Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Nasib Tak Tertebak Tukang Cukur yang Angon Sapi Sambil Baca Buku, Pengin Jadi Guru Agama hingga Berujung Jadi Rektor

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
10 Desember 2024
A A
Mundakir, tukang cukur rambut yang jadi Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya MOJOK.CO

Ilustrasi - Mundakir, tukang cukur rambut yang jadi Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hidup adalah rangkaian pertolongan Tuhan. Begitu lah yang Mundakir rasakan. Seorang anak buruh yang pernah jadi tukang cukur hingga kini menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.

Mundakir dikukuhkan sebagai Rektor UM Surabaya sesuai Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 591/KEP/I.0/D/2024/. Mundakir menggantikan Sukadiono, menjabat untuk periode 2024-2028.

Dalam momen pengukuhan pada Senin (9/12/2024), Mundakir mengenang masa bertahun-tahun sebelumnya. Masa di mana bahkan tidak ada bayangan dalam benaknya untuk menjadi seorang Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Mencari peruntungan di Sumatera

Mundakir lahir di Gendong Kulon. Sebuah desa di Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Dia anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Tardji dan Mundari.

Bapaknya, Tardji, adalah seorang buruh serabutan. Sementara mendiang ibunya, Mundari, adalah seorang pedagang kecil di pasar dengan penghasilan pas-pasan.

“Dulu kecil sekolah harus jalan kaki 2 kilometer karena tidak punya sepeda. Usai pulang sekolah ya bantu bapak-bapak di sawah,” ujar Mundakir seperti termuat dalam laman resmi UM Surabaya.

Karena kondisi ekonomi yang kurang begitu baik, keluarga Mundakir sempat transmigrasi ke Sumatera. Dengan harapan, kehidupan mereka akan membaik.

Hanya saja, keluarga Mundakir ternyata tidak betah lama-lama di Sumatera. Alhasil, setelah dua tahun tinggal di sana, Tardji memutuskan memboyong keluarganya pulang kembali ke Babat, Lamongan.

Mencari utangan untuk sekolah

“Dari kecil memang saya suka belajar. Membaca buku apa saja,” ungkap Rektor baru Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.

Kalimat Mundakir itu adalah gambaran, meski kondisi ekonomi pas-pasan, tapi Mundakir punya tekad besar dalam menimba ilmu. Untung saja, Tardji tak pernah mempersulit Mundakir dalam urusan sekolah.

Saat hendak masuk MTs N 1 Lamongan, Tardji bahkan sampai mencari-cari utangan agar Mundakir dan dua adiknya bisa lanjut sekolah.

Bukan Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, hanya ingin jadi guru agama

Lulus dari MTs N 1 Lamongan, Mundakir—masih dengan ekonomi keluarga yang serba pas-pasan—melanjutkan sekolah ke SMA Muhammadiyah 1 Babat. Di sini, bakat intelektual Mundakir semakin terlihat dan terasah.

Mundakir aktif di organisasi pelajar Muhammadiyah. Dia juga sering menjadi perwakilan lomba cerdas cermat untuk sekolahnya. Tak hanya ikut, tapi juga sering juara.

Sementara di level sekolah, Mundakir selalu masuk peringkat lima besar. Bahkan pernah juga menjadi peringkat pertama.

Iklan

Atas prestasi-prestasinya tersebut, Mundakir mengaku punya cita-cita menjadi guru agama. Impian yang teramat sederhana untuk seseorang yang kini menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Tukang cukur hingga angon sapi

Akan tetapi, bahkan untuk “sekadar” menjadi guru agama, jalan Mundakir tidak begitu mulus. Sebab, lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Babat, dia memutuskan merantau ke Surabaya untuk bekerja. Dua tahun dia habiskan untuk membantu perekonomian orang tua.

“Saya bekerja di proyek rel kereta api. Pernah juga kerja di pabrik kayu. Kemudian menjadi tukang potong rambut di salon,” ungkap Rektor baru UM Surabaya itu.

Dua tahun berlalu. Mundakir pun kembali ke Lamongan. Saat itu, bapak Mundakir (Tardji) sudah tidak lagi menjadi buruh serabutan. Tapi menjadi tengkulak semangka. Mundakir pulang untuk membantu Tardji.

