu meningkatkan uang bulanan yang harus orang tua berikan. Kecuali bagi para mahasiswa yang menyiasati ongkos sewa kamar dengan tinggal di tempat gratis. Misalnya dengan menumpang di tempat kerabat hingga menjadi marbot masjid.
Beberapa kisah di atas hanya cuplikan kecil dari banyaknya variasi uang jatah bulanan para mahasiswa. Ada yang bisa lebih hemat bahkan pengeluarannya lebih banyak dari yang kebanyakan orang bayangkan.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Bebas dan Nyaman, Kos Eksklusif Menjamur di Jogja, Kaum Mendang-mending Minggir Dulu
Cek berita dan artikel lainnya di Google News