5 Tanda Unik Warteg Asli dan yang Bukan Menurut Para Pedagang dari Tegal

warteg tegal.MOJOK.CO

Ilustrasi warteg (Mojok.co)

Warteg yang semakin berkembang di berbagai daerah ternyata punya beragam ciri khusus. Ciri yang bisa menandakan bahwa warteg itu dikelola oleh orang asli Tegal dan sekitarnya atau bukan.

Warung yang dengan mudah kita jumpai di berbagai kota besar Pulau Jawa ini diperkirakan sudah mulai berkembang sejak 1950-an. Awalnya, dibawa perantau dari Tegal ke wilayah Jakarta.

Seperti berbagai usaha para perantau lain, kesuksesan memantik semakin banyak orang untuk turut serta berkecimpung di bidang yang sama. Sehingga, dalam beberapa dekade warteg jadi semakin masif pertumbuhannya.

Ketika berkembang pesat, semakin banyak kalangan yang melirik bisnis tersebut. Seperti warung padang yang kini pengelolanya tidak selalu orang Minang, bisnis warteg pun bisa saja bukan diurus oleh kalangan dari pesisir utara Jawa Tengah.

Namun, ada beberapa hal yang bisa menandakan bahwa warteg benar-benar dikelola orang Tegal dan sekitarnya atau bukan. Tanda yang bisa dilihat dari menu dan suasana warungnya.

#1 Dialek ngapak yang ditemukan di warteg

Warteg Kharisma Bahari (WKB) jadi salah satu jaringan waralaba warteg terbesar di Indonesia. David, tim pemasaran WKB di DIY bercerita bahwa meski jejaring usaha tempatnya bekerja tumbuh pesat, ciri khas penjaga warungnya berasal dari Tegal dan sekitarnya terus dijaga.

“Investor bisa dari mana saja tapi pengelolanya kami khususkan dari Tegal, Brebes, dan sekitarnya,” ungkapnya saat saya hubungi ulang pada Senin (1/7/2024).

Sebelumnya, saya memang pernah bertemu langsung dengan David untuk mengulas strategi WKB melebarkan sayap usahanya di Jogja dan sekitarnya. Menurutnya, kehadiran pengelola dari Tegal memperkuat corak khas warung. Sehingga, ketika pelanggan datang langsung merasakan suasana khusus dengan dialek ngapak yang keluar dari pengelolanya.

#2 Olahan ikan laut khas Pantura

Selanjutnya, salah satu ciri khas warteg terletak di menunya yang hampir pasti ada olahan ikan laut. Di WKB saja, dari sekitar tiga puluhan lauk yang tersedia, ada banyak pilihan menu olahan hasil laut seperti kerang, cumi, hingga beberapa jenis ikan.

Selain David, saya juga berbincang dengan Muhammad Cholid, seorang mantan pengusaha warteg legendaris di Jogja. Ia pernah mengelola warteg di Jogja dari 1999 hingga akhir Mei 2024 lalu.

Cholid bercerita bahwa di warungnya ada cukup banyak olahan ikan. Untuk air tawar, ada lele, menyesuaikan pangsa pasar yang butuh konsumsi ikan dengan harga terjangkau.

“Selain itu yang laut ada tongkol balado, bandeng, kembung. Bandeng diolah dengan bumbu kuning dan kembung digoreng atau dipakai bumbu kuning juga,” kata Cholid yang juga saya hubungi pada Senin.

Keberadaan olahan hasil laut ini menambah nuansa pesisir utara Jawa Tengah di setiap warung yang kalian kunjungi. Juga jadi penanda bahwa wartegnya dikelola orang Tegal.

Baca halaman selanjutnya…

Jenis pintu khusus sampai menu-menu yang tidak ada di tempat lain

#3 Punya dua pintu di depan

Menurut Cholid, salah satu ciri lain yang identik dengan konsep dan filosofi warteg asli adlaah keberadaan dua pintu yang sejajar di bagian depan. Menurut Cholid, hal itu untuk memudahkan sirkulasi pelanggan yang keluar masuk.

“Tapi ada juga yang beranggapan kalau itu harapan supaya rezekinya semakin banyak,” ujarnya tertawa.

salah satu ciri warteg, ada dua pintu (Hammam/Mojok.co)

Saat mengunjungi beberapa warteg di Jogja, saya juga menemukan konsep serupa. Hampir pasti, ada dua pintu di bagian depannya.

#4 Etalase khas “layar sentuh” dan kursi panjang yang mengitarinya

Selanjutnya tentang penataan tempat duduk yang mengitari etalase makan. Bagi Cholid, selain memudahkan penataan lauk supaya terlihat jelas, juga agar sirkulasi pelanggan yang makan bisa lebih cepat.

Etalase warteg (Hammam/Mojok.co)

Etalasenya biasanya berbentuk letter L mengingat jumlah lauknya yang sangat banyak. Pemilih bisa memilih lauk dengan menyentuh-nyentuh kaca sambil memberikan instruksi kepada pengelola warungnya.

#5 Nasi lengko hingga acar kuning yang khas

Tidak semua warung memilikinya, namun warteg yang benar-benar dikelola orang Tegal biasanya menyediakan menu nasi lengko. Makanan khas daerah Tegal dan sekitarnya yang terdiri dari nasi, tahu goreng, dan beberapa jenis sayuran yang dipadukan dengan sambal.

Di warung milik Cholid, nasi lengko jadi salah satu favorit para pelanggan. Mungkin karena memang sudah dihadirkan sejak lebih dari 20 tahun lalu.

Selain itu, salah satu ciri lain adalah keberadaan acar kuning. Olahan yang terdiri dari potongan mentimun dan wortel yang dimasak dengan bumbu kuning ini jadi pelengkap khas yang sering ada di warteg.

Setidaknya, itulah beberapa penanda yang mudah untuk membedakan antara warteg yang benar-benar dikelola orang Tegal dan sekitarnya dengan yang bukan. Tanda yang muncul berkat pola turun temurun antar generasi.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA 5 Penanda Warung Nasi Padang Asli dan Palsu Menurut Para Pedagang dari Minang

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version