Kalau sedang liburan ke Yogyakarta, cobalah makan sambal belut Kang Shobirin di Bantul. Bisa juga bisik-bisik minta dibuatkan menu untuk vitalitas pria dengan bahan kepala belut.
***
Sebagai penyuka menu serba belut, Warung Makan Kang Shobirin ada dalam catatan warung yang harus saya kunjungi. Letaknya di Jalan Semail, Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mudahnya dari Ring Road Selatan, ambil ke arah selatan begitu sampai di Jalan Imogiri Barat ke arah selatan.
Setelah sampai Pasar Ngoto atau Triwindu, ada jalan masuk ke arah barat, ikut saja jalan tersebut sampai mentok, kemudian ambil kiri atau selatan.
Lebih mudahnya cari saja di Google Maps, Warung Makan Kang Shobirin. Nggak ada kata welut atau belutnya memang.
Warung sederhana berdinding gedek
Warungnya sederhana. Dinding warung masih terbuat dari gedek atau anyaman bambu. Saya datang menjelang tengah hari pada Rabu 20 Desember 2023. Begitu masuk ke dalam warung, aroma belut yang sedang digoreng langsung menyerbu hidung.
Tempat menggoreng ada di bagian belakang warung. Sedang tempat untuk menyiapkan hidangan sebelum disajikan ada di bagian lain di dalam warung. Di bagian ini, tampak seorang pria paruh baya yang tengah mengulek dengan gerakan cepat.
Ia tengah menyiapkan menu pesanan pelanggan. Saya minta izin untuk mengambil gambar, tapi gerakannya saat mengulek sangat cepat. Baru mendapatkan beberapa gambar, ia sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Namanya Pak Shobirin (50), badannya tak begitu besar tapi kencang. Mungkin efek dari ngulek sambal. Terlihat otot-otot di tangannya yang menonjol. Saya lantas memintanya untuk berpose mengangkat cobek sambil menunjukkan otot bisepnya.
“Dulu awalnya cuma soto, terus lotek, kepikiran jual sambel welut. Itu sudah angan-angan sejak lama, baru tahun 1998 ada menu sambel welut,” kata Shobirin (50) sang empunya warung. Sebelum ada sambal belut, Shobirin beberapa kali berganti pekerjaan.
Ada menu yang hilang dari Sambal Belut Kang Sobhirin
Seperti dugaannya sambal belut buatannya ternyata disukai pelanggan warungnya. Ia kemudian memutuskan untuk menjual menu dengan bahan belut.
“Dulu selain sambel welut dan welut goreng, ada mangut welut juga. Tapi kami hilangkan karena agak ribet, jadi kami fokus di sambel welut sama welut goreng,” kata Shobirin. Tak lama menu itu datang, dua sambel belut dan dua porsi belut goreng.
Tentu saja, nasi putih yang kemebul jadi paduan sempurna dua menu yang kami pesan. Saya sengaja meminta sambel belutnya tingkat kepedasannya sedang-sedang saja.
Sambal belut tersaji dalam cobek dari tanah liat. Melihat gerakan Kang Shobirin mengulek belut, pantas saja hasilnya adalah daging belut yang relatif lembut.
“Kalau sedang sepi, bisa minta tulangnya nggak diikutkan. Tapi kalau lagi ramai yang nggak sempat,” kata Pak Shobirin tertawa.
Namun, meski tulang-tulang belut goreng itu ikut diulek, saya masih mampu mengunyahnya. Nggak terlalu kasar. Masih bisa dikompromikan dengan gigi-gigi yang yang sebagian sudah rompal.
Daging belutnya montok-montok
Salah satu yang khas dari sambal belut Kang Shobirin adalah terlihat dagingnya berasal dari belut yang montok atau besar. Saat masuk ke mulut, wangi kencur sangat terasa di indera penciuman.
Menu belut goreng yang saya pesan tidak kalah istimewa, belutnya juga besar-besar. Selain itu, ada dua sambal yang menyertainya, sambal bawang dan sambal tomat. Menurut saya, sambelnya bawangnya juara. “Ini enak banget. Sambel welut dan sambal bawangnya, juara,” kata Ramadhani (22). Mahasiswa ini bahkan meminta sambal belut yang ia pesan sebagian dibungkus untuk ia makan di indekos.
Besarnya belut-belut di Warung Makan Kang Sobirin, berbeda dengan belut di Warung Sega Welut Mbak Surani di Godean. Di sana belutnya relatif lebih kecil karena hasil tangkapan di sawah di Jogja dan sekitarnya.
Melihat bentuk dan tekstur dari belut goreng di Kang Shobirin, saya menduga ini jenis belut yang banyak di rawa. Tekstur dagingnya nggak begitu jauh dari daging belut goreng yang saya beli di Surabaya belum lama ini.
“Kalau sekarang ini pasokannya dari Kalimantan, Mas. Lagi sulit kan di sini, nggak ada hujan,” kata Kang Shobirin. Biasanya kalau cuaca sedang normal ia biasa mengambil pasokan belut dari Cilacap, Ngawi, Probolinggo, dan Kediri.
Jika dari daerah-daerah tersebut pasokan minim, ia memesan dari Kalimantan. “Biasanya pesan langsung 4 kwintal atau 400 kg. Langsung banyak, Mas. Biasanya armadanya juga memenuhi pesanan di Surabaya dulu,” kata Kang Shobirin.
Kang Shobirin mengakui, jumlah pengunjung masih tidak sebanyak sebelum pandemi. Menurut amatannya, pelanggan warungnya yang dari luar kota bahkan luar pulau belum ke Jogja lagi. “Dulu itu ramai banget, Mas. Semoga saja mulai banyak yang datang lagi,” katanya berharap.
Obat kuat dari bahan belut, menu rahasia dari Kang Shobirin
Jika pengunjung tidak sedang banyak, cobalah ngobrol dengan Kang Shobirin. Orangnya menyenangkan, banyak bercanda. Soal tubuhnya yang kencang di usia 50 tahun, Kang Shobirin berujar kalau ia masih sanggup lari 6 putaran di Stadion Sultan Agung. Begitu juga dengan push up, 20 repetisi bisa ia lakukan dalam satu sesi.
Ngomong-ngomong soal stamina, obrolan kemudian semakin jauh soal vitalitas. Yang pernah saya dengar, daging belut itu bisa untuk obat kuat pria. “Benar, tapi lebih tepatnya kepala belutnya, sama bawang putih,” kata Kang Shobirin pura-pura berbisik.
Sayang kepala belut goreng yang saya pesan sudah ludes saya lumat. Saya tidak bisa meminta Kang Shobirin membuktikan ucapannya. Sementara kalau mau memesan lagi, perut saya begitu kenyang.
Warung Makan Kang Shobirin tidak begitu jauh dari Sambal Belut Pak Sabar. Nggak sampai 3 menit. Namun, model pesannya sedikit berbeda. Di Welut Pak Sabar, menu biasanya berdasar berat belut. Sedangkan di Kang Shobirin lebih ekonomis karena sudah dalam bentuk paket atau porsi.
Untuk satu porsi sambal belut di Warung Kang Shobirin sudah termasuk nasi dan minum Rp25 ribu. Sedangkan belut goreng satu porsinya Rp28 ribu. Itu juga sudah termasuk dengan nasi dan minum.
Sayang, Kang Shobirin nggak punya nomor handphone. Saya cek di Google Maps-nya juga tidak ada nomor kontaknya. “Nggak punya, Mas,” katanya tertawa.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Sambel Welut Pak Sabar yang Tak Takut Berbagi Resep Rahasia
Cek berita dan artikel lainnya di Google News