Jam malam di kampus karena keamanan, ah itu cuma alasan saja
Sholichah dan Safina sangat sepakat ketika kampusnya itu bisa buka selama 24 jam. Sebab bagi mereka, waktu malam justru suasana akan terasa lebih hidup. “Pagi sampai sore diambil kampus untuk kuliah tapi harusnya malam kasih ruang dan waktu kita untuk diskusi, organisasi, ngumpul-ngumpul, tentu dengan catatan ada coworking yang layak,” kata Sholichah.
Perempuan asal Semarang itu juga menganggap bahwa ketakutan-ketakutan kampus ketika buka 24 jam seperti terjadi kerusakan, mesum, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya itu hanya sebatas alasan saja. Tidak benar-benar terjadi. Toh di UAD juga ada satpam dan CCTV yang mengawasi.
“Kita punya undang-undang tentang mencuri bukan berarti nggak ada pencuri. Makanya yang perlu dihilangkan itu bukan jam malamnya, tapi harusnya ada upaya untuk perlindungan akan hal itu. Bahkan bisa jadi ketika tidak ada pembatasan jam malam, bisa jadi ladang pekerjaan. Semisal satpam jadi ada shift-nya,” tutup Sholichah.
Mengutip website resmi dari LPM POROS, peraturan Rektor Nomor: R.III/4/A.10/II/2018 menuliskan mahasiswa tidak boleh tinggal di Ruang Kesekretariatan di lingkungan kampus dan atau mengadakan kegiatan kemahasiswaan lebih dari pukul 21.00.
Saya mengonfirmasi ke pihak Biro Sarana dan Prasarana UAD. “Memang benar Kak, untuk tinggal memang tidak boleh menginap karena rawan pencurian. Kemudian untuk batas maksimal jam 21.00 sudah dari lama. bisa lebih dari jam 21.00 dengan surat akses yang telah disetujui,” katanya pada Sabtu, (29/07) melalui pesan WA.
Nyaman di kampus, tapi selalu kena usir
Bukan hanya Khuluq, Sholichah, dan Safina saja yang mengeluhkan adanya pembatasan jam malam di kampusnya. Fildan, mahasiswa kelas kelas karyawan di Universitas Mercu Buana Yogyakarta merasakan hal serupa.
Pria asal Sulawesi ini sebenarnya sangat suka untuk beraktivitas di kampus. Karena ketika di kampus ia bisa ngobrol seputar akademik bersama rekannya. Tapi ketika ia melakukan itu, pengusiran secara halus pun harus ia alami.
“Kalo pas nggak ada uang, otomatis kampus sebagai tempat untuk mengerjakan tugas. Selain aku sering nongkrong di kampus, tapi sering kena usir juga. Padahal obrolan lagi seru-serunya malah disuruh pulang (sambil tertawa getir). Ya kami nggak geser karena udah bad mood. Momentumnya nggak ada lagi,” kata pria yang saya temui di Berdikari Book pada Senin, (24/07).
Bahkan menurutnya, masalah UMBY dan UAD serupa, sama-sama tidak memberikan akses perpustakaan bagi mahasiswa kelas karyawan. Sebab saat dulu ia semester 2, sekitar dua tahun lalu, sebelum masuk kelas pada jam 5 sore, ia pernah tertarik ke perpustakaan untuk mencari referensi. Tapi justru ruangan itu sudah tertutup rapat-rapat.
“Sangking kecewanya sekarang aku nggak mau ke perpus lagi. Nggak tau juga sekarang di lantai berapa,” katanya.
Mahasiswa nakal di kampus itu tidak masuk akal
Fildan memang tipikal orang yang suka dengan buku. Salah satu tempat yang jadi tujuan saat kuliah adalah perpustakaan. Pun selain itu ia juga suka sekali ketika ada yang mengajak berdiskusi. Tapi sayangnya di UMBY ruh diskusi itu tidak ada.
Mahasiswa UMBY ketika menjelang petang sudah pergi entah kemana. Kampus menjadi sepi. Bahkan mirip dengan kuburan saat malam hari. “Aku jujur kalo udah jam 6 udah was-was, nggak nyaman kesannya diburu-buru,” imbuhnya yang tempat kuliahnya ada di Kampus 3 UMBY atau di Ring Road Utara.
Fildan pun turut kecewa ketika kampus tidak memberi akses selama 24 jam. Kalau alasan kampus agar mahasiswa tidak berbuat nakal, kejahatan, atau menganggu warga sekitar hal itu sama sekali tidak masuk akal.
“Aku nggak sampai memikirkan ketakutan-ketakutan itu. Karena nggak mungkin mahasiswa itu mesum. Kamu mesum di Kampus 3 UMBY mau di sebelah mana!? Apalagi medan Mercu kayak gitu. Terus warga nggak nyaman? Justru kalau begitu ring road yang harus ditutup! Karena banyak kendaraan yang lalu lalang. Itu yang menganggu,” kata Fildan.
Tamparan keras untuk kampus
Bahkan ia mengatakan bahwa kasus bunuh diri mahasiswa UMBY beberapa waktu lalu itu harusnya menjadi tamparan keras bagi kampus ketika dikontekstualkan ke pembatasan jam malam. Sebab bisa saja dia nggak nyaman di kosan. Merasakan kesepian. Mungkin tidak ada teman. Pendek kata ia butuh teman curhat.
“Kalau kampus 24 jam, nggak menutup kemungkinan dia akan ke kampus, bukan malah ke Tambak Boyo,” tutup Fildan.
Saya menghubungi salah satu karyawan di UMBY. Menurutnya, aturan jam malam itu ada di peraturan nomor 123/F.01/1.3/Vll/2023 dari biro operasional kampus cabang, UMBY kampus 3 buka dari Senin-Jumat dari pukul 08:00 WIB – 18:00 WIB. Sabtu 08:00 WIB- 16:00 WIB. Sedangkan hari Minggu tutup.
“Itu peraturan dibuat karena mahasiswa sudah selesai UAS. Kalau perkuliahan biasa Kampus 3 UMBY tutup sampai dengan 21:30 WIB,” kata karyawan yang tidak mau disebut namanya di Kampus UMBY, Jumat, (28/07).
Reporter: Khoirul Atfifudin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Miras di Balik Dunia Mahasiswa, Katanya Buat Bonding dan Teman Diskusi
Cek berita dan artikel lainnya di Google News