Sudah 75 Tahun, UGM Masih dan Akan Terus Jadi Kampus Elite “Tanpa Dinding”

Dies Natalis Universitas Gadjah Mada (UGM) ke-75, komitmen jadi kampus tanpa dinding. (Dok. UGM)

Hari ini, Kamis (19/12/2024) adalah puncak rangkaian Dies Natalis ke-75 Universitas Gadjah Mada (UGM) setelah dibuka pada Kamis (28/11/2024) lalu. Sebagai penutup, Rektor UGM, Ova Emilia, memberikan pidatonya di Grha Sabha Pramana.

“Setelah 75 tahun, memangnya UGM sudah berbuat atau melakukan apa saja?” Pertanyaan itulah yang coba Ove refleksikan dalam memaknai Dies Natalis ke-75 UGM.

Ova menyebut, UGM terus menunjukkan komitmennya dalam memajukan bangsa melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, lalu penanaman nilai-nilai luhur dan nasionalisme pada seluruh sivitasnya, sehingga mampu berperan signifikan dalam mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan berdaya saing.

“UGM selalu berkomitmen untuk mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global dan ikut berkontribusi positif bagi bangsa dan masyarakat,” ujar Ova di hadapan hadirin.

Ingin wujudkan kesejahteraan masyarakat

Menjelang puncak Dies Natalis ke-75, UGM mendapat hadiah dari QS Sustainibility Ranking. UGM dicatat sebagai kampus nomor satu di Indonesia yang berhasil mengusung keberlanjutan (sustainability) versi QS Sustainability Ranking 2025.

Bagi Ova, capaian tersebut adalah gambaran kerja keras dan berkelanjutan semua pihak dan kepemimpinan UGM, hingga menghasilkan karya inovasi yang bermanfaat bagi pembangunan nasional bahkan dalam tataran global.

Meski begitu, Ova menyadari, sebagai universitas negeri berbadan hukum, UGM menghadapi tantangan ekosistem global sangat dinamis. Mulai dari perubahan iklim dan masalah lingkungan, perubahan budaya, perkembangan teknologi digital, ketegangan geopolitik, hingga ketidaksetaraan sosial ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan umat manusia.

“Dalam kerangka kerja global, SDGs menjadi arus utama kebijakan. Sebab, masa depan yang berkelanjutan menjadi visi bersama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dunia yang semakin merata dan inklusif,” tuturnya.

Universitas Gadjah Mada (UGM): kampus tanpa dinding

Dari berbagai tantangan tersebut, UGM terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Dari bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Di bidang pendidikan/pembelajaran, UGM berhasil mengembangkan sistem pendidikan bermartabat dan inklusif melalui berbagai model pembelajaran inovatif berbasis teknologi, pendidikan transdisiplin, dan sinergi multifactor: termasuk pelibatan praktisi lintas sektoral.

UGM menggunakan paradigma university without wall (kampus tanpa dinding). Dengan begitu, salah satu kampus besar di Jogja itu memberikan keluasan akses pendidikan bagi masyarakat dan kelompok rentan. Yakni melalui kebijakan pendidikan afirmasi berbasis wilayah geografis dan latar belakang ekonomi, serta pengembangan berbagai program beasiswa.

UGM Kampus Tanpa Dinding MOJOK.CO
UGM Kampus Tanpa Dinding.

“Pengembangan UGM online sebagai platform pembelajaran daring terbuka menjadi salah satu langkah nyata untuk membuka akses pendidikan berkualitas kepada masyarakat luas,” jelas Ova.

Selain itu, UGM selalu mencari dan menjaring calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu secara ekonomi melalui skema Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Juga menjaring mahasiswa dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) untuk diterima paling sedikit 20% dari seluruh mahasiswa baru yang diterima dan tersebar di semua program studi.

Sepanjang tahun 2024 ini, persentase jumlah mahasiswa baru dari keluarga kurang mampu dan 3T mencapai sekitar 21,69% atau 2.316 mahasiswa baru dari 10.678 yang diterima.

Semua harus berdampak pada masyarakat

Di bidang penelitian, transformasi dan inovasi pendidikan, UGM menghasilkan luaran yang berdampak bagi masyarakat. Yakni melalui pengembangan riset unggulan dan translasional berkelanjutan.

Berdasarkan capaian kekayaan intelektual Universitas Gadjah Mada di tahun 2024, UGM menghasilkan sebanyak 880 judul yang terdiri dari 92 paten, 751 hak cipta, 26 desain industri, dan 11 merek.