Menjadi tengkulak semangka di Lamongan lambat laun membuat ekonomi keluarga Tardji membaik. Dari sana pula Tardji akhirnya bisa membeli sapi.

Pada masa-masa itu pula, Mundakir mulai memiliki dorongan untuk menjadi seorang perawat. Maka, sapi tersebut harus dirawat sebaik mungkin sebagai modal. Di samping itu, Mundakir pun makin giat belajar.

“Jadi dulu belajarnya, pas angon sapi sambil bawa buku,” kata Mundakir.

“Tiba-tiba” jadi Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya

Sapi pun dijual. Pada 1998, Mundakir mendaftar Diploma III (D3) Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan uang hasil jual sapi tersebut.

Perjalanan pendidikan Mundakir nyatanya tidak berhenti sampai di situ. Pada 2003, dia mengambil studi Strata 1 (S1) Jurusan Keperawatan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Setahun berselang, pada 2004, Mundakir lanjut mengambil profesi Ners Unair.

Setelahnya, Mundakir bekerja sebagai tenaga pengajar di UM Surabaya. Bersamaan dengan itu, pada 2009 Mundakir menempuh Magister (S2) di Universitas Indonesia (UI). Sebelum akhirnya kembali ke Unair untuk menuntaskan studi Doktor pada 2017.

Beberapa tahun kemudian, pada 2024 ini, anak buruh yang juga pernah menjadi tukang cukur rambut itu didapuk sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Mundakir, tukang cukur rambut yang jadi Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya MOJOK.CO
Mundakir, tukang cukur rambut yang jadi Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. (Dok. UM Surabaya)

Bukan tanpa alasan kenapa dia yang dipilih. Perjalanan intelektualnya sudah teruji. ‘

Saat bekerja di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Mundakir pernah menjabat dalam beberapa pengelolaan institusi, di antaranya Sekertaris Program Studi (Sekprodi) S1 Keperawatan, Kaprodi S1 Keperawatan, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Wakil Rektor IV UM Surabaya.

Mundakir juga mencatatkan sejumlah prestasi. Secara internasioal, Mundakir tergabung dalam CASE (Council of Asian Science Editors) dan ISQua (International Society of the Quality in Health Care) hingga sekarang. Dia juga telah menerbitkan buku-buku kesehatan dan sejumlah jurnal.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: 48 Tahun Menjadi Pemulung di Surabaya hingga Antar Anak Jadi Sarjana

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 10 Desember 2024 oleh

Tags: kampus swasta surabayarektor um surabayaum surabayauniversitas muhammadiyah surabaya
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Kisah mahassiwa beasiswa KIP Kuliah Aliya Eka Lestiyanti, ibu meninggal kala ia masih berjuang, sampai akhirnya jadi harapan keluarga usai jadi sarjana cumlaude MOJOK.CO
Kampus

Ibu Meninggal kala Saya Masih Berjuang, Jadi Titik Terendah Hidup tapi Bangkit demi Jadi Sarjana Pertama Keluarga

3 November 2025
Beasiswa KIP Kuliah di Tangan yang Tepat: Jadi 2 Bisnis Berkembang meski Dikhianati-Diremehkan, Malah Tak Lupa Kasih “Bantuan” MOJOK.CO
Kampus

Beasiswa KIP Kuliah di Tangan yang Tepat: Jadi 2 Bisnis Berkembang meski Dikhianati-Diremehkan, Malah Tak Lupa Kasih “Bantuan”

27 Oktober 2025
Jurusan Keperawatan UM Surabaya tak kalah dari Unair. MOJOK.CO
Kampus

Ditolak Unair Tak Membuat Saya Menyesal, Bisa “Terharu” Berkat Kuliah di Jurusan Keperawatan UM Surabaya

23 Juli 2025
Perantau asal Tulungagung lulus sarjana di Universitas Muhammadiyah Surabaya. MOJOK.CO
Sosok

Selepas Kehilangan Kedua Orang Tua, Berlabuh ke Surabaya dan Meraih Gelar Sarjana

4 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.