Lokasinya ada di daerah kota. Persisnya di Jl. KH. Wahid Hasyim, Kecamatan Jombang, Jombang, Jawa Timur. Sabtu malam (23/11/2024) saat saya coba ke sana, parkiran Richeese Factory tersebut sudah penuh sesak dengan motor dan mobil yang parkir.
“Masih bisa kok, Mas,” begitu kata salah seorang tukang parkir mengarahkan saya untuk memarkir motor ke salah satu sudut kosong. Saya mengikuti.
Baru beberapa langkah menuju Richeese Factory Jombang itu, saya berhenti. Antrean membludak. Berjubel. Bahkan pengunjung baru terus berdatangan.
Sementara di luar, tukang parkir pun kian sibuk mengatur agar para pengunjung baru masih bisa parkir. Walaupun sebenarnya ruangnya makin sempit karena harus berbagi antara pengendara motor dan pengendara mobil.
Pengunjung Richeese Factory Jombang terus berdatangan
Richeese Factory Jombang baru buka Oktober 2024 lalu. Saat pengumuman diunggah di media sosial, respons warganet Jombang pun terbilang sangat antusias.
Maklum, Richeese Factory itu jadi yang pertama sekaligus satu-satunya di Jombang saat ini. Jauh sebelumnya, hanya “orang-orang Jombang beruntung” yang pernah mencicipinya. Misalnya, mereka yang bekerja atau merantau di Surabaya.
Alhasil, ketika restoran cepat saji asal Bandung itu buka di Jombang, tak pelak banyak yang menyambutnya dengan antusias.
“Sejak buka pertama Oktober lalu, sampai November cenderung ramai terus, Mas. Apalagi kalau malam Minggu seperti sekarang,” ujar salah seorang tukang parkir yang saya temui malam itu.
Ada beberapa tukang parkir yang berjaga di halaman parkir Richeese Factory Jombang. Dengan begitu, mereka tak begitu merasa kesulitan mengatur kendaraan-kendaraan pengunjung yang terus berdatangan. Hasilnya pun tentu saja lumayan. Apalagi, paling tidak di dua bulan pertama ini, restoran itu buka 24 jam.
“Kalau makin malam ya makin dikit (pengunjungnya). Membludak itu di jam-jam sore sampai sepuluhan malam,” terang si tukang parkir.
Rela antre panjang demi nikmati Richeese Factory Jombang
Saya lantas mencoba membaur dalam antrean yang berjubel. Di dalam restoran, kursi-kursi yang disediakan sebagian besar sudah terisi. Ada pasangan muda-mudi, sekelompok remaja perempuan, hingga rombongan keluarga.
Di sela-sela mengantre itu saya berbincang dengan Zuhri (23). Dia datang dengan pacarnya.
“Sebenarnya yang suka Richeese itu pacar saya. Dia (pacar Zuhri) kan sekarang kuliah di Surabaya. Saya kuliah di Malang. LDR. Di Surabaya dia suka makan di Richeese sama temen-temennya. Sekarang mumpung sama-sama di rumah, dia pengen makan bareng,” ujar Zuhri yang memang asli Jombang.
Pacar Zuhri mengaku tidak berekspektasi bakal seramai itu. Karena di Surabaya tak pernah seberjubel itu. Dia lupa kalau itu adalah Richeese Factory pertama dan satu-satunya (untuk saat ini) yang buka di Jombang.
Namun, mereka memilih tetap mengantre. Karena memang suka saja dengan olahan ayam dari Richeese Factory dengan variasi bumbu yang khas dan menggugah. Begitu kalau kata pacar Zuhri.
Silakan anggap kami FOMO
Sembari mengantre, saya coba scroll-scroll perihal Richeese Factory Jombang di Instagram. Salah satunya di akun @kontenlapar dan @infolokerjombang.
Dari 200-an komentar, mulai deretan teratas sudah bernada sinis. Ada yang memprediksi Richeese Factory Jombang tidak akan bertahan lama. Karena—argumen warganet itu—Jombang bukan pasar untuk brand-brand besar.
Ada pula sejumlah warganet yang menyebut, orang-orang yang ramai mengantre adalah kelompok FOMO.
“Ya nggak masalah dianggap FOMO. Kami kan belum pernah makan Richeese. Sekarang mumpung ada di Jombang, ya apa salahnya buat menikmati,” ujar Itsna (18), remaja asli Jombang yang malam itu tengah menghabiskan malam Minggu bersama teman-teman perempuannya di Richeese Factory Jombang.
Teman-teman Itsna pun lalu saling sahut. Kata mereka, Jombang itu kabupaten biasa. Baru belakangan ini mulai tersentuh “vibes kekinian”. Mie Gacoan masuk. Tomoro Coffee masuk. Dan kini ketambahan Richeese Factory.
“Hiburan di Jombang kan nggak banyak. Jadi dengan nongkrong-nongkrong di tempat yang sudah jadi “brand kota” dan kekinian semacam Richeese ini ya jadi hiburan buat kami,” sambung Itsna.
Hiburan lain selain kulineran di alun-alun
Keluarga Wawan (38) masih sibuk bercengkerama di dalam restoran: istri dan dua anaknya. Sementara Wawan, usai menyantap daging ayam khas Richeese (yang dia sulit menyebut nama menunya), memilih menunggu di luar.
“Habis makan nggak rokok kan nggak enak, Mas. Di dalam nggak bisa rokok kan,” ujar Wawan saat saya jejeri.
Iwan mengaku tak tahu bahwa peminat Richeese Factory memang sebesar itu. Yang dia tahu, ada informasi restoran cepat saji enak yang baru bukan di Jombang. Restoran cepat saji yang sudah terkenal di mana-mana, terutama di kota-kota besar.
“Kalau biasanya malam Minggu ngajak anak-istri di alun-alun, jajan kaki lima di sana, ya ini ngajak mereka nyoba restoran baru saja. Biar mereka seneng,” ungkap Wawan.
“Jombang makin “kota” sekarang ini, Mas. Cuma nggak ada mal,” kelakar Wawan.
Jombang sebenarnya punya mal. Namanya Linggarjati Plaza, tidak jauh dari Richeese Factory berdiri. Hanya saja memang tak sebesar dan segemerlap bayangan orang-orang tentang mal di kota-kota besar.
Tak lama berselang, istri dan dua anak Wawan keluar. Mereka lantas menuju mobil: pulang. Jam di ponsel saya menunjukkan pukul 20.00 WIB. Beberapa pengunjung Richeese Factory Jombang memang sudah keluar. Namun, beberapa pengunjung baru juga tampak masih berdatangan, meski gerimis mulai jatuh.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.