Bahkan melalui program pengembangan inovasi dan riset unggulan, UGM telah menghasilkan berbagai karya inovatif yang mendukung ketahanan pangan, ketahanan kesehatan, ketahanan energi, dan transformasi digital.

Penelitian di Universitas Gadjah Mada.

Untuk mendukung ketahanan pangan, dikembangkan inovasi Beras Fortifikasi, Gama Gora 7, Telur Ayam Bahagia, Kedelai Malika, Smart Traceability Farming Kedelai atau Saekedelai, Gama Cattle atau Sapi Gama, Vibrio Vaccine untuk ikan, Biofertilizer, rumput Gama Umami, dan berbagai inovasi lain.

Lalu di bidang kesehatan, UGM berhasil mengembangkan inovasi produk kesehatan dengan bahan alam berkualitas diantaranya Cinnacare, Berwyn Dent, dan Propasdent Pasta Gigi Propolis.

UGM juga memproduksi alat kesehatan dalam negeri berupa produk digital Microscope untuk mendeteksi penggunaan gula asli, aplikasi deteksi dini kolorektal, serta alat perawatan kaki mandiri bagi penderita diabetes.

“Penelitian dan penggunaan produk serta alat kesehatan tersebut dilakukan di berbagai fakultas dan sekolah bersama dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada UGM,” terang Ova.

Model kampus berkelanjutan

Sementara di sektor ketahanan energi, kata Ova, kampus yang dia pimpin itu selalu mendukung kebijakan pemerintah, terutama dalam upaya mewujudkan ketahanan energi dan transisi energi bersih serta terbarukan.

Wujudnya, para peneliti Universitas Gadjah Mada tengah berhasil melakukan riset recycle lithium battery dan smart battery management.

Tidak hanya itu, juga menggiatkan program Net Zero Emission Campus yang menjadi bagian rencana aksi terkait efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, dan pengurangan emisi di seluruh aspek operasional kampus.

UGM memang ditarget sebagai model kampus berkelanjutan di Indonesia.

Misi Universitas Gadjah Mada (UGM) memberi layanan terbaik

UGM juga berhasil mengembangkan berbagai produk riset dan inovasi pengembangan teknologi digital. Antara lain merancang knowledge management, big data, future skills, shared service and resources.

Rancangan-rancangan tersebut untuk mendukung layanan terbaik bagi pemangku kepentingan universitas dalam menyediakan informasi maupun pengetahuan yang bisa diakses secara bersama-bersama.

UGM juga telah mengembangkan aplikasi Desa Apps, Lentera DESA, iTrap, dan Inovasi Teknologi “Sikendang” untuk mendukung sektor pertanian menuju kedaulatan pangan, terutama dalam menghadapi perubahan iklim.

Untuk meningkatkan jumlah publikasi nasional dan internasional, UGM mendorong pemberian insentif bagi dosen dan peneliti serta meningkatkan jumlah mahasiswa Pascasarjana.

Sesuai dengan Renstra, jumlah persentase mahasiswa Pascasarjana ini ditargetkan sebesar 40% pada tahun 2027 mendatang.

Pada Tahun Ajaran 2024 terdapat peluang penambahan jumlah mahasiswa baru Pascasarjana yang akan diterima melalui seleksi periode semester Genap 2024/2025. Sementara ampai saat ini, persentase mahasiswa Pascasarjana mencapai 30,87 % dari total 61.061 total jumlah mahasiswa.

Pengabdian

Sedangkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, selama kurun waktu tahun 2024, Universitas Gadjah Mada telah menerjunkan 315 unit KKN-PPM UGM ke 35 provinsi, 29 kabupaten, dan 247 kecamatan.

Dalam pelaksanaannya, jumlah mahasiswa yang diterjunkan sebanyak 8.513 orang yang berasal dari 18 fakultas dan 1 sekolah.

KKN Universitas Gadjah Mada. (Dok. Universitas Gadjah Mada)

“Selain KKN-PPM, UGM melaksanakan hilirisasi hasil penelitian dan pendidikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis desa binaan dan implementasi teknologi tepat guna,” tutup Ova. (Adv)

BACA JUGA: Sukses Tuntaskan S1 Peternakan di UGM, Saya Pilih Abdikan Diri “Mengurus” Sapi di Papua

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

Exit mobile version