Surabaya tentu memiliki banyak oleh-oleh khas. Namun, bagi kalangan kelas menengah, Lapis Kukus Pahlawan memang menjadi oleh-oleh andalan dari Kota Surabaya.
Dulu membawa Lapis Kukus Pahlawan ke kampung halaman rasanya sudah sangat istimewa. Karena lapis kukus tersebut memang tidak ditemukan di kota-kota lain. Sayangnya, makin ke sini oleh-oleh—yang katanya khas Surabaya—itu saat ini sudah tak istimewa lagi.
***
Sejak merantau di Surabaya pada 2017, saya kerap berkunjung ke rumah Pakde saya di Madiun, Jawa Timur. Dari Surabaya, rutenya memang lebih mudah ketimbang jika ke Madiun dari rumah saya di Rembang, Jawa Tengah. Biasanya dalam rentang tiga bulan sekali saya berkunjung ke sana.
Sampai sebelum pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, tiap berkunjung ke Madiun saya selalu membawa oleh-oleh khas Surabaya, berupa Lapis Kukus Pahlawan.
“Nah, ini yang nggak ada di Madiun. Madiun adanya brem sama pecel,” ujar istri Pakde saya tiap kali menerima oleh-oleh tersebut.
Pakde, istri dan dua anaknya lantas langsung lahap menyantap Lapis Kukus Pahlawan yang saya bawa itu. Terlebih, saya biasanya membawa ganti-ganti varian. Karena lapis kukus ini memang punya banyak varian rasa.
Lalu pandemi melanda. Hampir tiga tahun saya tak berkunjung ke Madiun. Saya akhirnya bisa ke Madiun lagi pada pertengahan 2023 lalu. Saya kemudian mendapati fakta bahwa kini Lapis Kukuh Pahlawan Surabaya sudah tak seistimewa dulu.
Lapis Kukus Pahlawan Surabaya banyak tiruannya
Saat saya berkunjung tersebut, saya—seperti biasa—membawakan dua boks Lapis Kukus Pahlawan. Tapi betapa kagetnya saya karena saat berkunjung ternyata di rumah Pakde sudah cemepak lapis kukus.
“Nggak tahu sudah sejak kapan. Tapi pas masuk Madiun Kota ternyata kok ada toko lapis kukus,” tutur Is (37), istri Pakde saya. Bentuknya mirip. Rasanya pun tipis-tipis lah dengan yang asli Surabaya. Dengan harga yang lebih murah.
Sejak tahu di Madiun sendiri ada lapis kukus, kalau sedang ke Rembang Pakde pun kini beralih dari yang sebelumnya bawa brem jadi bawa lapis kukus.
Alhasil, sering kali kami tabrakan kalau membawa oleh-oleh. Saya bawa Lapis Kukus Pahlawan sebagai oleh-oleh khas Surabaya. Sementara pakde bawa lapis kukus tiruannya.
Lapis Kukus Pahlawan Surabaya jadi mboseni
Cerita senada datang dari Arifah (25), perempuan asal Jombang, Jawa Timur.
Di masa kuliah (2018) hingga sekarang kerja di Surabaya, tak jarang orang rumahnya meminta Arifah membawa Lapis Kukus Pahlawan kalau pulang ke Jombang.
Ia biasanya akan membeli tiga varian. Karena di malam Minggu (saat ia pulang), keluarga besarnya biasanya akan kumpul di rumah neneknya di Jombang. Lapis Kukus Pahlawan lantas akan jadi rebutan.
“Karena memang tahun-tahun itu kayaknya cuma ada di Surabaya aja,” ujar pekerja di salah satu perusahaan swasta di Surabaya itu, Jumat (21/6/2024).
Alhasil, Lapis Kukus Pahlawan sebagai oleh-oleh khas Surabaya terasa sangat nikmat.
Berbeda dengan tahun-tahun belakangan yang ternyata sudah ada outlite mirip Lapis Kukus Pahlawan di Jombang dan Mojokerto. Bukan cabang loh ya, tapi tiruan.
“Jadinya kalau pengin kan tinggal beli ya ke Jombang Kota. Mbak ipar saya di Mojokerto pun kalau mau ke Jombang sekarang bawa sendiri dari Mojokerto,” tutur Arifah.
Imbasnya, Lapis Kukus Pahlawan Surabaya terkesan biasa saja. Tak ada nikmat-nikmatnya lagi. Tak ada kesan ekslusifnya lagi.
Sekarang, meskipun kalau pulang Arifah membawa varian terbaru sekalipun, orang rumah justru melihatnya dengan ogah-ogahan. Oleh-oleh yang dulu jadi andalan Surabaya itu kini jadi mboseni.
Baca halaman selanjutnya…
Lapis Kukus Pahlawan perlu berinovasi