Cerita Pilu 2 Pria yang Hubungannya Kandas Menjelang Lebaran, Ada yang Bawa-bawa Agama dan Dianggap Tak Punya Masa Depan!

Mereka yang Disuruh Putus Orang Tua Pacar karena Bukan Mahasiswa: Sakit, tapi Tak Perlu Repot-repot Kasih Pembuktian MOJOK.CO lebaran

Ilustrasi - Cerita orang-orang yang disuruh putus orang tua pacar karena bukan mahasiswa. (Mojok.co)

Lebaran, yang notabene Hari Kemenangan dan bermaaf-maafan, kerap disambut dengan suka cita. Tapi bagi Sandi dan Danil (bukan nama sebenarnya), Lebaran justru jadi salah satu hari di mana kenangan buruk muncul. Mereka, di hari Lebaran, harus menerima fakta bahwa hubungan cinta mereka kandas dan mengenaskan.

Sandi (20) dan Danil (31) meski tak saling mengenal, mereka berbagi nasib yang sama. Mendekati Lebaran, mereka harus menerima hati mereka dihancurkan oleh orang yang mereka cintai, dan kepedihan tersebut, hingga kini masih terasa.

***

“Kalau inget, ya perih, Mas. Saya tidak sepecundang itu, tapi seakan-akan saya dianggap orang paling tidak punya masa depan.”

Danil memulai ceritanya dengan pilu, saat saya wawancara semalam, (8/04/2024). Danil bercerita, H-1 Lebaran 2016, dia diajak ngobrol mantannya secara serius lewat chat. Inti percakapan tersebut adalah, mantannya tidak melihat dirinya sebagai pria yang bisa diajak berumah tangga, dan akan meninggalkannya andai ada pria yang lebih kaya meminang mantannya di waktu Lebaran.

“Saat itu memang aku masih belum lulus, Mas, dan ya mantanku itu banyak yang naksir. Tapi saat itu sama-sama kuliah, dia juga masih skripsian. Kukira ya masih jauh ngomongin pernikahan, wong kita sudah punya rencana. Eh, mau Lebaran, malah dibilang kayak gitu. Kok iso yo?”

“Aku memang bukan dari keluarga berada. Cuman meski belum sukses, aku ya mau kerja dan bisa kerja demi deknen. Tapi ya mau gimana lagi, Mas, kahanan. Misal itu bikin dia bahagia, aku mau gimana.”

Danil cerita kalau setelah itu, perasaannya runtuh dan dia jadi kehilangan kepercayaan dirinya. Dia menangis meraung-raung hingga ditenangkan kedua orang tuanya.

“Yang sedih tuh, Mas, bapakku sampe minta maaf kalau saya harus terlahir di keluarga ini. Remuk hatiku, Mas.”

Minta putus bawa-bawa agama pas mendekati Lebaran

Sandi, mahasiswa salah satu PTN Surabaya ini juga bercerita kronologi dia diputuskan menjelang Lebaran, saat saya wawancarai (09/04/2024).

Sandi dan pacarnya sudah pacaran semenjak SMA. Ketika kuliah, Sandi dan pacarnya tak lagi sedekat dulu, tapi masih berhubungan. Pada 2021, hubungan mereka mulai bermasalah dan merenggang. Sebelum Lebaran, konflik makin menjadi.

“Sampe puncaknya itu di Ramadan 2021, Mas, sekitar minggu ketiga. Malam harinya, sekitar jam 22.00, dia ngechat minta putus. Itu sebelumnya nggak lagi tukaran atau apa ya, tiba-tiba aja dia minta putus. Aku jelas nolak dan kaget, dong. Tak tanya alasannya kenapa, intinya dia ngomong kalau udah bosen dan pacaran itu dilarang agama.”

“Ya, aku nggak terima dong, Mas. Alasannya menurutku nggak masuk, mosok perkara bosen aja harus putus? Apalagi pake alasan dilarang agama, ya ngapunten, tapi itu udah tahun keempat kita pacaran lho. Iya, ngerti hidayah bisa datang sewaktu-waktu, tapi aku yakin banget waktu itu dia bukan lagi dapet hidayah, melainkan lagi cari-cari alasan aja.”

Sandi akhirnya menjalani Lebaran dengan galau dan sama sekali tidak antusias. Beberapa minggu kemudian, Sandi harus menerima fakta bahwa mantannya sudah bergandeng dengan pria lain.

“Beberapa minggu setelah aku diputusin itu, dia upload story sama cowok lain. Aku mangkel banget, Mas. Apalagi waktu inget alasannya dia mutusin aku karena pacaran dilarang agama.”

Menerima keadaan, menerima diri

Danil mengaku sudah move on, dan tak lagi menyimpan rasa sakit di waktu Lebaran 2016 sebesar dulu. Meski butuh beberapa tahun untuk menghilangkan perihnya, tapi dia fokus untuk memperbaiki kariernya agar dia bisa membuktikan pandangan mantannya itu salah.

Hanya saja, dia mengaku bahwa kehilangan kepercayaan diri itu efeknya masih begitu terasa hingga sekarang.

“Aku sampai sekarang susah, Mas, untuk nerima pujian di kantor. Susah. Yang ada di pikiranku adalah aku orang yang tak berguna. Aku selalu berusaha kerja lebih keras hanya karena takut dicap seperti itu lagi.”

“Tapi aku nggak dendam sama mantanku, Mas. Aku malah memahami dia sekarang, dan memang baiknya aku dan dia berakhir. Kayaknya memang ini jalan dari Tuhan untukku agar terjadi character development, kayak tokoh anime gitu.”

Sandi butuh waktu setahun untuk benar-benar bisa menghilangkan si mantan dari pikirannya. Cara yang dia tempuh adalah dengan memperbanyak kegiatan, dan salah satunya adalah baca buku.

“Setelah putus, aku jadi sering baca buku, Mas. Awalnya buku-buku galau, kini jadi beragam banget. Disakiti, jadi melek literasi.”

Sebagai penutup cerita perih ini, saya coba nanya ke mereka, adakah pesan untuk mantan. Sandi menjawab dengan tegas, tidak. Sedangkan Danil, punya, meski singkat.

“Hari lain itu banyak, kok ya ngajak putus pas mendekati Lebaran.”

Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Percayalah, Putus Cinta Nggak Ada Apa-apanya Dibanding Pindah Rumah

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version