Mahasiswa Jogja Rela Nyoblos di Perantauan Demi Mencegah Penculik Jadi Presiden

Mahasiswa Jogja Nyoblos di Perantauan Demi Mencegah Penculik Jadi Presiden.mojok.co

Ilustrasi Mahasiswa Jogja Nyoblos di Perantauan Demi Mencegah Penculik Jadi Presiden (Mojok)

Sejumlah mahasiswa rantau yang berkuliah di Jogja memberikan hak pilih mereka dalam pemungutan suara Pemilu 2024. Salah satunya di TPS Khusus 915 Rektorat UNY, yang berdasarkan pantauan Mojok, lokasi pencoblosan sudah ramai sejak pukul 9.00 WIB.  

Ketua KPPS TPS Khusus 915 Rektorat UNY, Heru Dwi Santoso, mengatakan ada 288 pemilih yang bakal nyoblos di lokasi tersebut.

“Semuanya mahasiswa UNY. Kebanyakan mahasiswa dari luar daerah,” kata Heru kepada Mojok, Rabu (14/2/2024) siang.

TPS 915 sendiri merupakan satu dari enam tempat pemungutan suara yang oleh KPU Sleman buka di kampus ini.

TPS Khusus 915 di Rektorat UNY (Effendi/Mojok)

Selain rektorat, KPU bersama UNY juga membuka TPS khusus di lokasi lain. Seperti halaman GOR UNY, Gedung Dekanat Fishipol, Gedung Dekanat Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK), halaman Fakultas Teknik (FT) dan Pendopo Tejokusumo FBSB.

“Petugasnya para tendik yang mendapat bantuan beberapa mahasiswa UNY,” jelasnya.

Pemilih pemula di UNY tak mau sia-siakan hak pilih

Salah satu mahasiswa UNY yang turut berpartisipasi dalam pemungutan suara adalah Ma’ruf Nur (2020). Mahasiswa Fakultas Vokasi UNY angkatan 2021 yang berkampus di Wates, Kulonprogo ini merupakan mahasiswa rantau asal Tangerang, Banten.

Ma’ruf mengakui kalau dia sebenarnya punya banyak alasan untuk tidak berangkat ke TPS dan bisa saja menikmati hari libur di kosnya.

Namun, mengingat Pemilu 2024 ini adalah kali pertama ia punya hak pilih, khususnya pemilihan umum presiden (pilpres), dia tak ingin menyia-nyiakannya. 

“Terlebih, saya juga khawatir dengan banyak berita kalau kita tak datang ke TPS, beberapa pihak bakal bikin kecurangan pakai kertas suara itu,” ujarnya, saat Mojok temui beberapa saat setelah keluar dari bilik suara.

Selain itu, Ma’ruf juga menjelaskan, mencoblos bikin dia jadi punya alasan untuk menuntut presiden terpilih apabila nantinya tak sesuai janji kampanye.

“Kalau nanti saya golput, saya seakan tak punya alasan buat menuntut presiden terpilih nantinya. Tapi kalau saya ikut nyoblos, paling tidak nanti saya bisa menagih janji mereka.”

Ma’ruf dan teman-temannya selesai nyoblos di TPS Khusus yang UNY sedikan (Effendi/Mojok)

Menempuh sejam perjalanan buat nyoblos

Alasan serupa yang juga oleh Fahri (19), mahasiswa Fakultas Vokasi UNY angkatan 2022 asal Bandung, Jawa Barat sampaikan. Pada hari pemungutan suara, ia rela menempuh perjalanan selama hampir satu jam dari kosnya di Wates demi bisa nyoblos.

Fahri sendiri nyoblos di TPS Khusus Fakultas Teknik (FT). Dia datang bersama beberapa temannya dari Wates sejak pukul 8.00 WIB.

“Alasan nyoblos sih karena pengen ngerasain hype karena jadi pemilu pertama,” ujarnya. “Tapi yang lebih penting biar surat suara saya enggak dicurangin juga sih,” sambungnya.

Kata Fahri, sejak awal dia memang memutuskan buat nyoblos. Awalnya, dia merencanakan buat  pulang ke Bandung, sekaligus bertemu orang tua.

Namun, setelah tahu kalau di kampus ternyata juga bisa nyoblos, dia pun memilih memberikan hak suaranya di Jogja.

“Kebetulan teman-temanku juga excited. Pagi-pagi udah persiapan berangkat ke TPS, malah lebih rajin ketimbang mau ngampus,” ujarnya.

Alasan memilih karena tak ingin penculik jadi presiden

Ada alasan mengapa Fahri takut suaranya bakal dicurangi sehingga ia memutuskan datang ke TPS. Menurut beberapa pemberitaan yang ia baca akhir-akhir ini, ada kemungkinan surat suara bakal dicoblosi ketika pemilih tidak hadir ke TPS.

“Aku enggak mau itu kejadian. Apalagi aku udah declare buat ngalahin paslon tertentu,” katanya dengan nada serius.

Saya bertanya kepada Fahri paslon mana yang ia maksud itu. Ia pun hanya tertawa. Tanpa menyebut nama, ia mengatakan, “yang penculik”.

Fadli mengaku cukup serius melihat track record calon presiden dalam pemilu kali ini. Sejak awal, ia juga sering melakukan riset di media sosial maupun berdialog bersama teman-temannya terkait presiden yang bakal ia pilih nantinya.

“Intinya, sih, jangan sampai si penculik itu terpilih. Ketiga paslon memang punya dosa, tapi yang dosanya paling besar kalau bisa sih jangan sampai menang.”

Relawan 02 melaporkan penulis buku soal ‘capres penculik’

Isu soal capres tukang culik memang sedang ramai sejak pengumaman kandidat capres-cawapres akhir tahun 2023 lalu. Banyak pihak menganggap capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, telah bertanggung jawab atas hilangnya para aktivis menjelang Reformasi 1998.

Namun, pihak paslon 02 terus membantah tudingan itu. Bahkan, penulis penulis buku Kronik Penculikan Aktivis dan Kekerasan Negara 1998, Muhidin M. Dahlan, dilaporkan ke Bawaslu atas dugaan black campaign alias kampanye hitam pada Senin (12/2/2024).

Buku tersebut berisi kliping pemberitaan media di masa lalu terkait keterlibatan Prabowo pada aksi penculikan aktivis. Muhidin sendiri dilaporkan oleh kelompok advokat LISAN dengan dalih “telah menggiring opini Prabowo terlibat kekerasan pada reformasi ’98”.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Jika Prabowo Presiden Buku-buku Sejarah Dilarang? Satu Penulis Diisukan dalam Pengawasan

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version